Browsing "Older Posts"

  • Melihat proses pembakaran (combustion) atau terbentuknya api dari lilin

    By Kusnu → Monday, August 28, 2017

    LILIN yang terbakar dan menyala adalah contoh termudah untuk melihat proses terjadinya api dan transfer panas. Lilin secara simpel mendemonstrasikan proses dan fenomena fisik dari transfer panas.

    Meskipun api lilin terlihat simpel, tetapi kenyataanya terdapat rangkaian dari reaksi kompleks dengan semua komponen yang berbeda ketika lilin bereaksi dengan udara dan panas.

    Pada saat lilin dipicu untuk terbakar dengan cara diberikan sumber panas dari luar, maka terbentuk suatu kolam dari lilin yang meleleh yang terbentuk di dasar sumbu lilin. Kolam ini harus terbentuk, termasuk panjang sumbu yang cukup agar lilin bisa terbakar. Cairan lilin ini kemudian mengalir naik ke bagian atas sumbu akibat dari fenomena kapilaritas. Cairan lilin yang naik ini mulai menguap akibat adanya sumber panas dari luar dan membentuk gas dan kemudian proses terbentuknya api dimulai.

    Ketika sumber panas dari luar dihilangkan, lilin masih tetap bisa mempertahankan proses pembakarannya akibat dari panas yang tertransfer balik secara konduksi dan radiasi. Panas ini yang bertugas mempertahankan keberadaan kolam lilin cair. Cairan lilin terus berlanjut mengalir naik ke bagian atas sumbu dimana cairan ini menguap akibat dari panas yang intens dari api lilin dan bercampur dengan oksigen di udara. Kelebihan panas dari proses tersebut dilepaskan melalui konduksi dan radiasi, meskipun sebagian besar cairan lilin yang meleleh akibat dari transfer panas konduksi.



    Jika kita lihat secara lebih detail pada api di lilin, maka akan terlihat bagian api tidak menyentuh sumbu maupun kolam lilin, terlihat seperti menggantung sedikit ke atas. Area antara api dan sumbu merupakan area dimana oksigen membaur ke uap lilin yang telah dipanaskan dan membentuk gas mudah terbakar. Sebagian besar cahaya berasal dari bagian atas api dimana di bagian ini partikel karbon yang telah dipanaskan sampai berpijar yang kemudian memasuki proses pembakaran dengan oksigen dari udara. Di ujung api, hampir sebagian besar partikel karbon telah dikonsumsi dan produk hasil dari pembakaran yang sebagian besar merupakan air dan karbon dioksida telah dikeluarkan juga.

    Di titik ini, sangat mudah menvisualkan bagaimana proses pembakaran itu dapat ditingkatkan maupun dikurangkan dengan cara penyusunan dari bahan bakar itu sendiri. Ketika bahan bakar disusun sedemikian dekat untuk meningkatkan transfer balik panas, maka api akan membesar, jika bahan bakar tersebar dan terpisah pisah, maka api akan mengecil

    terjadinya api lilin
          

    Referensi:
    • Ladwig,, Thomas H. 1990. Industrial Fire Prevention and Protection. Van Nostrand Reinhold
    • Shackelford, Ray. 2008. Fire Behavior and Combustion Processes 1st Edition. Delmar Cengage Learning
  • Sumber panas yang menyebabkan terjadinya resiko kebakaran - 1

    By Kusnu → Saturday, August 19, 2017

    Untuk memproteksi area, bangunan atau fasilitas terhadap potensi bahaya kebakaran ataupun ledakan, kita harus memahami konsep bagaimana proses terjadinya api atau kebakaran tersebut terjadi. Sebagian penjelasan konsep tersebut sudah saya tulis di postingan sebelumnya (api, bahan bakar, oksidator). Komponen pembentuk proses terjadinya api selanjutnya yang kita bahas adalah sumber panas atau biasa kita sebut menjadi sumber penyalaan (ignition source)

    Untuk melengkapi segi empat api, energi panas dibutuhkan untuk memulai dan mempertahankan reaksi kimia antara bahan bakar dan oksidator. Jumlah energi panas yang dibutuhkan bervariasi tergantung dari jenis bahan bakar tersebut (lihat postingan bahan bakar).  

