• Mari mengenal Hot Work untuk bekerja lebih aman

    Ditulis Oleh: Kusnu
    Diterbitkan: Sunday, November 12, 2017
    A- A+
    Pekerjaan Penghasil Panas - Hot Work

    Tanggal 26 Oktober 2017 di Kosambi Tangerang terjadi ledakan besar yang diikuti oleh kebakaran di area tersebut, ledakan ini sangat keras dan besar sehingga bisa terlihat dari terminal 3 Bandara (kesaksian atasan saya yang kebetulan sedang di bandara tersebut), beliau bercerita bahwa ledakannya terlihat besar dan seperti jamur besar (seperi bom nuklir yang jatuh). Sumber ledakan berasal dari gedung pabrik pembuatan kembang api yang menyimpan 4000 kg bahan pembuat kembang api. Kejadian ini mengakibatkan 49 orang meninggal dan 46 orang cidera dari total 103 orang yang bekerja di area tersebut. Pada tanggal 28 oktober, diumumkan bahwa penyebab awal ledakan adalah akibat adanya aktivitas pengelasan di atas atap tempat penyimpanan bahan pembuat kembang api. Berdasarkan keterangan tukang las yang selamat dari kejadian ini, bahwa saat mereka mengelas di atap tersebut, percikan bunga api jatuh ke bawah tepat di atas bahan pembuat kembang api tersebut. Jatuhnya percikan api ini langsung mengakibatkan ledakan berbentuk bola api yang selanjutnya membakar area disekitarnya. 

    Postingan kali ini tidak akan membahas lebih detail mengenai kejadian tersebut, tapi saya coba membahas mengenai aktivitas pengelasan tersebut dengan harapan dapat membantu mencegah kejadian serupa di tempat lain. Aktivitas pengelasan ini bukanlah penyebab utama atau tunggal dari kejadian tersebut karena pasti ada serentetan deviasi (penyimpangan) atau pelanggaran yang telah terjadi sebelum kejadian ini dimana salah satu deviasinya adalah aktivitas pengelasan ini. Hampir sebagian besar orang saya temui mengerti bagaimana mengelas yang benar bahkan mereka benar benar ahli dan kompeten, hasil kerjanya sangat bagus, tetapi ketika ditanyakan bagaimana menciptakan proses pengelasan yang aman dan pengendalian bahaya apa saja yang diperlukan, banyak yang tidak memahami konsep dasarnya.

    Ketika kita berbicara pengelolaan keselamatan aktivitas pengelasan maka kita akan ketemu suatu istilah yang umum sering kita dengar yaitu HOT WORK atau pekerjaan yang menghasilkan panas. Pada umumnya orang lebih familiar dengan istilah Hot work, sehingga dalam postingan saya akan menggunakan Hot Work untuk pembahasannya.  Setiap perusahaan wajib memiliki kebijakan mengenai Hot work yang merupakan bagian dari manajemen keselamatan kebakarannya. Di setiap perusahaan pasti akan mempunyai prosedur yang bervariasi dan berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan biasanya akibat dari sifat aktifitas, tipe operasional maupun bahaya yang berbeda beda, tetapi secara garis besar semua prosedur prosedur tersebut ada persyaratan minimal yang sama dengan semua perusahaan.

    Secara definisi, Hot work adalah setiap aktivitas atau pekerjaan yang bersifat sementara atau permanen yang melibatkan api terbuka (open-flame) atau menghasilkan permukaan panas dan/atau menghasilkan bunga api yang mempunyai energi cukup untuk mampu menyulut atau memulai kebakaran atau ledakan. Hot work ini termasuk, tapi tidak terbatas pada
    • Penggunaan api terbuka
    • Patri (brazing)
    • Las Listrik, Las Gas/Karbit (Oxy-Fuel Welding) 
    • Pemotongan (torch cutting)
    • Grinding
    • Soldering
    • Torch-applied roofing
    • Pengoperasian peralatan penghasil panas, contoh Heat gun
    Secara umum, setiap bangunan atau fasilitas, apakah itu digunakan untuk komersial, industri, pendidikan maupun fasilitas kesehatan pasti mempunyai material atau bahan yang bisa terbakar yang cukup untuk menciptakan atau mendukung suatu kebakaran. Bahan bakar ini dapat terletak di dalam area bangunan atau menjadi bagian dari konstruksi bangunan tersebut. Bahan bakar yang terletak di dalam area bangunan dapat berupa furniture, peralatan produksi, penyimpanan bahan baku, cairan mudah terbakar, gas mudah terbakar dan debu mudah terbakar. Sedangkan bahan bakar yang menjadi bagian konstruksi bangunan dapat berupa bahan kayu sampai dengan bahan plastik. Bahan bakar ini dapat ditemukan di dinding, atap, di atas plafon, ducting dll. 


