Browsing "Older Posts"

Browsing Category "Risk"
  • Kapan Concealed Space Membutuhkan Sistem Proteksi Sprinkler?

    By Kusnu → Friday, July 13, 2018



    KAPAN CONCEALED SPACE MEMBUTUHKAN PROTEKSI SPRINKLER?

    Sebuah pertanyaan umum ketika suatu ruangan mempunyai CONCEALED SPACE atau jika didefinisikan berupa ruang tersembunyi yang berada di antara plafon dan floor slab (permukaan bawah lantai di atas plafon). Lalu apa hubungannya sprinkler dengan ruang tersebut yang pada umumnya tidak ada material yang dapat terbakar tersebut. Pertanyaan ini umumnya terkait dengan suatu standar proteksi kebakaran yaitu NFPA 13 (Installation of Sprinkler System). 

    Ketika kita berjalan di setiap gedung perkantoran, rumah sakit, atau properti komersial lainnya dengan model plafon yang menggantung, kita mungkin akan sering melihat sistem sprinkler yang memproteksi area atau ruangan di bawah plafon. Pertanyaannya adalah, apakah sprinkler diperlukan untuk ruang di atas?, jika merefer ke Chapter 8.15.1.2 (Installation Requirement – Concealed Space) dari NFPA 13 (2016 edition saat saya menulis blog ini), Chapter ini bisa menjadi panduan kita karena chapter ini menyediakan daftar persyaratan tentang concealed space atau ruang tersembunyi di atas plafon yang tidak membutuhkan sistem proteksi sprinkler. Kode di NFPA untuk panduan ini dimulai dari 8.15.1.2.1 hingga 8.15.1.2.18 dan 8.15.6, tetapi jika dibaca daftar ini maka kemungkinan akan bingung dan malah bertanya kapan tepatnya concealed space dipasang sistem sprinkler. 

    NFPA 13 memungkinkan kita untuk tidak memasang sistem sprinkler di concealed space yang terbentuk atau terbuat dari material yang tidak dapat terbakar dan atau dari material yang dapat terbakar selama material tersebut dalam jumlah yang sedikit. Dengan kata lain, ketika concealed space tidak memiliki sistem sprinkler, maka lantai, plafon, dinding, dan elemen struktur ruang tersebut harus terbuat dari material yang tidak dapat terbakar atau material yang dapat terbakar tetapi dengan jumlah yang sangat terbatas. Ini bukan berarti melarang material lain yang dapat terbakar untuk berada di concealed space, tetapi bisa dikatakan boleh dengan syarat selama material tersebut tidak menjadi material utama dari lantai, plafon, dinding, atau elemen struktural, dan juga tidak memiliki kuantitas dimana jumlah material tersebut tidak dapat lagi dianggap "minimal".

    Yang menjadi perhatian adalah bahwa material lain yang dapat terbakar tersebut bisa menyebarkan api melalui concealed space dan bisa memungkinkan api menyebar luas melalui gedung dan berpindah dari ruang ke ruang, lantai ke lantai. Material seperti cables ties atau end caps dari cable tray di concealed space tidak cukup untuk menyebarkan api melalui ruang tersebut. Begitu juga beberapa kabel komputer yang digelar di concealed space pun tidak akan menyebarkan api melalui ruang tersebut.

    Tetapi di satu waktu, beberapa kabel ini dapat menjadi lusinan, dan lusinan dapat menjadi ratusan, dan dalam hal ini kita akan memiliki situasi di mana jumlah material dapat terbakar tersebut tidak bisa lagi dianggap minimal. Di beberapa bangunan, kabel ini dapat mempunyai total berat puluhan kg dan memiliki kemampuan untuk menyebarkan api melalui concealed space. Sehingga dalam hal ini, concealed space tersebut akan membutuhkan sistem sprinkler jike merefer ke NFPA 13. Standar ini juga memungkinkan dipasang sistem proteksi sprinkler di concealed space hanya pada area di atas material yang dapat terbakar jika concealed space terbatas pada area tertentu di dalam ruang tersebut.

    Panduan yang jelas mengenai kapan proteksi sistem sprinkler diperlukan di concealed space sulit untuk diinterprestasikan atau dipahami. Komite Teknis NFPA 13 tidak dapat mencapai konsensus tentang batasan jelas antara concealed space yang mempunyai jumlah terukur material yang dapat terbakar untuk diperlukan pemasangan sistem sprinkler dengan concealed space yang tidak memerlukan pemasangan sistem sprinkler. Oleh karena itu, keputusan harus dievaluasi berdasarkan kasus per kasus terhadap potensi resiko yang akan terjadi, termasuk dari jumlah material yang dapat terbakar. 

    NFPA 13 di point 8.15.1.2.1 mempunyai kalimat yang penting karena di chapter ini menginformasikan kepada kita bahwa sejumlah kecil material yang dapat terbakar diizinkan di concealed space yang tidak diproteksi oleh sistem proteksi sprinkler. Tanpa kalimat ini di NFPA 13, beberapa user akan mengartikan semua concealed space harus mempunyai sistem proteksi sprinkler ketika terdapat material yang dapat terbakar dalam jumlah berapa pun, betapapun kecil jumlahnya.

    Komite yang bertanggung jawab atas kalimat di 8.15.1.2.1 ini ingin mencegah pendekatan yang berat yang akan memukul rata semua kondisi untuk harus pasang sistem proteksi jika terdapat material yang dapat terbakar. Hal ini penting karena akan berpengaruh pada perhitungan hydraulic dari sistem sprinkler itu sendiri

    Pada akhirnya, keputusan tetap pada pemilik area atau badan yang mempunyai tugas untuk memastikan terpatuhinya standar keselamatan suatu gedung. Ketika kontraktor dan engineer tidak yakin apakah yang mereka lihat pada rencana awal untuk concealed space dianggap memiliki material yang dapat terbakar dalam jumlah minimal atau tidak, maka mereka harus menghubungi pemilik area atau badan tersebut untuk konfirmasi. Menunggu hingga pekerjaan semua selesai dipasang dan berharap interprestasi anda benar merupakan keputusan ekonomi yang tidak bijaksana.

    Sehingga untuk menjawab pertanyaan utama di atas adalah harus melalui review kasus per kasus sambil dikombinasikan dengan NFPA 13 chapter 8.15.1.2 untuk menentukan apakah concealed space memerlukan sprinkler atau tidak. Dan juga manajemen perubahan juga harus diterapkan agar ketika pada awalnya concealed space tersebut hanya berisi sedikt material yang dapat terbakar dan seiring dengan waktu menjadi banyak dapat teridentifikasi dan ditentukan apakah "saat itu" diperlukan tambahan sistem proteksi di area tersebut

    Tulisan ini berasal dari Journal NFPA dan tambahan sedikit informasi dari saya dengan tanpa mengurangi tujuan utama dari journal tersebut di tulis. Sehingga journal ini bisa mudah dipahami oleh teman teman. Terimakasih

    Join MyChannel for Database of EHS and Fire Safety

    https://t.me/joinchat/AAAAAEZrpR1mf-qNHEdx-g

    Sumber:
    https://www.nfpa.org/News-and-Research/Publications/NFPA-Journal/2018/July-August-2018/In-Compliance/NFPA-13


  • Pengelolaan Impairment untuk memastikan sistem proteksi bekerja saat dibutuhkan

    By Kusnu → Saturday, July 7, 2018


    Sabtu pagi tanggal 21 juli 2007, Massachusetts USA, kebakaran terjadi di bangunan bekas pabrik benang yang bersejarah dan juga merupakan pabrik benang terbesar ketiga di Amerika serikat. Bangunan tersebut ditempati 56 toko. Sekitar 600 tim damkar meresppon kebakaran tersebut, tetapi lokasi tersebut mengalami total loss. Di perlukan sekitar 3 hari untuk memadamkan api. Dampak finansial akibat kebakaran ini ditaksir sekitar USD 26 juta. Diduga kebakaran terjadi akibat pekerjaan pengelasan yang dilakukan di basement sehari sebelum terjadi kebakaran. Pada saat kebakaran, gedung sedang tutup. Bangunan tersebut dilengkapi dengan sistem sprinkler, tetapi pada saat kebakaran, valve sistem sprinkler tersebut tertutup dan terkunci. Dengan tidak adanya air untuk mensuplai sistem sprinkler maka api dapat cepat membesar dan menyebar. Tidak ada pemberitahuan penutupan valve tersebut ke tim pemadam kabakaran lokal seperti yang disyaratkan oleh peraturan pemerintah lokal di area tersebut.