    Ketika kita mengetahui sumber dan apa saja bentuk dari sumber panas tersebut, maka kita akan bisa mengelola, mencegah dan memitigasi resiko kebakaran, sebagai contohnya, kita dapat mengambil tindakan untuk mengisolasi atau memisahkan sumber panas yang sudah menjadi bagian dari suatu operasi agar tidak berinteraksi dengan bahan bakar yang berada di sekitar lokasi operasi tersebut.

    Untuk mempermudah memahami sumber panas yang banyak sekali tipe dan bervariasi, maka kita kelompokkan menjadi tiga kategori besar agar lebih mudah dipahami, yaitu:
    • Sumber panas yang sudah menjadi bagian atau sifat dari suatu proses ataupun peralatan
    • Sumber panas yang disebabkan oleh kegagalan peralatan, desain yang tidak benar ataupun disebabkan oleh kurangnya proteksi yang dibutuhkan 
    • Sumber panas yang dihasilkan oleh kegiatan manusia atau terpapar panas dari area sekitarnya
    Sebelum saya mulai menjabarkan masing masing sumber panas tiap kategori tersebut, tabel di bawah ini dapat memberi gambaran 10 besar sumber panas berdasarkan kerugian yang ditimbulkan secara finansial (Sumber : FM Global, data 2007-2011)

    10 Besar Sumber Panas
    Penyebab Kebakaran dan Ledakan 

    Sumber panas yang sudah menjadi bagian atau sifat dari suatu proses ataupun peralatan
    Banyak suatu proses atau peralatan yang dalam operasi normalnya menghasilkan api terbuka, mempunyai permukaan panas ataupun menghasilkan percikan bunga api. Meskipun sumber panas ini sudah menjadi bagian dari proses tersebut ataupun bagian dari pengoperasian peralatan tersebut dan pada umumnya tidak bisa dieliminasi sumber bahaya panasnya (karena jika dieliminasi berarti menghentikan proses atau menghentikan operasional peralatan), tetapi ada banyak cara untuk mengelola resiko kebakaran tersebut, salah satunya yang termasuk paling penting adalah mengisolasi sumber panas dari bahan bakar di sekitarnya sehingga tidak terjadi proses terbentuknya api
    • Listrik atau lebih spesifik lagi adalah percikan bunga api yang tercipta ketika kita mengaktifkan maupun menonaktifkan saklar listrik, terutama ketika terdapat arus yang besar mengalir diantara kontak saklar tersebut. Ketika terdapat bahan bakar di area atau dekat dengan saklar tersebut, maka saklar listrik tersebut menjadi sumber panas yang akan memanaskan atau memberi energi panas ke bahan bakar di sekitarnya yang kemudian bisa memicu kebakaran.  
      Ilustrasi saklar listrik
    • Listrik atau lebih spesifik lagi adalah listrik statis. Listrik statis dihasilkan dari beberapa mekanisme yang berbeda, termasuk gesekan dari terhubung dan terputusnya kontak antara permukaan padat. Contoh umum suatu proses yang bisa menghasilkan listrik statis melalui gesekan yaitu gesekan antara conveyor terhadap roller, material bubuk yang mengalir ke bin atau silo. Proses pengisian bahan bakar ke mobil dapat juga menghasilkan listrik statis dimana listrik statis diduga muncul akibat pergesekan bahan bakar cair dengan media penghantar ataupun akibat dari orang yang mengisi langsung bahan bakar tersebut.



