Browsing "Older Posts"

  • Rumah aman api bagian 1

    By Kusnu → Sunday, October 29, 2017
    membuat rumah aman kebakaran dan api

    Kali ini mari kita membahas bagaimana membuat rumah kita aman dari bahaya kebakaran dan mengetahui macam macam penyebab kebakaran rumah. Terkadang kita bisa selalu berkutat bagaimana membuat aman lingkungan kerja kita tetapi kita lupa membuat aman di tempat tinggal kita sendiri. Kesadaran terhadap keselamatan terhadap potensi kebakaran rumah di Indonesia sangat rendah menurut saya, contoh kecilnya bagaimana kita mengabaikan standar keamanan instalasi listrik, contohnya adalah menggunakan kabel tidak sesuai beban, teknik penyambungan kabel yang tidak benar, menggunakan produk listrik yang rendah kualitasnya, dll. Pembahasan topik ini akan saya bagi menjadi dua postingan karena informasi terkait topik ini sangat banyak.

    Ketika memikirkan topik ini. saya menjadi penasaran untuk mencari data mengenai data statistik kebakaran perumahan di Indonesia dan ternyata di Indonesia masih belum mempunyai data seluruh kejadian kebakaran yang terpadu, sehingga saya mengambil contoh jumlah kebakaran yang terjadi di Jakarta (data saya ambil dari website jakartafire.net dan BPBD DKI Jakarta). Meski data ini bercampur dengan bangunan dan kios, tetapi hampir 50% datanya merupakan data kebakaran dari rumah tinggal permanen, sehingga bisa cukup mewakili sebagai analisa dari topik blog ini.



    Terlihat dari data di atas bahwa tingkat kebakaran di Jakarta cukup tinggi dengan rata-rata 1300 kejadian kebakaran tiap tahunnya. Penyebab kebakaran didominasi oleh permasalahan kelistrikan yang hampir meliputi 52% penyebab kebakaran dari tahun 2012 hingga 2016 dengan rata rata 714 kasus kebakaran tiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa listrik masih menjadi penyumbang terbesar penyebab kebakaran meski di peringkat kedua ditempati penyebab lain lain.

    Jika kita berbicara penyebab kebakaran, pembaca bisa melihat lagi dari postingan saya sebelumnya yang membahas sumber panas apa saja yang bisa memulai proses terjadinya api atau kebakaran (post 1, post 2).

    Sekarang sebelum kita membahas macam macam penyebab kebakaran, kita kembali ke topik utama kita yaitu bagaimana membuat rumah kita aman dari kebakaran dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi kebakaran (topik ini akan dibahas di postingan selanjutnya). Berbicara mengenai "siapa" yang akan terkena dampak kebakaran di rumah, maka kita akan berbicara orang orang yang kita cintai. Kita berbicara anak, istri (apalagi jika istri sedang hamil), orang tua dan bayi kecil yang imut. Secara keterbiasaan dan pengetahuan, mereka belum terbiasa mengenal dan berbicara potensi kebakaran, apalgi berbicara bagaimana untuk harus bertindak jika terjadi kebakaran, oleh karena itu kita harus mempersiapkan rumah kita sebisa mungkin mempunyai beberapa pengendalian kebakaran yang tidak perlu mengandalkan mereka secara penuh, sehingga jika terjadi kebakaran, anggota keluarga kita selamat dari kejadian kebakaran tersebut.

    Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya api bisa dilihat lebih detailnya lagi di posting saya mengenai proses terbentuk dan terjadinya api.




    PENCEGAHAN

    Pertama yang kita lakukan adalah menyiapkan tindakan tindakan pencegahan agar proses terjadinya api yang tidak diharapkan tidak terjadi di rumah kita

    Lilin
    Lilin mungkin terlihat sederhana dan tidak terlalu dianggap berbahaya, tetapi kenyataanya lilin merupakan penyebab nyata dari kebakaran terutama di Indonesia yang masih sering mati lampu (PLN = Perusahaan Lilin Negara) sehingga banyak yang menggunakan lilin hingga pagi sambil menunggu lampu menyala kembali.