    Massachusetts USA, Pabrik Benang

    Ketika kita mempunyai sistem proteksi kebakaran seperti sistem sprinkler, carbon dioxide gas, clean-agent gas, deluge water spray, water mist dll, pasti kita berharap sistem sistem tersebut berfungsi memadamkan atau mengendalikan api ketika kebakaran terjadi. Keefektifan dari sistem proteksi kebakaran dalam memadamkan api tergantung pada air atau gas yang akan mengalir ke area yang mengalami kebakaran melalui jaringan pipa. Jika salah satu valve yang berada di suatu tempat di jaringan pipa tertutup dapat menyebabkan air ataupun gas tersebut tidak dapat mengalir ke area yang mengalami kebakaran. Menurunkan sebagian atau seluruh fungsi sistem proteksi kebakaran dengan tertutupnya valve akan menciptakan suatu bahaya baru yang bernama shut-valve hazard.

    Pada saat terjadi kebakaran dan sistem proteksi kebakaran saat itu sedang mengalami pelemahan sistem atau lebih dikenal dengan istilah impairment (dari sini saya akan menggunakan istilah impairment untuk penulisan seterusnya), maka api akan dapat berkembang dan membesar tanpa terdeteksi dimana berkembangnya api ini sudah diluar kemampuan dari sistem proteksi kebakaran yang terpasang, meskipun anda sudah bisa membuka valve tersebut tetapi tetap akan menghasilkan total loss.

    Berikut 3 contoh lain kasus yang menggambarkan kebakaran dapat menjadi besar dan merusak ketika valve sistem proteksi kebakaran tertutup. Pada faktanya, suatu bangunan yang mempunyai sistem proteksi kebakaran seperti sprinkler dan tertutup valvenya dapat mengalami kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan bangunan yang tidak mempunyai sistem proteksi sprinkler. Hal ini dikarenakan prosedur jika terjadi kebakaran menggunakan asumsi bahwa sprinkler akan mendeteksi kebakaran lebih awal dan mengendalikan penyebaran apinya sambil menunggu tim pemadam kebakaran tiba atau sampai persiapan pemadaman api secara manual disiapkan, sehingga ketika asumsi sprinkler itu akan bekerja meski pada kenyataan tidak bekerja karena valvenya tertutup akan mengakibatkan kerugian menjadi lebih besar. 

    Contoh 1:
    Sistem sprinkler telah dimatikan (valve ditutup) setelah terjadi kebakaran kecil di sebuah pabrik dimana diperkirakan kebakaran telah dipadamkan oleh tiga head sprinkler yang pecah dan pemadaman manual menggunakan hose oleh pegawai pabrik. Sistem sprinkler tidak dikembalikan lagi ke posisi normalnya dan tim pemadam kebakaran local tidak diberitahu mengenai kejadian ini. Api kemudian menyala kembali, menjadi besar dan menyebar ke area yang diluar kemampuan dari sistem sprinkler tersebut, meskipun pegawai pabrik tersebut berhasil membuka valve sistem sprinkler tersebut setelah mereka menemukan api kembali menyala dan membesar. Kerugian akibat kerusakan kebakaran diperkirakan mencapai USD 84 juta

    Contoh 2:
    Api berawal di suatu area dari suatu fasilitas dimana sistem sprinkler tidak matikan selama satu tahun akibat menunggu untuk diperbaiki. Kerugian yang diakibatkan berkisar USD 13 juta 

    Contoh 3:
    Api berawal di tempat pemotongan kayu yang sedang tidak beroperasi. Meskipun sistem sprinkler terdapat di area tersebut, tetapi sistem sprinkler tidak dapat berfungsi dikarenakan sistem sprinkler membeku dimana kerugian yang diakibatkan berkisar USD 8 juta

    Mengutip data dari asuransi FM Global, tiap tahun FM Global engineer menemukan sekitar 1000 valve sistem kebakaran yang tertutup dan impaired sistem kebakaran. Dalam survey yang dilakukan antara tahun 1995 dan 1999, FM Global Engineer menemukan sekitar 3800 valve sistem proteksi kebakaran yang tertutup penuh maupun setengah tertutup dimana 64% dari valve tersebut tidak ditemukan rantai gembok untuk mengunci posisi valve tersebut ataupun tamper switch. Sekitar19% valve ditemukan rantai gembok saat ditemukan, 13% dilengkapi dengan tamper switch dan 4% ditemukan mempunyai keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memberikan rantai gembok ataupun tamper switch tidak menjamin valve sistem proteksi kebakaran tidak akan tertutup atau impaired. Sebagai tambahan, 60% dari 3800 valve ditemukan pada valve yang berada di dalam bangunan.

    Pada umumnya valve sistem proteksi kebakaran di tutup atau tertutup dikarenakan hal hal berikut ini:
    • Sistem sprinkler sedang dalam perbaikan
    • Sedang ada perubahan bangunan
    • Aktivitas pemeliharaan (maintenance)
    • Cuaca dingin
    • Error (tidak menyadari jika valve tersebut merupakan bagian dari sistem proteksi kebakaran)
    • Sabotase

    Hasil studi menunjukkan bahwa dengan tidak adanya manajemen impairment dan tindak lanjut hasil inspeksi akan bisa mengakibatkan valve sistem proteksi kebakaran ditutup untuk perbaikan dan lupa untuk dibuka kembali. Data menunjukkan bahwa valve yang dikatakan tertutup sementara biasanya akan tetap tertutup selama mingguan, bulanan bahkan tahunan.

    Kebakaran memang tidak bisa 100% di cegah, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan sistem proteksi kebakaran di bangunan atau fasilitas anda siap berfungsi ketika dibutuhkan. Pada kondisi normal, pemastian bahwa valve dalam kondisi terbuka 100% adalah sangat penting. Dan sama pentingnya dalam memahami konsep dasar bagaimana dan kapan melakukan inspeksi dan mengelola impairment ketika sistem proteksi kebakaran akan dimatikan sementara.

    Berikut langkah langkah yang dapat diambil untuk memastikan bangunan atau fasilitas anda terhindar dari shut-valve hazard:
    • Kunci semua valve dalam kondisi valve terbuka dengan menggunakan rantai gembok
    • Lakukan rutin inspeksi dan catat hasil inspeksinya
    • Pengawasan terhadap valve impairment

    Penguncian Valve

    Mengunci valve dalam kondisi valve terbuka 100% membantu memastikan aliran air maupun gas yang diperlukan oleh sistem proteksi kebakaran untuk memadamkan maupun mengendalikan kebakaran. Berikut panduan untuk melakukannya:
    • Pastikan valve sistem proteksi kebakaran dalam kondisi terbuka 100% dan kemudian amankan valve terhadap pihak yang tidak bertanggung jawab dengan cara mengunci valve tersebut (untuk ukuran valve 1.5 inch atau kurang disarankan menggunakan wire seal)
    • Kunci semua valve suplai air sistem proteksi kebakaran yang mempunyai ukuran di atas 1.5 inch atau valve yang mensuplai air lebih dari 5 sistem sprinkler
    • Pastikan gembok, rantai ataupun wire seal terbuat dari material yang sulit untuk dirusak oleh alat biasa. Dianjurkan yang tahan cuaca jika dipasang diluar
    • Jangan menggunakan gembok yang mempunyai beragam kunci. Semua gembok harus mempunyai satu macam kunci
    • Distribusi kunci dipastikan ke orang orang yang bertanggung jawan terhadap sistem proteksi kebakaran dan minimalkan jumlah distribusi kunci.
    Wire Seal