    10 Besar Sumber Panas Penyebab Kebakaran dan Ledakan (FM Global Data 2007 - 2011)

    Dengan tersedianya bahan bakar dan oksigen, maka secara konsep segitiga api, tinggal satu eleman lagi yang kurang untuk menyebabkan terjadinya api atau ledakan yaitu sumber panas. Seperti definisi di atas, Hot work merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan panas ataupun melibatkan api terbuka ataupun percikan bunga api. Sumber panas dari Hot Work ini dapat dengan mudah menyulut hampir semua bahan bakar yang dapat ditemukan di dalam bangunan atau di sekitar fasilitas bangunan. Tabel dibawah menggambarkan beberapa bahan bakar yang umum dapat ditemukan di area anda. Sebagai tambahan informasi, temperatur penyalaan atau ignition temperature berbeda dengan flash point. Temperatur penyalaan yang saya tulis dibawah adalah batas temperature terendah dimana bahan tersebut akan terbakar di atmosfer normal tanpa adanya sumber panas atau sumber pembakaran dari luar, seperti api dsb.


    Nama Bahan Bakar Temperatur Penyalaan (Ignition Temperature)
    Produk berbasis Kayu 210oC - 499oC
    Ethanol 210oC
    Bensin 257oC - 280oC
    Diesel 254oC - 260oC
    Minyak Pelumas 340oC - 360oC
    Polivinil Klorida (PVC) 507oC

    Tabel dibawah ini akan memberikan gambaran terhadap temperatur sumber panas yang dihasilkan oleh aktivitas Hot Work. Seperti yang kita lihat, temperatur yang dihasilkan sangat tinggi sehingga dapat dengan mudah menyulut suatu kebakaran jika tidak dikelola dengan aman dan benar

    Jenis Hot Work Temperatur
    Electric Arc 5,732oC - 11,732oC
    Arc welding slag 6,350oC di lokasi pengelasan
    Arc welding slag 2,704oC 0.5 m dari lokasi pengelasan
    Arc welding slag 2,204oC 4.9 m dari lokasi pengelasan
    Welding spatter 1,843oC di dekat welding rod
    Welding spatter 1,566oC 2.7 m di bawah welding rod
    Oxyacetylene cutting slag 2,093oC
    Spark from grinding wheel on steel 1,850oC di udara

    PENYEBAB UMUM KEBAKARAN AKIBAT HOT WORK
    Tidak tepatnya pengelolaan pekerjaan atau aktivitas Hot Work masih tetap menjadi sebab utama dari kebakaran dan ledakan, berikut factor kunci penyebab kebakaran akibat Hot Work
    • Kurang atau tidak adanya program pengelolaan Hot Work di area tersebut
    • Gagal untuk mengidentifikasi dan mengisolasi bahan bakar di area aktivitas Hot Work
    • Kurangnya periode pengawasan Hot Work oleh pengamat kebakaran (fire watch) termasuk periode istirahat
    • Mendelegasikan pengelolaan Hot Work ke kontraktor tanpa dilakukannya pelatihan ataupun pengawasan 
    Fokus utama dari pengelolaan pekerjaan atau aktivitas Hot Work adalah mencari alternatif aktifitas Hot Work atau lebih dikenal sebagai Cold Work (menggunakan alat yang tidak menghasilkan panas) atau jika tidak ada alternatif Hot Work maka dapat merelokasi pekerjaan tersebut ke area yang sudah didesain untuk aktifitas Hot Work. Ketika alternatif Hot Work dan merelokasi tidak dapat dilakukan dan pekerjaan Hot Work memang tidak bisa dihindarkan maka penting untuk bisa memindahkan dan mengisolasi material atau bahan bakar di area tersebut sehingga kecil kemungkinan sumber panas dari Hot Work kontak dengan bahan  bakar. 