    • Permukaan Panas / Panas Radiasi dapat dihasilkan dari peralatan yang secara normal operasinya menghasilkan panas seperti alat pemanas listrik, kompor listrik, setrika, oven, mesin kendaraan, lampu dan dryer. Kebakaran dapat terjadi ketika peralatan tersebut diletakkan dekat dengan bahan bakar. Beberapa contoh skenario kebakaran: Setrika yang ditinggal menyala, memanaskan bahan bakar yang kontak langsung dengan permukaan panas strika dan memicu kebakaran; Lampu berdaya tinggi yang panas memicu api pada bahan bakar yang diletakkan dekat dengan lampu tersebu; Di peralatan berat biasanya terjadi kebakaran akibat adanya kebocoran oli hidrolik yang menyentuh bagian panas pembuangan (exhaust)
    • Api Terbuka (Open Flamedapat ditemukan di perumahan seperti penggunaan lilin, peralatan memasak (berbahan bakar gas). Di area industrial, api terbuka umumnya dapat ditemukan di peralatan pemanas atau burner seperti boiler, furnace dll. Contoh skenario kebakarannya : Penggunaan lilin saat mati lampu yang dapat memicu kebakaran ketika lilin tersebut diletakkan di atas atau didekat dengan material yang mudah terbakar. Api burner dapat memicu kebakaran ketika bahan bakar cair yang bocor dari pipa distribusi masuk ke area burner.
    • Zat cair panas dapat berupa kaca atau metal yang telah dipanaskan di dalam furnace, meleleh dan berubaha menjadi cair. Jika zat cair panas ini dibiarkan bertemu dengan bahan bakar dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan fisik yang besar terutama jika kerusakan mengenai peralatan kritikal yang membutuhkan waktu lama untuk diperbaiki. Zat cair panas ini paling dilarang jika disiram langsung dengan air karena bisa menyebabkan ledakan, oleh karena itu biasanya taktik pemadamannya hanya berusaha memadamkan bahan bakar yang terbakar akibat terkena tumpahan atau cipratan dari zat cair panas ini.


    Untuk artikel yang membahas
    • Sumber panas yang disebabkan oleh kegagalan peralatan, desain yang tidak benar ataupun disebabkan oleh kurangnya proteksi yang dibutuhkan 
    • Sumber panas yang dihasilkan oleh kegiatan manusia atau terpapar panas dari area sekitarnya 
    Akan dilanjutkan di postingan sumber panas bagian 2

    Referensi:

    • DeHaan, John D. 2007. Kirks's Fire Investigation sixth edition. Pearson Prentice Hall
    • Schroll, R. Craig. 2002. Industrial Fire Protection Handbook second edition. CRC Press
    • Cote P.E., Arthur. 2003. Fire Protection Handbook Nineteenth Edition Volume I & II. NFPA
    • Lees, Frank. 2012. Lees' Loss Prevention in the Process Industries: Hazard Identification, Assessment and Control (3 Volumes), 4th Edition. Butterworth-Heinemann
    • FM Global.2015. Ignitioin Sources : Recognizing the Causes of Fire - P8610
    • FM Global Data Sheet, Cause and Effect of Fire and Explosion 7-0. April 2013
  • Apa yang dimaksud dengan Oksidator? bagaimana hubungannya dengan proses api maupun pembakaran

    By Kusnu → Sunday, August 13, 2017

    Api dan oksidator

    Oksigen merupakan pembentuk proses terjadinya api yang secara natural selalu tersedia di sekitar kita sehingga menjadikan salah satu elemen segitiga api yang tersulit untuk dikendalikan dalam hal pencegahan kebakaran. Oksigen secara umum sudah dalam bentuk gas. Udara di sekitar kita merupakan campuran dari beberapa komponen yang terdiri dari 21% oksigen, 78% nitrogen dan sisanya terdiri dari komponen gas lainnya. Karena udara merupakan campuran dan bukan senyawa, maka keberaadan oksigen selalu tersedia di udara.  

    Hampir sebagian kebakaran yang terjadi berada dalam level 21% oksigen. 

    Setiap bahan bakar membutuhkan jumlah oksigen yang berbeda. Bahan bakar padat bisa membutuhkan 4 s/d 5% untuk surface smoldering dan sekitar 2% untuk deep-seated smoldering. Acetylene hanya memerlukan kurang dari 4% dan bahan bakar hydrocarbon membutuhkan lebih dari 15 % oksigen untuk terbakar.

    Sumber Oksigen ternyata bukan hanya dari udara saja, tetapi oksigen juga dapat tersedia secara kimia yang biasa dinamakan sebagai oksidator. Oksidator adalah zat yang berkembang atau menghasilkan oksigen, baik di suhu lingkungan normal maupun ketika terpapar panas. contoh umum oksidator yaitu hypochlorates, oxides, peroxides dan tabung oksigen.