    Panduan untuk mengunci beberapa tipe valve sistem proteksi kebakaran



    Tipe A: Post-Indicator Valve (PIV)
    Kunci pegangan valve melalui lubang pegangan dengan memasukkan gembok pada lubang tersebut. Jika valve tersebut terdapat handwheel, masukkan rantai diantara handwheel tersebut

    Tipe B: Wall-Post-Indicator Valve (WPIV)
    Pasang eyebolt di dinding untuk tempat gembok dan rantai mengunci. Jika terdapat banya Valve, maka penguncian harus dilakukan untuk masing masing valve dan jangan digabung menjadi Satu

    Tipe C: Outside-Screw-and-Yoke (OS&Y) Valve
    Lilitkan rantai melalui handwheel. Gunakan kabel untuk tipa valve yang kecil

    Tipe D: Inside-Screw-and-Gate Valve
    Lilitkan rantai melalui handwheel dan ruang antara baut


    INSPEKSI

    Dengan melakukan inspeksi secara rutin dan tercatat terhadap semua valve sistem proteksi kebakaran dan tandemkan dengan penguncian valve dalam keadaan valve terbuka akan meningkatkan kemungkinan sistem proteksi kebakaran anda akan beroperasi ketika terjadi kebakaran dan meminimalkan eksposur terhadap bangunan anda terhadap resiko kebakaran. 

    Inspeksi dilakukan satu dalam seminggu dan melakukan pemutaran valve 3 putaran tiap bulannya untuk memastikan valve terbuka 100%. Untuk valve yang sering atau diduga selalu tertutup dengan misterius atau sering rusak, maka disarankan untuk melakukan inspeksi harian.

    MANAJEMEN IMPAIRMENT

    Manajemen Impairment diperlukan untuk membantu mengelola aktivitas penutupan atau penurunan fungsi dari suatu sistem proteksi kebakaran sehingga resiko yang akan muncul akibatnya dari tertutupnya valve ini tidak menjadi High Risk.

    Secara sistem, mungkin setiap perusahaan akan mempunyai How To nya yang berbeda beda, tetapi saya coba tuliskan konsep dasarnya dulu. Secara konsep, mengelola impairment ini ada tiga kondisi yaitu perencanaan, selama impairment dan setelah pekerjaan selesai.

    Dalam rencana awal, maka bisa menggunakan Impairment permit untuk meregister peralatan mana yang akan dimatikan dan pekerjaan apa yang dilakukan. Kemudian disebutkan durasi impairmentnya. Setelah itu aktivitas ini diinformasikan ke pihak pihak yang terkait agar pihak tersebut mengetahui akan kehilangan sistem proteksi kebakaran dalam jangka waktu tertentu di areanya. Menghentikan operasional di area tersebut jika operasional tersebut dapat memiliki kemungkinan menyebabkan kebakaran. Kemudian disiapkan mitigasi sementara untuk menghadapi kejadian kebakaran pada saat sistem proteksi kebakaran tidak aktif. Yang terakhir adalah memastikan sumber daya sudah tersedia sebelum pekerjaan dimulai agar durasi penutupan proteksi kebakaran dapat di kurangi.

    Selama impairment berlangsung. Hilangkan sumber sumber panas yang memicu kebakaran di area tersebut dan lakukan patrol rutin di area tersebut. 

    Setelah selesai dilakukan pekerjaan tersebut, maka sistem proteksi kebakaran diaktifkan lagi dan dilaporkan ke pihak pihak yang terkait. Tutup impairment permit.

    Dengan mempunyai sistem proteksi kebakaran di area anda tidak menjamin bahwa kebakaran besar dapat dihindari. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi fungsi dari sistem tersebut, selain sistem yang apakah masih sesuai dengan jenis bahaya yang ada, pengelolaan impairment juga faktor penting lain yang harus diperhatikan. Dengan adanya faktor faktor tersebut, total loss di area anda dapat dihindari. Semoga artikel dapat bermanfaat

    Join MyChannel for Database of EHS and Fire Safety
    https://t.me/joinchat/AAAAAEZrpR1mf-qNHEdx-g



  • Apa itu latihan kebakaran? - Fire Drill

    By Kusnu → Sunday, January 28, 2018

    Latihan membuat sempurna atau istilah inggrisnya Practice Make Perfect, begitu juga dalam menghadapi situasi kondisi darurat, dengan berlatih maka akan membuat kita lebih siap menghadapi situasi kondisi darurat dengan mengetahui apa yang harus diperbuat.

    Terkait dengan insiden kebakaran di lingkungan kerja, maka latihan kebakaran (fire drill) dan latihan evakuasi secara regular dapat menjadi suatu cara untuk memastikan pemahaman dan reaksi yang sama dari semua penghuni ketika terjadi suatu kondisi darurat kebakaran. Tujuan utama dari latihan kebakaran (fire drill) di tempat kerja adalah untuk membiasakan penghuni terhadap prosedur darurat saat terjadi kebakaran dan mengetahui semua komponen (tangga, pintu darurat, muster point dll) yang terkait dengan jalur evakuasi darurat.

    Dapat secara mudah bagi para penghuni untuk mengabaikan komponen komponen evakuasi setiap harinya pada saat mereka melakukan rutinitas harian di areanya. Penghuni akan masuk dan keluar bangunan melalui jalur yang sama setiap harinya. Jalur ataupun tangga darurat alternatif mungkin tidak familiar terhadap sebagian besar penghuni, termasuk juga para penghuni yang sudah tahunan bekerja atau tinggal di area tersebut. Jika terjadi kebakaran, kemungkinan besar penghuni akan menggunakan jalur evakuasi yang berdekatan dengan jalur mereka sehari hari. Dengan dilakukannya latihan kebakaran ini, maka para penghuni diberi kesempatan untuk mengetahui jalur alternatif yang tidak mempunyai kondisi berbahaya. Pengenalan ini dapat meningkatkan kemungkinan suksesnya evakuasi dan berkurang korban saat terjadi kondisi darurat.

    Evaluasi kondisi jalur evakuasi sebelum latihan kebakaran

    Sebelum dilakukan latihan kebakaran yang diikuti dengan proses evakuasi di tempat kerja, koordinator latihan kebakaran harus melakukan evaluasi pra latihan kebakaran terhadap jalur evakuasi dan titik berkumpul. Tujuan dilakukannya evaluasi pra latihan adalah untuk memastikan semua komponen evakuasi (tangga, pintu dll) dalam kondisi baik dan penghuni dapat menggunakannya dengan aman

    Sebagai contoh, evaluasi dapat memastikan bahwa jalur evakuasi telah mempunyai tanda yang jelas dan dapat dibaca, selain itu juga dapat memastikan bahwa jalur evakuasi tidak terdapat halangan yang dapat menghambat proses evakuasi.

    Koordinator latihan kebakaran juga harus mereview prosedur rencana evakuasi sebelum dilakukan latihan kebakaran dan mengidentifikasi pembaharuan yang diperlukan sebagai hasil dari perubahan operasional, perubahan fasilitas maupun perubahan karyawan di tempat kerja. Jika merefer ke OSHA 1910.38 (Occupational Safety and Health Administration – Emergency Action Plan), maka persyaratan suatu rencana aksi darurat (emergency action plan) minimal terdapat informasi mengenai prosedur evakuasi darurat, tipe dari evakuasi dan rute jalur evakuasi yang harus digunakan. Saat ini di beberapa perusahaan sudah memperlebar persyaratan ini dengan membuat rencana evakuasi formal dengan memasukkan gambar atau diagram jalur evakuasi dengan alternatif rute evakuasinya lengkap dengan spesifik informasi yang berkaitan dengan lokasi tempat itu berada. Contohnya, jalur evakuasi di suatu pabrik, maka informasi yang akan dimasukkan termasuk informasi mengenai jalur yang aman untuk evakuasi, area area apa saja yang harus dihindari saat proses evakuasi itu berlangsung dan khususnya untuk operator control room, terdapat juga informasi mengenai apa yang harus dilakukan sebelum melakukan evakuasi agar saat evakusi proses produksi tidak menimbulkan bahaya lainnya. Dalam merencanakan suatu latihan kebakaran, semua informasi mengenai bagaimana suatu penghuni harus bereaksi atau merespon harus dimasukkan dalam rencana latihan kebakaran untuk dilakukan evaluasi saat latihan dilakukan.