    Fakta dari lilin adalah
    # Hampir sepertiga kebakaran di rumah yang melibatkan lilin berawal dari kamar tidur (sumber NFPA)

    # Lebih dari 50% kebakaran lilin di rumah akibat meletakkan lilin dekat material yang mudah terbakar, yang perlu diingat, lilin merupakan menghasilkan api terbuka (open flame) yang dapat membakar apa saja yang berada di dekatnya. 

    Lalu bagaimana kita mengendalikan resikonya jika memang lilin diperlukan. Berikut caranya
    • Matikan lilin jika meninggalkan ruangan dalam waktu yang lama atau jika ingin tidur. Jika memang dibutuhkan, jangan meletakkan lilin di area dimana orang akan tertidur
    • Letakkan lilin jauh dari material atau bahan yang mudah terbakar seperti jauh dari tirai, kertas dll. Beberapa referensi menyarankan jarak yang teraman adalah 30 cm
    • Letakkan lilin di tempat yang stabil, kokoh dan tidak membuat lilin mudah jatuh. Disarankan menggunakan alas lilin dari bahan yang tidak mudah terbakar maupun meleleh seperti logam atau kaca.
    • Nyalakan lilin dengan aman, pastikan rambut dan pakaian anda tidak menyentuh lilin saat dinyalakan
    • Jangan meninggalkan anak anak sendiri dengan lilin yang masih menyala
    • Jangan sampai menyalakan lilin hingga habis total
    • Jangan menggunakan lilin jika salah satu anggota keluarga kita menggunakan tabung oksigen
    • Jika bisa, gunakan lampur darurat untuk menggantikan penggunaan lilin, dengan menggunakan lampu darurat maka kita menghilangkan potensi kebakaran akibat lilin

    Rokok
    Jika berdasarkan data kebakaran Jakarta tahun 2011-2016, rata rata tiap tahun terjadi 51 kasus kebakaran yang diakibatkan oleh rokok atau jika dilihat per bulan maka 4 kasus perbulan. 

    Di beberapa kejadian kebakaran menimbulkan korban jiwa dan ternyata korban korban tersebut bukan lah seorang perokok. 

    Fakta dari rokok
    # 1 dari 4 korban meninggal kejadian kebakaran akibat rokok adalah bukan perokok. 

    # 34% korban yang meninggal adalah anak dari perokok tersebut.

    # Banyak kasus kebakaran rokok akibat dari perokok yang tertidur ketika sedang merokok. Yang harus diingat adalah ROKOK TIDAK OTOMATIS MATI KETIKA ANDA TERTIDUR

    Lalu bagaimana kita mengendalikan resikonya, ya kita jangan merokok, dengan tidak merokok berarti hilang potensi bahaya kebakaran di dalam rumah dan juga lebih sehat bagi seluruh anggota keluarga kita. 

    Berikut cara cara memastikan rumah kita aman dari bahaya kebakaran akibat merokok
    • Jika anda perokok, maka merokok lah di luar rumah, karena kematian akibat kebakaran dari rokok berawal dari ruang keluarga dan tempat tidur.
    • Jangan merokok saat anda mengantuk atau setelah meminum obat yang dapat menyebabkan ngantuk
    • Jauhkan korek api dan rokok dari jangkauan anak anak anda
    • Gunakan asbak rokok yang dalam, lebar dan kokoh. Jangan gunakan asbak dari bahan yang bisa terbakar
    • Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala ke area yang terdapat bahan bahan yang mudah terbakar seperti rumput kering, kertas, dedaunan kering. Buanglah puntung rokok pada tempatnya 
    • Pastikan anda mematikan dulu puntung rokok tersebut sebelum anda membuangnya.
    • Jangan merokok di area yang terdapat tabung oksigen murni, karena oksigen murni dapat menyebabkan kebakaran menjadi lebih cepat dan lebih besar.
    • Sofa dapat terbakar dengan cepat ketika terdapat puntung rokok yang masih menyala, jika ada orang selesai merokok di sofa, cek bekas rokok di sofa tersebut untuk memastikan tidak ada bekas puntung rokok yang masih menyala  