    Dalam melakukan review atau mendesain keselamatan kebakaran suatu fasilitas, keberadaan oksidator terutama jika ada tempat penyimpanan dalam jumlah banyak harus diawasi secara ekstra dan dilakukan pengendalian terutama pengendalian pencegahan seperti larangan merokok di area yang terdapat oksidator. Kenapa perlu diawasi secara ekstra hati hati?, karena oksidator bisa menambah level oksigen diatas 21% pada proses kebakaran yang bisa menyebabkan bahan bakar menjadi lebih mudah terbakar, penyebaran api menjadi lebih cepat dan tentunya api menjadi lebih besar sehingga pengendalian api menjadi tidak efektif

    Atmosfir dengan level oksigen yang besar atau di atas 21% dapat terjadi ketika suatu campuran kimia tertentu bercampur dengan bahan bakar. Sebagai contoh, zat yang akan melepas oksigen ketika dipanaskan adalah senyawa klorinasi yang berupa calcium hypochlorite. Ketika zat ini dipanaskan oleh panas yang pada umumnya berasal dari kebakaran, oksigen dalam zat ini akan terlepas dan memperkaya atmosfir dengan oksigen. Contoh lain oksidator adalah amonium nitrat yang biasa digunakan di pupuk.

    Oksidator pada dasarnya bukan zat yang mudah terbakar, tetapi bertanggung jawab terhadap dua komponen dari segi empat api yaitu komponen oksidator dan sumber panas. Ketika terdekomposisi zat oksidator ini, mereka tidak hanya melepas oksigen, tetapi juga dapat menghasilkan cukup panas untuk memulai pembakaran atau penyalaan terhadap bahan bakar yang terdekat. Dekomposisi ini selain di bisa dimulai oleh panas tetapi bisa juga dimulai oleh sejumlah kecil air atau bercampur dengan material yang tidak sesuai.

    Material material yang tidak sesuai yang dapat memulai dekomposisi termasuk cat, oli, pelumas dan hidrokarbon lainnya.

    Salah contoh lain dari penggunaan oksidator amonium nitrat adalah pada saat pengeboman gedung federal di kota oklahoma tanggal 19 april 1995 yang menewaskan 286 orang. Pengebom mencampur amonium nitrat yang dicampur dengan bahan bakar minyak untuk dijadikan sebagai bahan peledak.


    Gedung Federal kota Oklahoma
      
    Oksigen dan oksidator bereaksi berbahaya dengan bahan bakar berbasis hidrokarbon. Reaksi ini dapat menciptakan panas yang cukup untuk memulai suatu penyalaan (ignition) atau terjadinya api  

    Elemen lain yang dapat menggantikan posisi oksigen dalam proses reaksi pembakaran adalah fluorin dan klorin. Keduanya sudah dalam bentuk gas sama dengan oksigen. Florin merupakan oksidator yang kuat bahkan lebih kuat dari oksigen, jika terjadi kebakaran di suatu area dengan atmosfir yang kaya dengan florin, maka proses pembakaran akan sangat cepat dibandingkan dengan proses pembakaran yang terjadi di atmosfir udara normal.



    Pada saat proses pembakaran atau proses terbentuknya api, oksigen di lingkungan terdekat akan terkonsumsi oleh proses tersebut, tetapi ketika lingkungan tersebut tertutup dan suplai oksigen terbatas, maka proses pembakaran akan berubah dan proses pembakaran menjadi tidak selesai dan api akan padam, biasanya akan diikuti suatu fenomena kebakaran yang dinamakan backdraft. Terkonsumsinya oksigen oleh proses pembakaran selain mengakibatkan kemampuan oksigen untuk mendukung pembakaran menjadi berkurang, tetapi juga berbahaya bagi manusia karena mengakibatkan menurunnya kemampuan manusia untuk bernapas atau bertahan hidup. 

    Tekait bahaya berkurangnya oksigen terhadap manusia, terdapat salah satu alat pemadam kebakaran yang berbahaya bagi manusia karena alat tersebut berfungsi untuk menurunkan konsentrasi oksigen di udara, salah satu contohnya CO2 suppression system, sehingga biasanya di area yang diproteksi dengan CO2 suppression system selalu dipasang tanda berbahaya bagi manusia.