    Berikut link untuk contoh formulir evaluasi pra latihan

    Objektif Latihan Kebakaran

    Jika merefer ke NFPA Life Safety Code, objektif utama dari latihan kebakaran adalah evakuasi yang teratur. NFPA menyebutkan bahwa dalam melakukan latihan kebakaran (fire drill), penekanan pelatihan harus pada evakuasi yang teratur dan bukan pada kecepatan evakuasi.

    Pada umumnya, setiap tempat kerja atau fasilitas mempunyai persyaratan yang spesifik untuk evakuasi darurat. Secara umum, objektif latihan kebakaran berikut ini dapat digunakan untuk semua tempat kerja meski mereka mempunyai persyaratan yang berbeda beda:
    • Penghuni dapat mengenali alarm evakuasi
    • Saat menerima alarm evakuasi, penghuni akan mengambil tindakan yang tepat, termasuk mematikan proses produksi atau peralatan yang kritikal
    • Penghuni kemudian dengan segera melakukan proses evakuasi menggunakan jalur evakuasi yang telah ditetapkan dalam rencana aksi darurat
    • Penghuni akan memberikan bantuan ke tamu atau individu yang mengalami kesulitan
    • Penghuni akan melakukan tindakan penghindaran jika jalur evakuasi yang telah ditentukan dalam kondisi tidak aman
    • Penghuni akan melapor ke petugas monitor area berkumpul di lokasi area berkumpul yang telah ditentukan

    Objektif tambahan yang terkait dengan kebutuhan yang spesifik dari suatu area atau fasilitas harus dimasukkan ke daftar objektif tersebut. Supaya objektif yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai, maka koordinator latihan kebakaran harus membuat program pelatihan prosedur evakuasi darurat kepada semua penghuni yang akan terlibat dalam latihan kebakaran. 


    Pelaksanaan latihan kebakaran harus dapat dilakukan dengan aman dan dapat memberikan perserta latihan kebakaran dengan pengalaman pembelajaran yang diinginkan, oleh karena itu perencanaan latihan kebakaran harus direncanakan dengan benar sebelumnya. Objektif dan ekspektasi dari suatu tempat kerja ataupun fasilitas terhadap evakuasi saat terjadi kebakaran harus dipertimbangkan saat proses pembuatan perencanaan latihan kebakaran. 

    Proses perencanaan latihan setidaknya harus mencakup hal berikut ini:
    • Objektif dari latihan kebakaran
    • Frekuensi dari latihan kebakaran
    • Tipe latihan kebakaran – diumumkan vs kejutan
    • Keamanan dari latihan kebakaran dan evaluasi jalur evakuasi
    • Tugas dan tanggung jawab dari tim evakuasi darurat
    • Perhitungan jumlah penghuni
    • Tugas dan tanggung jawab tim latihan kebakaran
    • Koordinasi dengan tim pemadam kebakaran local
    • Koordinasi dengan pemilik area

    Frekuensi Latihan Kebakaran

    NFPA Life Safety Code menyatakan bahwa latihan kebakaran harus cukup sering agar penghuni di area tersebut memahami atau familiar terhadap prosedur evakuasi darurat. Dan juga dengan adanya penetapan frekuensi latihan kebakaran, maka akan terbentuk suatu program kegiatan rutin latihan kebakaran tiap tahunnya. Spesifik frekuensi latihan kebakaran di bawah ini berdasarkan NFPA Life Safety Code


    Jika tidak ada referensi mengenai berapa jumlah latihan kebakaran yang harus dilaksanakan tiap tahunnya, maka harus dilakukan evaluasi terhadap lokasi tersebut, apakah lokasi tersebut dikategorikan beresiko tinggi atau rendah. Nilai dengan proses penilaian resiko untuk menentukan jumlah frekuensi latihannya. Pada umumnya, satu atau dua latihan kebakaran tiap tahun dianggap cukup untuk memastikan penghuni familiar dengan prosedur evakuasi darurat.

    Kapan dibutuhkan jumlah latihan lebih banyak?, jumlah latihan dipertimbangkan dilakukan lebih banyak dari yang sudah direncanakan ketika terjadi perubahan baru pada prosedur evakuasi ataupun perubahan jalur evakuasi. Penambahan jumlah karyawan yang cukup signifikan juga dapat dipertimbangkan juga sebagai justifikasi untuk menambah frekuensi latihan kebakaran.

    Indikator lain yang bisa menyebabkan frekuensi latihan kebakaran ditambah yaitu respon yang buruk dari penghuni pada saat dilaksanakannya latihan kebakaran atau pada saat aktivasi alarm sesungguhnya. Latihan kebakaran ini selain digunakan sebagai sarana pelatihan, latihan ini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengevaluasi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari penghuni area tempat kerja, jika terdapat indikasi seorang penghuni membutuhkan pelatihan tambahan, maka frekuensi latihan akan ditambah.

    Latihan Kebakaran – diumumkan vs kejutan

    NFPA Life Safety Code menyatakan bahwa “Latihan kebakaran harus dilaksanakan pada waktu yang sudah diduga maupun pada waktu yang tidak diduga dengan kondisi yang bervariasi untuk mensimulasikan kondisi tidak normal yang dapat terjadi saat kondisi darurat sebenarnya”.

    Kebakaran selalu hadir di waktu yang tidak diduga, jika latihan kebakaran dilakukan di waktu dan cara yang sama terus menerus, maka latihan kebakaran ini akan kehilangan nilai objektifnya. Suatu ketika, terjadi kebakaran yang sesungguhnya, dan entah karena suatu masalah muncul, jalur evakuasi dan titik berkumpul yang biasa digunakan saat latihan kebakaran tidak dapat diikuti, maka hal ini akan menciptakan suatu kebingungan dan kepanikan. Latihan kebakaran harus direncanakan dengan hati-hati untuk dapat mensimulasikan kondisi kebakaran sebenarnya. Tidak hanya dilakukan diwaktu yang berbeda saja, tetapi juga dilakukan dengan menggunakan jalur evakuasi yang berbeda beda yang berdasarkan dari asumsi skenario akan terjadinya penutupan jalur evakuasi oleh asap maupun api


    Tipe latihan kebakaran yang akan dilakukan baik latihan yang diumumkan maupun latihan secara kejutan tergantung dari koordinator latihan terhadap objektif yang ingin dicapai dari latihan kebakaran. Latihan kebakaran yang diumumkan memberikan kesempatan bagi penghuni untuk melakukan persiapan sebelum dilakukan latihan kebakaran. Latihan kebakaran (fire drill) yang diumumkan akan menjadi pembelajaran pelatihan evakuasi secara terstruktur dimana setiap penghuni akan melakukan tindakan yang sesuai prosedur pada saat alarm mulai berbunyi maupun pada saat perintah evakuasi dilakukan. Latihan kebakaran yang diumumkan juga memberikan kesempatan kepada proses produksi untuk shutdown (jika diperlukan) atau mempersiapkan kondisi yang aman agar latihan kebakaran dapat dilakukan dengan selamat. Latihan kebakaran yang diumumkan merupakan latihan kebakaran dengan tingkat resiko yang kecil atau yang paling tidak mengancam, tipe ini cocok untuk mengenalkan prosedur atau jalur evakuasi yang baru ataupun pengenalan prosedur yang baru direvisi kepada penghuni. Pada saat latihan kebakaran tipe ini dilakukan, orang yang ditugaskan dalam latihan kebakaran ini dapat mengarahkan penghuni ke jalur evakuasi alternatif.