    Dapur
    Aktivitas memasak dapat memperat keluarga dan teman. Aktivitas ini hampir selalu ada tiap hari di dapur. Berdasarkan data kebakaran di Jakarta, 6% kebakaran disebabkan oleh peralatan memasak kompor dengan rata rata 77 kasus kebakaran per tahunnya. Di Amerika, berdasarkan data antara tahun 2011 – 2015, penyebab utama kebakaran adalah dari peralatan memasak dengan persentase 47% dan mengakibatkan 20% kematian.

    Aktivitas memasak di dapur tidak mungkin kita hilangkan, tetapi bisa kita kendalikan resikonya agar bisa menjadi lebih aman. Lalu bagaimana mengendalikan resikonya, berikut caranya
    • Jika anda merasa mengantuk atau habis meminum obat yang dapat menyebabkan ngantuk, maka anda dilarang menggunakan peralatan memasak ataupun memasak
    • Jangan tinggalkan dapur ketika anda sedang menggoreng atau membakar makanan (contoh sate atau ayam bakar). Meski anda meninggalkan dapur meski hanya sebentar, matikan kompor tersebut
    • Ketika sedang merebus, memanggang, baking, atau mendidihkan air, cek secara regular dan gunakan pengingat waktu agar dapat mengingatkan anda bahwa anda sedang memasak.
    • Jangan mengenakan pakaian yang kedodoran ketika memasak (misalnya daster) karena beresiko tersangkut pada peralatan memasak. Gulung lengan baju sebelum memasak, agar tidak terkena api dan menyebabkan kebakaran.
    • Jika anda menggunakan kompor listrik dan ketika terjadi pemadaman listrik saat anda memasak, maka pastikan kompor tersebut dimatikan agar ketika listrik menyala kompor tidak menyala tanpa kita ketahui
    • Pastikan tidak ada material atau bahan bahan yang mudah terbakar di sekitar kompor, seperti tirai.
    • Hati hati saat menggoreng, karena minyak panas mudah terbakar. Batasi minyak goreng pada panci atau wajan tidak lebih dari 1/3 nya.
    • Pastikan area kompor anda bersih dari tumpahan minyak atau dari bahan bahan yang mudah terbakar.
    kebakaran ketika memasak
    • Ketika terjadi kebakaran kecil yang melibatkan minyak goreng di wajan anda dan anda memutuskan untuk mematikan api, maka yang harus dilakukan adalah menutup wajan tersebut dengan penutup wajan dengan cara menggeser tutup wajan dari pinggir hingga menutupi seluruhnya, biarkan sampai dingin. Atau jika terjadi kebakaran di oven, matikan pemanasnya atau pusat listriknya (jika menggunakan oven listrik) dan tetap tutup pintu oven tersebut. Akan lebih mudah pemadaman jika terdapat APAR di rumah anda. Tapi yang harus diingat adalah pastikan posisi anda aman untuk memadamkan api tersebut dan telepon nomor telepon darurat kebakaran.
    • Jangan  mencoba memadamkan kebakaran minyak goreng dengan air karena air akan menyebarkan minyak tersebut sehingga kebakaran semakin meluas.
    • Jangan memindahkan wajan yang sedang terbakar karena berpotensi tumpah dan penyebaran kebakaran semakin luas
    • Jika terkait dengan kebakaran di kompor listrik, jangan menggunakan air untuk pemadaman api karena berbahaya tersengat listrik. Air bisa digunakan JIKA listrik sudah dipastikan mati dan tidak melibatkan kebakaran yang mengandung minyak.