    Sebagai tambahan informasi, manusia akan mulai terpengaruh ketika konsentrasi oksigen dilevel 15%. Pada konsentrasi 10%, akan berdampak pada kemampuan untuk membuat penilaian dan bibir mulai membiru. Level 8 % ke bawah akan berakibat fatal

    Referensi:

    • DeHaan, John D. 2007. Kirks's Fire Investigation sixth edition. Pearson Prentice 
    • HallSchroll, R. Craig. 2002. Industrial Fire Protection Handbook second edition. CRC Press
    • Cote P.E., Arthur. 2003. Fire Protection Handbook Nineteenth Edition Volume I & II. NFPA
    • Ladwig,, Thomas H. 1990. Industrial Fire Prevention and Protection. Van Nostrand Reinhold
    • Shackelford, Ray. 2008. Fire Behavior and Combustion Processes 1st Edition. Delmar Cengage Learning
    • FM Global Data Sheet 7-52 Oxygen January 2012

  • Apa sih yang dimaksud dengan bahan bakar dan apa peranannya terhadap kebakaran (api)?

    By Kusnu → Thursday, August 10, 2017

    Setelah kita mengetahui apa itu api, maka sekarang kita coba lihat salah satu elemen pembentuk api yaitu bahan bakar.

    Bahan bakar merupakan faktor penting dalam pengelolaan manajemen resiko kebakaran. Sebagai contoh, besar kecilnya suatu kebakaran dapat dilihat dari kemampuan bahan bakar tersebut menghasilkan panas pada saat terbakar (Heat Release Rate). Tingkat resiko suatu area juga dilihat dari mudah atau tidaknya bahan bakar tersebut untuk terbakar dan juga jumlah bahan bakar di area tersebut. Penyimpanan bahan bakar cair mudah terbakar dalam jumlah besar biasanya akan langsung diberi label resiko tinggi (High Risk) karena kemudahannya untuk menyala dan dampak yang akan timbul jika cairan tersebut terbakar




    Bahan bakar dapat berupa bahan bakar padat, cair dan gas dimana setiap bahan bakar tersebut mempunyai parameter-parameter dan proses tersendiri untuk mendukung proses terjadinya api atau pembakaran, termasuk efek yang dihasilkan juga berbeda. Contoh parameter tersebut dapat berupa ukuran bentuk fisik dari bahan bakar tersebut, suhu titik nyala, berat jenis dll. Penjelasan lebih detail mengenai hubungan jenis parameter dengan jenis bahan bakar akan saya jelaskan di posting yang lain.

    Konsep utama yang perlu kita pahami dalam proses terjadinya api adalah bukan bahan bakar padat atau cairan yang terbakar, tetapi gas mudah terbakar dari bahan bakar tersebut, gas mudah terbakar ini yang berinteraksi secara kimia dengan oksigen dan sumber panas sehingga menghasilkan api. Terkadang, agar tidak membingungkan pembaca, terminologi untuk gas mudah terbakar biasanya dikatakan sebagai combustible gases atau flammable gases.

    Bahan bakar api
    Tahapan proses pembentukan gas mudah terbakar

    Gas mudah terbakar dihasilkan ketika bahan bakar (padat dan cair) dipanaskan atau terpapar panas ke tingkat suhu dimana bahan bakar tersebut mulai mengalami dekomposisi thermal (pyrolysis maupun penguapan) dan melepaskan gas mudah terbakar ke atmosfer. Suhu ini lebih dikenal secara umum sebagai flash point atau titik nyala (Catatan: flash point tidak bisa diaplikasikan untuk bahan bakar padat).


    Dengan memahami konsep bahan bakar terhadap proses terbentuknya api, maka akan memudahkan kita untuk membuat perencanaan manajemen resiko kebakaran, contohnya menggunakan bahan bakar dengan titik nyala tinggi, pemisahan bahan bakar cair dengan sumber panas dll.