    Meskipun latihan kebakaran secara kejutan itu dianggap mengganggu, tetapi latihan kebakaran tipe ini dapat memberikan indikasi yang mendekati situasi nyata mengenai apa yang akan terjadi ketika situasi kebakaran benar benar terjadi. Tanpa adanya pengumuman pelaksanaan latihan kebakaran, penghuni mungkin dapat memilih untuk tidak bereaksi ketika mendengar alarm atau menunjukkan perilaku yang berbahaya saat kondisi darurat terjadi. Untuk mensimulasikan keadaan nyata, tanda berupa visual gambar maupun tulisan dapat digunakan, contohnya tulisan berupa pintu rusak di jalur evakuasi yang membuat penghuni untuk mencari jalur evakuasi alternatif. Latihan kebakaran secara kejutan ini tetap harus dilakukan komunikasi juga dengan pemilik area tetapi cukup dengan perwakilan manajemen di area tersebut, tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan dan pertimbangan dari mereka terhadap bahaya yang mungkin terjadi pada saat latihan kebakaran kejutan diadakan di area mereka.

    Keselamatan pelaksanaan latihan kebakaran dan evaluasi jalur evakuasi

    Keselamatan penghuni saat latihan kebakaran harus menjadi prioritas utama sehingga latihan ini tidak menimbulkan cidera kepada penghuni. Seperti yang sudah dibahas di atas, salah satunya adalah inspeksi pra latihan kebakaran yang dilakukan dan dikoordinasi oleh koordinator latihan kebakaran. Tujuan aktivitas inspeksi adalah untuk mengidentifikasi bahaya yang ada di jalur evakuasi dan dapat menciderai penghuni saat melakukan evakuasi. Selain identifikasi jalur evakuasi, untuk area produksi seperti di pabrik yang memiliki resiko tinggi, identifikasi juga harus dilakukan agar aktivitas latihan ini tidak menciptakan bahaya baru akibat dari tidak adanya orang yang memonitor parameter kritikal dari suatu proses produksi. Setelah ditemukan potensi bahaya tersebut maka dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut, pengedalian bahaya ini harus terlebih dulu dilakukan sebelum latihan kebakaran dilakukan. Menjadi tanggung jawab koordinator latihan kebakaran untuk memastikan pengendalian tersebut selesai dilakukan dan efektif terhadap potensi bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya.

    Pelatihan juga harus dilakukan sebelum dilakukan latihan kebakaran dan evakuasi, di pelatihan ini juga merupakan waktu yang tepat untuk memaparkan kondisi kondisi bahaya apa saja yang ada dan bagaimana mengendalikan pada saat latihan dilakukan. Latihan kebakaran secara bertahap dan teratur mengikuti prosedur harus ditekankan dalam pelatihan kebakaran ini dibandingkan kepada kecepatan evakuasi. Sebagai contoh, pada saat latihan kebakaran dan harus melalui tangga darurat, pemberitahuan kepada penghuni untuk melakukan dengan pergerakan yang aman harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cidera akibat terpleset atau terjatuh saat menuruni tangga dengan terburu buru. Secara garis besar, yang ingin dilihat dalam latihan kebakaran ini adalah konsep pemahaman penghuni terhadap prosedur evakuasi yang telah di ajarkan kepada para penghuni, apakah mereka mengikuti secara teratur, apakah ada prosedur yang tidak tepat ataupun mengidentifikasi perilaku penghuni yang berbahaya.

    Tekait dengan keamanan terhadap barang berharga penghuni yang melakukan latihan kebakaran dan evakuasi, maka koordinasi harus dilakukan dengan pihak pengamanan untuk memastikan tidak ada pihak pihak yang mengambil keuntungan dari latihan kebakaran ini.

    Perhitungan jumlah penghuni

    Sebagai pemilik suatu fasilitas, maka dituntut untuk bisa menghitung jumlah penghuni di area tersebut saat dilakukan latihan kebakaran dan evakuasi darurat. Sistem perhitungan jumlah penghuni harus dibuat untuk mengidentifikasi kehadiran penghuni dan lokasi mereka setelah evakuasi dilakukan. Latihan kebakaran ini akan melihat apakah sistem yang telah dibuat berfungsi secara sempurna atau parsial sehingga bisa disempurnakan. Selain itu, perhitungan ini bisa menunjukkan persentase keikut sertaan penghuni dalam mengikuti latihan ini dan berapa yang tidak mengikuti pelatihan, sehingga bisa identifikasi apakah perlu dilakukan latihan tambahan atau tidak. 

    Metode yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah orang adalah menggunakan tempat berkumpul yang telah ditetapkan dan menghitung satu persatu penghuni ketika mereka mencapai area berkumpul tersebut. Metode ini bekerja dengan baik untuk fasiltas dengan satu tenant. Metode ini juga dapat berfungsi dengan baik terhadap fasilitas yang memiliki ribuan pekerja jika proses perhitungan ini dikelola dengan baik. Untuk area yang memiliki banyak tenant seperti di gedung perkantoran, maka tiap tenant berkewajiban untuk menghitung masing masing penghuninya. 

    Tugas dan tanggung jawab staf latihan kebakaran

    Mengacu ke Life Safety Code “Tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan latihan kebakaran harus ditugaskan kepada orang yang kompeten untuk memimpin pelatihan”. Life safety code tidak menspesifikasikan secara pasti peran, tanggung jawab dan kualifikasi dari orang yang ditugaskan untuk mengkoordinasi dan membantu pelakasanaan latihan kebakaran dan evakuasi.

    Posisi dibawah ini menjelaskan fungsi dari peran masing masing staf latihan kebakaran dan evakuasi yang dapat diimplementasikan hampir di semua tipe fasilitas. 

    Catatan : nama posisi mungkin akan berbeda di tiap fasilitas atu perusahaan

    Koordinator latihan : Merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi latihan kebakaran. Posisi ini bisa ditugaskan ke Fire Safety Manager atau EHS Manager. Pada fasilitas yang kecil, koordinator latihan ini bisa ditugaskan ke Facility Manager.

    Floor/area warden : Tugas individu untuk menggkoordinasi evakuasi darurat di suatu bagian area tertentu atau lantai tertentu dan memastikan semua penghuni telah melakukan evakuasi. Floor warden juga bertugas memastikan semua area di bawah tanggung jawabnya telah kosong termasuk memastikan area toilet sudah tidak ada orang.

    Pemantau Tangga darurat : Tugas individu untuk memantau penggunaan tangga darurat pada lantai tertentu sewaktu evakuasi darurat

    Pemantau lift : Tugas individu untuk memantau lobi lift sewaktu evakuasi darurat kebakaran. Pemantau lift akan memastikan tidak ada penghuni yang menggunakan lift pada saat kondisi darurat dan mengarahkan penghuni ke jalur evakuasi lainnya atau ke arah tangga darurat

    Buddy atau tim support orang yang memiliki keterbatasan : Penghuni yang ditugaskan untuk membantu penghuni yang memiliki keterbatasan pada saat evakuasi darurat

    Pemantau titik kumpul : Penghuni yang ditugaskan untuk memantau titik kumpul dan mencatat penghuni yang tiba di titik kumpul

    Komunikator : Staf yang bertanggung jawab untuk komunikasi antar titik kumpul dan pusat komando

    Pemantau latihan : Tugas individu untuk memantau reaksi dan aksi penghuni saat latihan kebakaran dan melaporkan temuannya ke koordinator latihan pada saat akhir latihan.

    Koordinasi dengan tim pemadam kebakaran Lokal

    Pada umumnya, semua rencana pelatihan kebakaran harus selalu dikoordinasikan dengan tim pemadam kebakaran lokal yang ada di area anda. Tim pemadam kebakaran bisa diminta masukannya dalam perencanaan latihan ini karena mereka lebih ahli dalam proses evakuasi, sehingga masukan dari mereka dapat membuat perencanaan latihan kebakaran lebih bagus dan objektif yang telah ditetapkan dapat dicapai dalam latihan kebakaran ini.