    LPG (Elpiji)
    Elpiji memang memang bukan penyebab kebakaran tetapi elpiji menyebabkan kebakaran menjadi lebih luas dan besar karena sifatnya yang sudah menjadi gas. Banyak kasus kebakaran di Indonesia yang melibatkan Elpiji karena faktor penggunaan yang tidak tepat. Kasus ledakan atau kebakaran yang melibatkan elpiji diawali dengan adanya kebocoran gas yang kemudian gas yang bocor tersebut bertemu dengan sumber panas di sekitarnya, seperti listrik atau permukaan panas lainnya.

    Berikut cara cara untuk mengendalikan resiko kebakaran yang terkait dengan elpiji (LPG)
    • Gunakan peralatan elpiji sesuai standar nasional Indonesia (SNI)
    • Tempatkan kompor dan tabung elpiji di tempat datar dan di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
    • Perlu diketahui bahwa berat jenis gas elpiji lebih berat dari udara, sehingga jika terjadi kebocoran maka gas tersebut akan terakumulasi di elevasi terendah dan untuk mengurangi akumulasi gas tersebut, maka harus dibuat sirkulasi udara di bagian bawah sehingga tidak terjadi akumulasi gas.
    • Selalu melakukan pengecekan pada komponen elpiji seperti pada selang, regulator dan klem selang untuk memastikan tidak ada kebocoran. Untuk pemeriksaan kebocoran gas, bisa dilakukan dengan cara memberikan air sabut pada area yang diduga bocor, jika terdapat kebocoran maka akan muncul gelembung udara dan air sabun
    • Pastikan selang tidak tertindih atau tertekuk
    • Ketika terjadi pemadaman lampu, maka dilarang meletakkan lilin di dekat tabung elpiji dan di posisi lantai, jika memang tidak ada pilihan, maka letakkan lilin tersebut di atas elevasi lokasi tabung elpiji




    Listrik
    Listrik masih menjadi penyebab utama di kasus kasus kebakaran di Jakarta, 55% penyebab kebakaran antara tahun 2011 – 2016 adalah listrik dengan rata 713 kasus pertahun.

    Aktivitas kedua alami yang sering kita lakukan dalam hidup ini adalah seperti menyalakan lampu, isi baterai HP dll, listrik membuat hidup kita menjadi lebih mudah. Tetapi, terdapat bahaya yang mengintai di belakang aktivitas tersebut yang membuat kita harus tetap waspada. Karena listrik sudah membuat hidup kita lebih mudah,maka sudah akan sulit hidup kita tanpa adanya listrik, sehingga yang bisa kita lakukan adalah memastikan listrik tersebut tidak menjadi bahaya bagi kita dan keluarga kita dengan cara melakukan hal hal berikut ini
    • Jika anda tidak mengerti listrik, maka jangan melakukan pekerjaan instalasi listrik, selalu berkonsultasi dengan orang orang yang ahli dalam kelistrikan untuk memastikan standarisasi dan keamanan dari instalasi listrik tersebut
    • Selalu gunakan alat alat penghasil panas seperti pemanggang roti, mesin kopi dll sekali saja,maksudnya ketika tidak digunakan maka cabut listrik dari outlet (stop kontak), jangan dibiarkan terus menerus terpasang di outlet
    • Peralatan peralatan utama seperti computer, mesin cuci, kulkas, AC, microwave, kompor listrik dan oven, harus tercolok langsung pada outlet di dinding. Kabel ekstensi untuk peralatan ini sangat dilarang karena bisa mengakibatan beban berlebih pada kabel ekstensi tersebut
    • Jangan menggunakan peralatan yang melebihi kapasitas kabel karena akan menimbulkan panas pada kabel sehingga akan melelehkan kabel. Ketika isolator kabel terpapar panas dari arah dalam konduktor, maka akan meleleh, sehingga sifat isolator tersebut berubah menjadi konduktor sehingga dapat menciptakan percikan api akibat adanya hubungan arus pendek di kabel tersebut.
    • Anda harus waspada ketika outlet terasa panas, circuit breaker sering trip, atau lampu menyala tidak sempurna seperti berkedip kedip, bau hangus dari outlet listrik maupun peralatan listrik, ataupun tangan terasa tersetrum ketika menyentuh peralatan listrik. Ketika hal ini muncul, itu tandanya anda harus memanggil ahli listrik untuk melakukan pengecekan instalasi listrik rumah anda
    • Ketika menggunakan kabel ektensi, maka kabel ekstensi tersebut harus dilengkapi fuse atau sekering pemutus arus. Pada saat menggunakan kabel ekstensi, kondisi fisik dari kabel ekstensi tersebut harus diperiksa untuk memastikan tidak adanya kerusakan seperti terkelupasnya kabel dll.
    bahaya listrik kebakaran
    • Selalu lakukan inspeksi visual secara rutin terhadap instalasi rumah anda
    • Jangan memposisikan tirai tepat diatas outlet listrik karena jika muncul percikan api di outlet tersebut, api akan cepat membesar akibat adanya tirai yang tergantung secara vertikal. Api akan cepat menyebar secara vertikal
    • Terkait dengan sambungan kabel, ketika sambungan antar kabel atau sambungan kabel ke outlet listrik ataupun sambungan kabel ke peraralatan listrik longgar, maka akan menimbulkan percikan, ketika muncul percikan maka akan tercipta panas yang mentrigger api ketika panas tersebut kontak dan bahan bakar di sekitarnya. Kondisi ini tidak akan mempengaruhi breaker karena tidak terjadi hubung singkat maupun beban lebih sehingga kondisi ini sangat berbahaya karena tidak ada proteksi yang mendeteksinya
    Demikian beberapa tindakan yang bisa membuat rumah aman yang dibahas di postingan ini, beberapa tindakan lainnya untuk pencegahan dan mitigasi lainnya akan dibahas di postingan selanjutnya. Terimakasih