    Seperti biasa, penulis menerima dengan tangan terbuka dari setiap masukan dan koreksi dari pembaca mengenai artikel ini

    Referensi:

    • DeHaan, John D. 2007. Kirks's Fire Investigation sixth edition. Pearson Prentice Hall
    • Schroll, R. Craig. 2002. Industrial Fire Protection Handbook second edition. CRC Press
    • Cote P.E., Arthur. 2003. Fire Protection Handbook Nineteenth Edition Volume I & II. NFPA
    • Ladwig,, Thomas H. 1990. Industrial Fire Prevention and Protection. Van Nostrand Reinhold
    • Shackelford, Ray. 2008. Fire Behavior and Combustion Processes 1st Edition. Delmar Cengage Learning
  • Mengenal dan memahami proses terbentuk dan terjadinya Api

    By Kusnu → Tuesday, August 8, 2017
    proses terjadinya api

    Kecil menjadi teman, Besar menjadi lawan, itulah kira kira analogi API. Api bisa mendatangkan keuntungan jika terkendali dan bisa juga mendatangkan kerugian ketika api itu tidak terkendali.

    Mengutip peribahasa "Tak kenal maka tak sayang", maka sebaiknya kita mulai berkenalan dengan api dan prosesnya agar kita paham apa itu api. Mengerti dan mengenal tipe api dan karakteristiknya merupakan hal yang fundamental dalam pengelolaan resiko kebakaran.

    Api adalah hasil dari proses kebakaran maupun pembakaran. Lalu apa bedanya ya antara kebakaran dan pembakaran???.. terdapat perbedaan pengertian antara arti fire (kebakaran) dan combustion (pembakaran), meski proses nya sama, tetapi pembakaran merupakan proses yang terkendali dengan kenaikan suhu secara bertahap. Berbeda dengan kebakaran, kebakaran adalah api yang tidak terkendali atau yang kehadirannya tidak diharapkan dan bisa menciptakan dampak catastrophic (contohnya menyebabkan kematian). 

    Api merupakan reaksi kimia berkelanjutan antara bahan bakar dengan oksigen diiringi dengan kenaikan suhu dan kemunculan cahaya. Proses reaksi ini biasanya terkait dengan teroksidasinya bahan bakar oleh oksigen yang ada di atmosfir, akan tetapi ada beberapa bahan bakar yang sudah mengandung oksigen.

    Terdapat dua jenis api yaitu menyala (flaming) dan membara (smoldering). Api menyala adalah proses pembakaran yang melibatkan gas (bahan bakar dan oksidator dalam bentuk gas), contohnya adalah ketika kita menyalakan lilin. Api membara melibatkan permukaan dari bahan bakar padat dengan gas oksidator (biasanya oksigen di udara). Hampir semua kerusakan akibat kebakaran adalah jenis api menyala, contohnya adalah arang. Tetapi yang harus diingat adalah api menyala biasanya diawali dengan api membara yang kecil. 





    Pada masa lalu, proses pembentukan api digambarkan oleh tiga komponen yang dibutuhkan proses kebakaran maupun pembakaran untuk terjadi. Komponen pertama adalah oksidator, pada umumnya oksidator pada proses kebakaran adalah oksigen. Oksigen harus berada dalam komposisi yang tepat (antara 16% dan 21% terhadap udara) untuk mendukung proses ini. Komponen kedua adalah material yang bisa terbakar atau bahan bakar. Bahan bakar dapat berupa gas (contoh gas methane), zat cair (contoh bensin) atau zat padat (contoh kayu) Komponen ketiga adalah energi panas atau sumber penyalaan dengan energi panas yang cukup untuk menaikkan suhu bahan bakar ke suhu penyalaannya. Ketiga komponen ini biasa dikenal sebagai segitiga api.

    Seiring dengan waktu, segitiga api yang menggambarkan tiga komponen proses pembentukan api digantikan oleh gambaran baru yaitu segi empat api (fire tetrahedron) dimana terdapat komponen baru yaitu reaksi berantai kimia. Reaksi berantai kimia ini terjadi ketika bahan bakar mulai terurai atau terpecah oleh panas. Peneliti menemukan bahwa keberlangsungan pembakaran bahan bakar dipengaruhi oleh sebagian panas (sekitar 13%) hasil pembakaran yang di transfer balik ke bahan bakar, sehingga menyebabkan bahan bakar mulai terurai dan melepaskan suatu "spesies" yaitu suatu radikal bebas (suatu atom atau sekumpulan atom yang tidak stabil dan harus bergabung dengan atom lain untuk mencapai kestabilan) dan terproduksi komponen gas mudah terbakar. Proses penguapan dapat terjadi dengan atau tanpa dekomposisi kimia, jika dekomposisi kimia terjadi maka proses ini dikenal sebagai pyrolysis (Pyrolysis adalah proses pemecahan bahan bakar padat menjadi komponen gas ketika dipanaskan).