    Saya mempunyai pengalaman yang terkait dengan koordinasi di tim pemadam, kebetulan di area kami mempunyai tim pemadam sendiri. Pada saat itu ada area yang melakukan latihan kebakaran dengan tidak melibatkan tim pemadam, mereka memutuskan untuk menggunakan api yang sebenarnya di area pantry. Saat latihan dimulai, api pun dinyalakan tetapi mereka lupa siapa yang akan memonitor api tersebut, sehingga hampir saja terjadi kebakaran yang sebenarnya, tetapi beruntung api bisa dikendalikan oleh tim pemadam kebakaran. Pelajaran dari insiden ini adalah pentingnya koordinasi dengan tim pemadam untuk mendapatkan masukan teknis termasuk potensi bahaya jika penghuni ingin menggunakan api dalam latihan kebakarannya.

    Koordinasi dengan pemilik area

    Latihan kebakaran harus juga berkordinasi dengan pemilik area atau fasilitas sehingga penghuni yang terlibat dalam perencanaan latihan kebakaran mengetahui tanggung jawab mereka selama latihan kebakaran berlangsung. Lingkup koordinasi tergantung pada tipe fasilitas dan komplektifitas proses produksi yang ada di area tersebut, tetapi minimal melibatkan posisi seperti manajer area, manajer EHS, manajer security dan tim respon darurat area (jika ada). Koordinasi juga dilakukan pada manajer yang membawahi suatu proses produksi yang akan terdampak dalam latihan ini, tujuannya untuk memastikan tidak adanya potensi gangguan dalam proses produksi pada saat latihan kebakaran berlangsung. 

    Posisi lain atau individual seperti senior manajemen ataupun perwakilan penghuni bisa dimasukkan juga dalam daftar orang yang akan diajak koordinasi. Meski tidak semua posisi diatas harus mengetahui kapan dilaksanakannya latihan kebakaran, tetapi mereka dapat memberikan bantuan dalam proses perencanaan latihan kebakaran dan juga membantu untuk memastikan latihan kebakaran ini mencapai objektif yang telah direncanakan.

    Evaluasi latihan kebakaran

    Latihan kebakaran di tempat kerja dilaksanakan untuk melatih penghuni dalam menjalankan prosedur evakuasi dan darurat, selain dari pemberi latihan kepada penghuni, latihan kebakaran ini juga menguji prosedur rencana darurat dan pengetahuan penghuni mengenai bahaya keselamatan kebakaran. 

    Tim pemantau latihan kebakaran yang tersebar di beberapa area saat latihan kebakaran akan memantau pelaksanaan latihan kebakaran. Koordinator latihan kebakaran akan mengumpulkan semua informasi dari masing masing pemantau latihan kebakaran, termasuk juga laporan dari tim yang terlibat dalam proses evakuasi dan juga laporan dari partisipasi penghuni yang mengikuti latihan kebakaran ketika latihan kebakaran telah selesai dilaksanakan.

    Isu isu terkait dengan respon dari penghuni, sistem proteksi kebakaran area, ataupun prosedur rencana darurat harus diidentifikasi pada saat latihan kebakaran berlangsung. Semua laporan dan isu akan dibuatkan laporan hasilnya oleh koordinator latihan yang kemudian akan mempresentasikan hasil ini ke perwakilan manajemen. Semua temuan yang ditemukan dari latihan kebakaran akan ditindaklanjuti oleh pemilik area untuk memastikan pada saat keadaan darurat kebakaran dan proses evakuasi dapat dilakukan dengan aman. Dalam pertemuan tersebut dengan perwakilan manajemen juga harus dibahas temuan temuan hasil dari latihan kebakaran sebelumnya dan memastikan apakah temuan tersebut sudah ditindaklanjuti atau belum. 

    Berikut contoh laporan evaluasi

    Berikut contoh formulir perencanaan latihan kebakaran

    Semoga informasi mengenai latihan kebakaran ini dapat membantu teman teman dalam memahami dan merencanakan latihan kebakaran

    Referensi:
    • Collona, P.E., Guy R. 2001. Introduction to Employee Fire & Life Safety. NFPA
    • 2010. A study book for the NEBOSH Certificate in Fire SAfety and Risk Management 3rd Edition. RMS
    • Craighead, Geoff. 2003. High-Rise Security and Fire Life Safety 2nd Edition. Britihs Library
    • 2018. NFPA 101 Life Safety Code.
  • Mengenal Prosedur Hot Work untuk Kerja yang lebih Aman

    By Kusnu → Sunday, December 17, 2017
    Prosedur Hot Work


    Don’t Get Burned by Hot Work. Kebakaran dan ledakan akibat Hot Work bisa dicegah sehingga tidak menempatkan bangunan, orang dan operasioanl bisnis dalam posisi beresiko. Pencegahan kebakaran dan ledakan yang diawali oleh Hot Work memerlukan kolaborasi antara jajaran manajemen, pekerja dan kontraktor. Senior manajemen harus dilibatkan untuk mendukung kebijakan program manajemen Hot Work dan berkomitmen untuk menyiapkan sumber daya untuk implementasi program manajemen Hot Work.

    Bahaya ledakan dan kebakaran terkadang tidak terlihat secara langsung meskipun oleh pekerja yang berpengalaman sekalipun, contohnya:

    #> Semua yang disekitar kita dapat terbakar. Percikan api dan metal panas dapat menjadi sumber panas yang tidak terkontrol seperti melayang dan bergulir jauh dari lokasi awal pekerjaan. Satu percikan api di atau dekat bahan bakar seperti serpihan kayu atau foam, cukup untuk terjadinya suatu kebakaran

    #> Percikan api dapat menetap di area atau di lokasi yang tidak dapat dilihat seperti lubang di lantai, lubang di plafon, atau di pelapis antara dinding. Percikan ini akan terus membara tidak terdeteksi selama berjam jam sebelum muncul kebakaran

    #> Material bahan bakar terkadang juga tidak selalu terlihat. Pengelasan di suatu dinding metal dapat membakar bahan bakar yang kebetulan berada dibalik dinding tersebut akibat dari transfer panas secara konduksi.

    #> Suhu api dari pengelasan Oxyacetylene bisa mencapai 3.316 derajat celcius. Aktivitas Hot Work pada tangki ataupun di dalam tangki bisa menyulut kebakaran ataupun ledakan dari sisa sisa uap gas mudah terbakar kecuali tangki tersebut sudah dibersihkan terlebih dahulu, di inert dan diinspeksi sebelum dan selama aktivitas pekerjaan Hot Work.

    Oleh karena itu sangat penting setiap pekerja melakukan tugas mereka untuk meminimalkan resiko yang diakibatkan oleh sumber panas Hot Work.

    Di postingan sebelumnya kita membahas mengenai apa itu Hot Work, program manajemen Hot Work dan sistem izin kerja Hot Work. Sekarang saya coba mengangkat pembahasan prosedur Hot Work mengenai bagaimana Hot Work itu dilakukan dengan benar.


    MELINDUNGI LOKASI HOT WORK


    #> Jika terdapat sistem proteksi kebakaran terpasang di lokasi tersebut, maka pastikan sistem proteksi tersebut dalam keadaan berfungsi (contoh valve sistem sprinkler dalam keadaan terbuka)


    #> Memastikan sistem sumber air untuk proteksi kebakaran berfungsi (contoh pompa dalam kondisi otomatis, sumber air dalam keadaan penuh)

    #> Jika sistem proteksi kebakaran di area tersebut dalam kondisi tidak berfungsi, maka harus dipertimbangkan untuk menunda pekerjaan di area tersebut sampai sistem proteksi di area tersebut berfungsi kembali atau jika pekerjaan tersebut tidak dapat ditunda, maka pengendalian tambahan harus ditambahkan lagi. Pengendalian tambahan dapat berupa menggelar hose di area tersebut atau meminta anggota pemadam kebakaran yang terlatih untuk berada di lokasi tersebut.