    Referensi:
    • PT Vale Indonesia Tbk.2017. Buku Pencegahan kebakaran & Tips Keselamatan di Rumah.
    • Data Statistik BPBD Provinsi DKI Jakarta, diakses tanggal 28 Oktober 2017 <http://bpbd.jakarta.go.id/elibrary/category/3#>
    • Data Statistik kebakaran berdasarkan penyebab. DKI Jakarta. Diakses tanggal 28 Oktober 2017 <http://www.jakartafire.net/statistic>
    • NFPA Public Education . Diakses tanggal 28 Oktober 2017 <http://www.nfpa.org/Public-Education/By-topic/Top-causes-of-fire>
    • NFPA News & Research - Fire Statistic. Diakses tanggal 28 oktober 2017. <http://www.nfpa.org/News-and-Research/Fire-statistics-and-reports/Fire-statistics>
    • Solomon, Robert E. 2002. Fire and Life Safety Inspection Manual 8th Edition. Jones & Bartlett Learning 
  • Memahami Angka Rating dan Kode APAR

    By Kusnu → Saturday, October 14, 2017


    2-A, 10-B, C

    Anda tentunya sering melihat kode seperti itu di Alat Pemadam Api Ringan a.k.a APAR dan mungkin dari beberapa dari anda belum mengerti apa maksudnya dan bagaimana suatu APAR mendapatkan kode tersebut. Sebenarnya dengan kita mengetahui maksud kode tersebut, kita bisa memilih APAR yang tepat dan sesuai dengan bahaya, sumber dan besarnya api yang akan dikendalikan.

    Pertama kita akan membahas mengenai kode A, B, C, D dan K. Kode kelas APAR ini di buat untuk memudahkan pemadaman yang tepat dengan mengindentifikasi bahan bakar yang akan di padamkan, sehingga akan meningkatkan keberhasilan pemadaman dan tentunya juga untuk keselamatan operator APAR.  

    kelas A APAR

    Kelas A, APAR kelas ini digunakan pada bahan bakar pada umumnya seperti kayu, kertas, beberapa bahan plastik yang ketika terbakar membutuhkan efek pendinginan oleh air (penyerapan panas) atau efek pelapisan dari dry chemical.