    Sistem Proteksi kebakaran juga memainkan peran dalam memitigasi atau mengurangi dampak kebakaran ketika terjadi kegagalan dalam pengelolaan aktifitas Hot Work. Aktifitas Hot Work secara sudut pandang resiko maka harus dilarang dilakukan di area yang tidak terdapat sistem proteksi kebakaran ataupun ketika ada sistem proteksi kebakaran tersebut sedang rusak atau tidak aktif, hal ini penting terutama di area dengan tingkat resiko kebakaran tinggi seperti di gudang penyimpanan barang barang mudah terbakar. 

    Selain sistem proteksi kebakaran, ada juga pengamat kebakaran (Fire Watch). Pengamat kebakaran ini yang secara hampir besar dilupakan dalam setiap aktivitas Hot Work. Fungsi Pengamat kebakaran ini tidak bisa dilakukan oleh pekerja Hot Work itu sendiri dan oleh orang lain karena fokus pekerja tidak melihat area Hot Work secara keseluruhan. Memang ada kondisi kondisi tertentu dimana fungsi pengamat kebakaran tidak diperlukan, tetapi secara umum kondisi ini sulit ditemukan. Kenapa kita butuh pengamat kebakaran, karena orang pada dasarnya bisa melakukan kesalahan, terutama kesalahan dalam mengidentifikasi hal hal untuk pencegahan kebakaran atau ledakan, seperti memastikan bahan bakar sudah dipindahkan atau terisolasi dari sumber panas Hot Work. Ketika kesalahan ini terjadi, maka tugas pengamatan kebakaran ini yang akan meminimalkan akibat dari kesalahan tersebut.





    Secara umum semua pegendalian resiko kebakaran akan tercakup di dalam program pengelolaan Hot Work. Program pengelolaan Hot work secara minimal terdiri dari 
    • Kebijakan perusahaan tentang Hot Work. Manajemen Perusahaan bertanggung jawab terhadap keselamatan operasional pekerjaan Hot Work dan keselamatan pekerja termasuk keselamatan kontraktor yang berada di bawah pengawasan Manajemen perusahaan. Kebijakan yang dibuat kurang lebih menggambarkan bahwa perusahaan telah mengimplementasikan program pengelolaan Hot work untuk mencegah kebakaran dan ledakan akibat hot work, termasuk keharusan semua karyawan dan kontraktor yang beraktivitas Hot Work untuk mengikuti program tersebut termasuk untuk mendorong semua pekerja untuk menghentikan aktifitas Hot Work tanpa takut akibat dari penghentian tersebut ketika keselamatan dari Hot Work telah terdeviasi.
    • Prosedur Hot Work. Prosedur harus menjelaskan dengan detail bagaimana Hot work dilakukan dengan aman, termasuk kapan ijin kerja dilakukan, kapan pengamat kebakaran dibutuhkan, pelatihan yang dibutuhkan, metode audit dan tahapan tahapan pengendalian yang harus dilakukan
    • Sistem ijin kerja Hot Work. Sistem ijin kerja ini akan mengontrol setiap aktivitas Hot Work yang akan dilaksanakan di suatu area dan memastikan semua prosedur dan pengendalian telah dilakukan sehingga pemilik area dapat memastikan bahwa areanya aman dan pekerjaan dilakukan dengan aman terhadap potensi kebakaran akibat Hot Work.
    • Enforcement dari kebijakan dan prosedur Hot Work itu sendiri. Pekerja maupun kontraktor harus mempunyai prosedur dan kebijakan mengenai Hot Work dan ini harus disosialisasikan. Tujuan sosialisasi ini agar mereka paham kenapa harus mengikuti prosedur dan konsekuensinya jika tidak mengikuti prosedur tersebut. Konsekuensi dapat berupa sanksi teguran hingga pemecatan bagi pegawai perusahaan dan penghentian kontrak bagi kontraktor. 
    Detail dari pengelolaan Hot Work akan saya bahas terpisah di beberapa postingan yang akan datang agar pembaca dapat memahami Hot Work ini secara terstruktur dan memahami konsepnya.   