    #> Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti APAR di lokasi pekerjaan





    MEMPERSIAPKAN LOKASI HOT WORK

    Ketika mempersiapkan izin kerja Hot Work, maka harus diidentifikasi dulu area Hot Work tersebut menggunakan rumus radius 11 meter horisontal dari titik lokasi pekerjaan Hot Work dan 5 meter vertikal dari titik lokasi pekerjaan Hot Work. Apabila pekerjaan Hot Work dilakukan di ketinggian atau pada saat kondisi berangin, maka radius dipertimbangkan di perluas menjadi 15 meter. Setelah sudah teridentifikasi area di dalam radius tersebut maka langkah selanjutnya menentukan pengendalian dan tindakan pencegahan berikut ini untuk mengendalikan bahan bakar dan sumber panas di dalam lokasi Hot Work tersebut.

    #> Memindahkan semua bahan bakar dari lokasi Hot Work. Jika bahan bakar tersebut tidak dapat dipindahkan maka lindungi bahan bakar tersebut dengan cara menutup atau melapisi bahan bakar tersebut dengan bahan yang tahan panas seperti welding pad dan welding blanket, atau dengan cara membatasi penyebaran sumber panas Hot work agar tetap di area lokasi pekerjaan saja. Pembatasan ini atau lebih dikenal istilah “boxing”, boxing dilakukan dengan cara memasang welding curtain secara vertikal dan welding pad secara horizontal (khusus di area pertemuan vertikal dan horizontal, welding pad harus berada di atas welding curtain karena welding curtain tidak didesain untuk kontak lama dengan material cair panas).
    Boxing Hot Work
    Boxing
    Welding pad:  Sebuah kain tahan panas yang diperuntukkan untuk melindungi material yang bisa terbakar yang berada di bawah lokasi kerja penghasil panas. Welding pad dirancang untuk digunakan dalam aplikasi horisontal dengan paparan operasi panas yang tinggi seperti pengelasan atau obor pemotongan. Welding pad harus bisa mentolerir kontak yang lama dengan material cair panas tanpa mengalami tembus ke sisi lain atau hangus berat. Dan juga bisa membatasi suhu di sepanjang bagian bawah Welding pad di bawah 500° F (260° C). Tujuan dari welding pad adalah untuk melindungi permukaan sensitif di bawahnya dari kerusakan panas dan untuk mencegah penyalaan bahan yang mudah terbakar

    Welding blanket: Sebuah kain tahan panas yang diperuntukkan untuk digunakan di sekitar operasi kerja penghasil panas. Welding Blanket dirancang untuk digunakan dalam aplikasi horisontal dengan paparan operasi panas ringan sampai menengah seperti chipping, grinding, heat treating, sand blasting dan pengelasan ringan horisontal. Welding blanket harus bisa mentolerir kontak yang lama dengan percikan api, api dan permukaan panas tanpa mengalami tembus terbakar atau hangus berat. Disamping itu welding blanket bisa membatasi suhu dibawah 260° C (500° F) di sepanjang bagian bawah welding blanket. Tujuan dari Welding Blanket adalah untuk melindungi permukaan sensitif di area bawahnya dari kerusakan panas dan juga untuk mencegah adanya penyalaan bahan yang bisa terbakar

    Welding curtain: Sebuah kain tahan panas yang diperuntukkan untuk digunakan di sekitar operasi kerja penghasil panas. Sebuah Welding Curtain dirancang untuk digunakan dalam aplikasi vertikal dengan paparan operasi panas ringan sampai menengah seperti chipping, grinding, heat treating, sand blasting dan pengelasan ringan horisontal. Welding curtain harus bias mencegah percikan api dan puing-puing panas keluar dari isolasi area kerja penghasil panas

    #> Membersihkan akumulasi sisa sisa bahan bakar dan genangan bahan bakar cair dari lokasi Hot Work (contohnya, sisa sisa oli, debu kayu dll). Proses identifikasi lokasi harus dilakukan dengan teliti khususnya di area yang tersembunyi seperti di bawah peralatan atau di sudut sudut untuk memastikan area kerja Hotw Work bersih dari bahan bakar. Tidak dianjurkan untuk menggunakan pengendalian dengan cara membasahkan lantai dengan air dikarenakan ada kemungkinan air akan mengalir ke tempat rendah jika lantai tidak rata sehingg ada beberapa lokasi tidak terlindungi air, kemungkinan akan menguap dan kering ketika terus terpapar panas, dan kemungkinan tersetrum bagi pekerja jika aktivitas pengelasan dengan menggunakan listrik (terdapat kabel yang terkelupas).

    #> Identifikasi dan isolasi potensial sumber bahan bakar seperti bahan bakar cair, gas dan material debu mudah terbakar yang bisa keluar atau lepas ke lokasi Hot Work pada saat aktivitas sedang berlangsung. Lakukan analisa keselamatan kerja untuk menentukan apakah sistem harus dimatikan atau tidak dan menentukan pengendalian bahaya yang tepat. Jika diperlukan, adanya pengendalian tambahan seperti LOTO, purging ataupun dilakukan pengurasan jika terkait bahan bakar cair.

    #> Lakukan pengukuran gas dengan menggunakan detektor gas untuk mendeteksi uap bahan bakar atau atmosfir gas mudah terbakar. Pengukuran harus dilakukan sebelum pekerjaan Hot Work dimulai. Ketika melakukan pengetesan dan hasil pembacaan detektor gas melewati 1% dari suatu nilai lower explosive limit (LEL), maka pekerjaan harus dihentikan saat itu juga. Posisi pembacaan detektor gas harus mempertimbangkan vapour density dari uap atau gas tersebut karena jika lebih berat dari udara maka uap atau gas akan cenderung berkumpul di bagian bawah dan jika lebih ringan dari udara maka mengarah ke atas atau berkump di bagian atas.

    #> Matikan atau tutupi (lindungi) sistem ventilasi atau sistem pemindah material (conveyor) yang kemungkinan akan membawa material bahan bakar ke lokasi Hot Work ataupun membawa keluar sumber panas Hot Work ke area lain. Jika ventilasi dibutuhkan, maka lakukan hal berikut. 
    • Gunakan sistem ventilasi sementara yang terbuat dari bahan yang tidak bisa terbakar dan filter udaranya dilepas. 
    • Jika sistem negatif yang digunakan, maka perluas area cakupan Hot Work sejauh sistem pembuangan ventilasi tersebut. 
    • Jika sistem positif yang digunakan, maka pastikan aliran udara tidak menyebabkan percikan api semakin tidak terarah penyebarannya dan mempengaruhi posisi dari welding blanket maupun welding curtain.
    #> Perluas area pengendalian Hot Work ke sisi ruangan yang lain ketika terdapat celah atau bukaan yang memungkinkan sumber panas dari Hot Work dapat menyebrang ke area tersebut, termasuk juga potensi transfer panas konduksi yang memungkinkan tersulut nya suatu bahan bakar yang menyentuh material yang sedang dikerjakan dengan Hot Work (contohnya pipa metal).

    #> Identifikasi dan lakukan perlindungan terhadap pipa atau sistem pemipaan berisi bahan mudah terbakar yang mempunyai lubang atau celah yang memungkinkan masuknya sumber panas Hot Work

    #> Perlakukan aktivitas Hot Work pada material yang mempunyai sifat transfer panas yang bagus. Pindahkan bahan bakar disekitar material tersebut dan lakukan monitor suhu pada material tersebut pada saat aktivitas pekerjaan berlangsung, stop pekerjaan dan lakukan tindakan darurat jika terdeteksi titik panas pada material tersebut.


    Posisi Hot Work

    Keterangan gambar
    A = Sapu bersih lantai, menyingkirkan tumpahan pelumas atau minyak apapun. Lapisi lantai yang terbuat dari bahan yang bisa terbakar dengan terpal tahan api atau dengan bahan yang tidak mudah terbakar lainnya
    B = Tutupi semua lubang di dinding dan lantai. Sumbat lubang lantai dengan fire stop material yang telah disetujui. Tutup semua pintu untuk mencegah percikan api berpindah ke tempat lain.
    C = Pindahkan semua cairan mudah terbakar dari area pekerjaan penghasil panas
    D = Lindungi dengan weliding blanket, pads dan curtain untuk semua bahan yang bisa terbakar dan tidak bisa dipindahkan dari lokasi pekerjaan penghasil panas. Ini termasuk barang-barang yang disimpan atau mesin dengan pelumas atau endapan kain (serat kain).