    Ketika proses pembentukan api dimulai, maka proses ini akan terus berlangsung sampai salah satu kondisi dibawah terjadi:
    • Bahan bakar habis terkonsumsi
    • Konsentrasi komponen oksidasi di bawah dari level yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembakaran. Salah satu contohnya pemadaman menggunakan gas inert.
    • Energi panas dengan jumlah yang cukup mendukung proses terjadinya api telah dihilangkan atau dicegah untuk kontak dengan bahan bakar. Salah satu contoh mengurangi energi panas adalah mengaplikasikan air untuk penyerapan panas.
    • Proses pembentukan api dihalangi secara kimia atau didinginkan ke suhu yang cukup untuk mencegah reaksi pembakaran lebih lanjut. Salah satu contoh dengan menggunakan sistem pemadaman yang bekerja dengan memasukkan unsur kimia ke dalam proses pembakaran
    Penemuan dari penelitian ini berujung pada pengembangan model baru yang menggambarkan keempat proses dan dengan juga memasukkan tambahan reaksi kimia berkelanjutan di dalam model baru tersebut


    terbentuknya segi tiga api

    Proses pembentukan api secara spontan atau penyalaan sendiri (auto ignition)
    Proses ini mempunyai sedikit perbedaan proses normalnya dimana proses ini tidak memerlukan sumber penyalaan untuk terjadinya proses pembentukan api. Dalam proses pembakaran spontan tersebut, bahan bakar memanaskan dirinya sendiri ke titik suhu penyalaan sendiri sebelum mulai proses pembakaran. Sebagai contoh batubara, batubara adalah material pada berpori dimana udara dapat masuk dan menyatu dalam material tersebut, tetapi panas yang di hasilkan terperangkap akibat dari sifat batubara itu sendiri. Saat batubara mulai panas akibat dari panas yang terperangkap di dalam batubara, suhu yang dihasilkan menyentuh suhu penyalaan dan proses pembakaran terjadi.

    Meski secara teori terlihat simpel, tetapi proses terbentuknya api banyak dipengaruhi banyak faktor seperti aliran udara, suhu lingkungan, konsentrasi bahan bakar, bentuk dan ukuran bahan bakar dll.


    Dalam proses kebakaran maupun pembakaran, terdapat produk yang dihasilkan dari proses ini sebagai hasil reaksi antara oksidator, bahan bakar dan sumber panas. Produk tersebut adalah :
    • Panas
    • Cahaya
    • Asap
    • Gas Api
    • Efek Fisiologis
    • Efek racun dari Gas Api
    Setelah kita mengetahui proses terjadinya kebakaran, maka kita akan bisa menentukan pengendalian untuk mengelola resiko kebakaran ke level resiko yang bisa terima dengan menerapkan beberapa pengendalian resiko. Kegagalan dalam pengelolaan resiko dapat berakibat fatal seperti kematian, kerusakan properti hingga terganggunya proses produksi. Semoga postingan ini bisa membantu kita untuk mengendalikan resiko kebakaran

    Referensi:
    • DeHaan, John D. 2007. Kirks's Fire Investigation sixth edition. Pearson Prentice Hall
    • Schroll, R. Craig. 2002. Industrial Fire Protection Handbook second edition. CRC Press
    • Cote P.E., Arthur. 2003. Fire Protection Handbook Nineteenth Edition Volume I & II. NFPA
    • Ladwig,, Thomas H. 1990. Industrial Fire Prevention and Protection. Van Nostrand Reinhold
    • Shackelford, Ray. 2008. Fire Behavior and Combustion Processes 1st Edition. Delmar Cengage Learning