    Bahan pemadam yang terklasifikasi di kelas A diantaranya adalah Air (Water), Aqueous film forming foam (AFFF), Multipurpose dry chemical dan Halon

    Simbol A merupakan mnemonic untuk kata “Ash”.  

    kelas B APAR

    Kelas B, APAR kelas ini digunakan pada bahan bakar cair yang mudah terbakar seperti bensin, oli, pelumas ataupun cat dimana efek pelapisan, pembekapan dan penghambatan reaksi kimia dibutuhkan untuk pemadaman. Terdapat 3 tipe kebakaran secara umum pada bahan bakar cair yaitu [1] kebakaran pada cairan dengan kedalaman lebih dari 6.4 mm, contohnya pada tangki celup (dip tank) dan tangki quench (quench tank) [2] Kebakaran pada cairan yang bergerak (kebakaran pada tumpahan bakan bakar cair) dengan kedalaman kurang dari 6.4 mm [3] kebakaran gas atau kebakaran bahan bakar cair bertekanan tinggi dari suatu bejana bertekanan.

    Ketika ada kemungkinan terjadi kebakaran pada tangki terbuka dengan luas permukaan cairan yang lebih dari 1 m2 dan berada di dalam bangunan, maka APAR tidak boleh menjadi satu satunya alat pemadam untuk tipe kebakaran tersebut karena tipe kebakaran tersebut menghasilkan panas yang tinggi dan asap yang tebal yang dapat menyebabkan bahaya bagi setiap orang yang tetap berada di area tersebut.   

    Kebakaran yang melibatkan gas maupun cairan bertekanan tinggi akan memunculkan bahaya yang lebih spesifik. Untuk kebakaran tipe ini, hanya tipe APAR dry chemical yang telah terbukti efektif dan terkadang sering diperlukan tambahan tipe nozzle yang khusus dengan tingkat flow yang tinggi. Tetapi, pemilihan APAR untuk tipe kebakaran ini harus berdasarkan rekomendasi penggunaan yang dikeluarkan oleh produk tersebut. Yang perlu diingat adalah jangan mencoba untuk memadamkan tipe kebakaran ini sampai ada kepastian bahwa sumber dari bahan bakar tersebut dapat di hentikan atau di tutup dengan benar, karena selama sumber bahan bakar cair masih terus mengalir maka pemadaman akan sulit dilakukan.

    Bahan pemadam yang terklasifikasi di kelas B diantaranya adalah Karbon Dioksida, dry chemical, Aqueous film forming foam (AFFF) dan Halon   

    Simbol B merupakan mnemonic untuk kata “Barrel”

    kelas C APAR

    Kelas C, APAR kelas ini digunakan untuk kebakaran yang melibatkan peralatan dengan listrik yang aktif (live electrical equipment), sehingga dibutuhkan tipe bahan pemadam APAR yang tidak menghantarkan listrik (Non konduktif) sehingga tidak membahayakan orang yang menggunakan APAR maupun tidak menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik itu sendiri. Tetapi jika peralatan listrik tersebut sudah tidak terdapat listrik yang aktif, maka boleh menggunakan APAR kelas A atau B. Hal yang pertimbangkan dalam pemilihan APAR yang terkait dengan peralatan listrik adalah mayoritas bahan bakar dari peralatan listrik tersebut, contohnya, panel listrik yang mengandung lebih banyak material kelas A dibanding dengan transformer (oil filled transformer) yang lebih banyak oli atau material kelas B.   

    Bahan pemadam yang terklasifikasi di kelas C diantaranya adalah karbon dioksida, dry chemical dan Halon

    Simbol C merupakan mnemonic untuk kata “Current”

    kelas D APAR

    Kelas D, APAR kelas ini digunakan untuk kebakaran yang melibatkan logam yang bisa terbakar seperti pada magnesium, powdered aluminium, titanium, zinc, sodium dan potassium. APAR kelas ini membutuhkan bahan pemadam yang mempunyai kemampuan untuk menutup permukaan logam yang terbakar sambil meniadakan oksigen dan juga tahan terhadap panas yang sangat tinggi. Selain itu juga, bahan pemadam api diharuskan mempunyai sifat untuk tidak bereaksi terhadap bahan metal yang terbakar.