    SEMUA KEBAKARAN AKIBAT HOT WORK DAPAT DICEGAH

    Ya benar..., Kebakaran atau ledakan akibat Hot Work dapat kita cegah sehingga tidak menimbulkan kerugian baik dari sisi pekerja maupun operasional bisnis. Ada banyak kesempatan di setiap langkah dalam proses aktivitas Hot Work yang dapat kita lakukan untuk mencegah kebakaran dan ledakan. Keefektifan dalam pengelolaan Hot Work dimulai dari PIMPINAN atau MANAJEMEN PERUSAHAAN tertinggi di perusahaan tersebut jika kita bicara dalam lingkungan industrial. Ketika mereka mengerti mengenai bahaya yang  terlibat dalam aktivitas Hot Work dan BERKOMITMEN untuk mencegah dan memitigasi resiko kebakaran yang tercipta disetiap aktivitas Hot Work yang dilakukan, maka kerugian akibat Hot Work dapat dicegah.

    Tujuan utama atau Gol besarnya dari program pengelolaan atau manajemen Hot Work adalah untuk mencegah sumber panas yang dihasilkan oleh aktivitas Hot work kontak dengan material atau bahan yang mudah terbakar. Secara pribadi bisa saya katakan bahwa kebakaran akibat Hot work, baik yang sudah terjadi atau yang terdeteksi atau yang berhasil dipadamkan baik dalam periode pengawasan oleh pengamat kebakaran (fire watch)  merupakan kegagalan dalam implementasi program pengelolaan Hot Work akibat gagalnya mengontrol sumber panas dan bahan bakar.

    Demikian postingan saya kali ini mengenai Hot Work, berangkat dari keprihatinan kejadian Kosambi, semoga kejadian tersebut menjadi yang terakhir dan tidak terjadi di area manapun di Indonesia, karena pihak yang paling sangat dirugikan dari kejadian ini adalah keluarga korban dan bukan perusahaan. Semoga bermanfaat dan kritik, komentar dan saran masih saya tunggu dari para pembaca. 

    Referensi:
    • FM Global. 2015. Don't Get Burned by Hot Work - P9802. FM Global
    • FM Global. 2010. Understanding the Hazard Hot Work - P0032. FM Global
    • FM Global. 2017. FM Datasheet - Hot Work Management (10-3). FM Global
    • Colonna P.E, Guy R. 2001. Introduction to Employee Fire & Life Safety. NFPA
    • Tangerang fireworks disaster. Wikipedia, diakses tanggal 11 November 2017, <https://en.wikipedia.org/wiki/Tangerang_fireworks_disaster>
    • Amelia R, Mei. Cerita Pengelas saat Detik-detik Ledakan di Pabrik Kembang Api. DetikNews, diakses tanggal  9 November 2017, <https://news.detik.com/berita/d-3706436/cerita-pengelas-saat-detik-detik-ledakan-di-pabrik-kembang-api>

    Subjects:

  • 3 comments to ''Mari mengenal Hot Work untuk bekerja lebih aman"

    ADD COMMENT
    1. Pak Kusnu,
      Mungkin perlu ditambahkan contoh prosedur Surat Ijin Pengelasan sumber NFPA yg terdiri dari 1 (satu) lembar bolak balik yg harus diisi tukang las dan disetujui pengawas, sebelum dan setelah pekerjaan las.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Siap pak, saya berencana untuk posting contohnya di postingan selanjutnya ketika memebahas prosedur permit hot work

        Delete
    2. Mgkn sedikit masukan pak, contoh permit hot work dan flow chart dari pekerjaan hot work om kusnu, serta persyaratan tukang las dan personal yg memenuhi syarat untuk fire watch, maaf kalau ada salah

      ReplyDelete