    Elevation Hot Work
    Elevation Hot Work


    PERSIAPAN PEKERJAAN HOTWORK DI LUAR ATAU DI DALAM SUATU PERALATAN ATAU PIPA

    Ketika akan melakukan pekerjaan pada suatu peralatan atau pipa baik itu di luar maupun di dalam, maka berikut tindakan pengendalian yang harus dilakukan

    #> Identifikasi dan isolasi peralatan atau pipa yang saling terhubung yang berisi gas mudah terbakar, bahan bakar cair mudah terbakar dan debu mudah terbakar.

    #> Kuras bahan bakar cair dan lakukan purging untuk menghilangkan uap atau gas mudah terbakar dari peralatan maupun pipa. Ketika melakukan pengurasan bahan bakar cair, identifikasi titik titik dimana terdapat area terendah dari elevasi titik kuras yang menyebabkan tidak terkurasnya bahan bakar cair tersebut.

    #> Lakukan pengetesan pada peralatan atau pipa terhadap adanya uap atau gas mudah terbakar sebelum dimulainya pekerjaan dan selama pekerjaan jika dibutuhkan. Hentikan pekerjaan ketika pembacaan detektor gas melewati 1% dari suatu nilai lower explosive limit (LEL)

    #> Hilangkan sisa sisa debu di dalam peralatan maupun pipa. Lakukan Housekeeping yang tepat untuk memastikan tidak adanya bahan bakar yang masih tersembunyi yang bisa menyebabkan kebakaran ketika tersulut sumber panas dari Hot Work.

    #> Kategorikan pekerjaan Hot work di peralatan atau pipa yang mengandung bahan bakar gas mudah terbakar, bahan bakar cair mudah terbakar dan debu mudah terbakar sebagai pekerjaan beresiko tinggi. Sebagai tambahan, lakukan tindakan pencegahan berikut ini ketika kondisi area terjamin untuk dilakukan
    • Gunakan alternatif metode cold work
    • Penuhi peralatan atau pipa dengan air. Sebagai alternatif, lakukan pembasahan secara terus menerus permukaan bahan bakar dengan menggunakan semprotan air (water spray) selama pekerjaan berlangsung dan juga pada periode 1 jam setelah pekerjaan selesai
    • Identifikasi akses port jalur hulu dan hilir dari suatu pemipaan atau peralatan di area kerja Hot Work dan gelar hose di tempat akses port tersebut
    • Isolasi peralatan, pemipaan di bagian hulu dan hilir di area pekerjan Hot Work menggunakan metode isolasi yang tepat seperti menggunakan blind flange atau menggunakan material non-conductive material for a blank


    PENGENDALIAN YANG DIPERLUKAN SAAT PEKERJAAN HOT WORK BERLANGSUNG

    Saat pekerjaan Hot Work berlangsung, fire watch harus secara terus menerus mengawasi lokasi di dan sekitar aktivitas Hot Work. Termasuk tanggung jawab berikut ini:

    #> Pengawasan terus menerus terhadap area kerja Hot Work dan orang yang melakukan pekerjaan Hot Work untuk memastikan kondisi aman kebakaran tetap terjaga. Fire watch harus tetap di area kerja Hot Work secara terus menerus dimulai dari awal pekerjaan sampai dengan berakhirnya pekerjaan, termasuk saat waktu istrirahat pekerja. Jika FireWatch ingin meninggalkan tempat kerja, maka harus dicarikan pengganti sementara untuk melanjutkan fungsi pengawasan secera terus menerus

    #> Memastikan sumber panas Hot Work terbatasi di dalam area kerja Hot Work. Fire Watch bertanggung jawab untuk memberhentikan pekerjaan Hot Work ketika kondisi tidak aman muncul

    #> Memastikan semua pengendalian dan pencegahan kebakaran yang telah ditulis di formulis izin kerja Hot Work tetap terimplementasi di lokasi Hot Work

    #> Dalam kondisi kebakaran, menghubungi nomor darurat.

    #> Menjaga agar lokasi Hot Work tetap tidak berubah sesuai dengan yang ditulis di formulis izin kerja Hot Work

    #> Penambahan jumlah Fire Wath diperlukan ketika
    • Area Hot Work dan orang yang melakukan Hot Work tidak dapat terlihat dari satu titik pandang
    • Area Hot Work sangat luas, berbeda elevasi dan padat

    Kapan Fire Watch dibutuhkan, berikut kondisi yang memerlukan fire watch: (catatan : ketentuan dibutuhkan nya Fire Watch di setiap Hot Work tergantung dari kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan)

    #> Bahan mudah terbakar di dalam konstruksi bangunan berjarak kurang dari 11 meter dari titik kegiatan

    #> Bahan mudah terbakar dan/atau cairan mudah terbakar berjarak lebih dari 11 m (35 ft) dari titik kegiatan tetapi dapat terbakar dengan mudah oleh percikan api

    #> Lubang di dinding atau lubang di lantai didalam radius 11 m (35 ft) yang menampakkan bahan yang mudah terbakar di area sekitarnya, termasuk ruang tersembunyi di dinding atau lantai.

    #> Bahan yang mudah terbakar yang berlokasi dekat dengan sisi belakang dari partisi, dinding, langi-langit atau atap dan cenderung untuk bisa terbakar.


    PENGENDALIAN YANG DIPERLUKAN SETELAH PEKERJAAN HOT WORK SELESAI

    Setelah pekerjaan Hot Work selesai, maka diperlukan pengendalian berikut ini untuk memastikan resiko kebakaran tetap terkendali

    #> Fire Watch tetap dilokasi selama 30 menit sampai dengan 1 jam setelah pekerjaan Hot Work selesai dilakukan

    #> Setelah periode pengamatan 1 jam, area kerja Hot Work dipantau secara berkala selama 3 jam. Kewajiban dan durasi dasar pemantauan tambahan didasarkan pada klasifikasi bahaya dalam kondisi normal di area kerja penghasil panas. Pemantauan ini tidak terus-menerus, tetapi pemeriksaan area secara berkala. Metode pemantauan yang dapat diterima dapat berupa sistem otomatis deteksi asap, kamera video keamanan (CCTV), patrol rutin petugas keamananan/petugas pemeliharaan, dan operator di area. Metode yang sesuai akan tergantung pada kondisi lokal dan harus didokumentasikan pada izin kerja Hot Work (Catatan : persyaratan ini optional karena NFPA tidak mensyaratakan ini tetapi beberapa perusahaan asuransi memerlukan adanya pengamatan tambahan setelah pengamatan 1 jam)

    Semua pengendalian pengendalian yang telahi dibahas diatas merupakan persyaratan minimum dari Prosedur Hot Work yang mungkin akan berbeda dengan perusahaan anda, tetapi jika anda baru ingin membuat prosedur, mungkin postingan bisa memberikan gambaran awal dari suati prosedur Hot Work. Harapan dengan diimplementasi prosedur ini yang merupakan juga bagian program manajemen Hot Work adalah dapat menciptakan lokasi kerja yang aman bagi pekerja sehingga kejadian Kosambi tanggal 26 Oktober 2017 tidak terulang lagi di tempat kerja anda atau dimanapun. 

    Semoga bermanfaat pembahasan kali dan saya tetap terbuka atas masukan dan kritiknya untuk kesempurnaan postingan ini.


    Referensi:
    • NFPA 51B, Standard for Fire Protection During Welding, Cutting, and Other Hot Work, Edisi 2014
    • FM Global. 2015. Don't Get Burned by Hot Work - P9802. FM Global
    • FM Global. 2010. Understanding the Hazard Hot Work - P0032. FM Global
    • FM Global. 2017. FM Datasheet - Hot Work Management (10-3). FM Global
    • Colonna P.E, Guy R. 2001. Introduction to Employee Fire & Life Safety. NFPA