    Bahan pemadam yang terklasifikasi di kelas D adalah dry chemical (Special powder)

    Simbol D merupakan mnemonic untuk kata “Dynamite”


    Kelas K, APAR ini digunakan untuk kebakaran yang melibatkan media untuk memasak seperti minyak goreng dan lemak, ini biasa kita temukan dalam jumlah besar di area restoran atau tempat memasak komersial. APAR untuk kelas ini berkerja dengan menggunakan prinsip kerja saponifikasi. Saponifikasi terjadi saat campuran alkali seperti potassium asetat, kalium sitrat, atau kalium karbonat diterapkan pada pembakaran minyak goreng ataupun lemak. Kombinasi campuran alkali dengan asam lemak menciptakan busa sabun di permukaan minyak goreng yang menahan uap minyak goreng dan memadamkan api.

    Bahan pemadam yang terklasifikasi di kelas K adalah wet chemical

    Simbol K merupakan mnemonic untuk kata “Kitchen”

    Sebagai catatan: terkait dengan isu lingkungan terhadap bahan pemadam Halon, maka bahan pemadam ini tidak dirproduksi lagi dan APAR yang masih terpasang harus dipastikan tidak discharge dalam kondisi bukan pada kebakaran. Bahan pemadam Halokarbon telah diperkenalkan untuk mengganti halon.





    Saat ini terdapat empat standar besar yang untuk klasifikasi kelas kebakaran ini. Hampir sebagian besar APAR yang beredar di Indonesia menggunakan standar Amerika.

    Amerika
    Eropa
    UK
    Australia/Asia
    Bahan Bakar/
    Sumber panas
    Kelas A
    Kelas A
    Kelas A
    Kelas A
    Bahan bakar padat
    Kelas B
    Kelas B
    Kelas B
    Kelas B
    Bahan bakar cair
    Kelas C
    Kelas C
    Kelas C
    Bahan bakar gas
    Kelas C
    Tidak ada Klasifikasi
    Tidak ada Klasifikasi
    Kelas E
    Peralatan Listrik
    Kelas D
    Kelas D
    Kelas D
    Kelas D
    Logam mudah terbakar
    Kelas K
    Kelad F
    Kelas F
    Kelas F
    Minyak goreng atau lemak

    Setelah kita mengerti kode kelas kebakaran di APAR, maka sekarang kita beralih ke angka yang berada di awal setiap huruf A dan B, untuk kelas C, D dan K tidak ada angka dibelakangnya. Hampir semua APAR (Alat Pemadam Api Ringan) memiliki kombinasi A-B-C, seperti 4-A; 40-B;C. Merefer ke berbagai referensi, angka di belakang huruf kelas api menunjukkan kapasitas atau kemampuan APAR tersebut untuk memadamkan suatu bahan bakar. sehingga semakin besar angkas tersebut, maka semakin besar kemampuan tersebut untuk memadamkan api yang lebih besar.

    Lalu apa yang dijadikan standar untuk memberikan angka di APAR tersebut?, jika mengacu kepada Underwriters Laboratories (UL), mereka mengembangkan standar tentang bagaimana cara melakukan pengetesan APAR dan kapasitasnya yang kemudian hasilnya diberikan angka pada APAR tersebut. Standar tersebut adalah ANSI/UL 711, Rating and Fire Testing of Fire Extinguisher.  

    Proses pengetesan kelas A menggunakan dua metode pembakaran yaitu pembakaran tumpukan kayu dan panel vertikal yang dibakar, untuk tiap kelas memiliki jumlah kayu, tumpukan dan dimensi yang berbeda beda, informasi lebih detail dapat dilihat di tabel di bawah ini. Untuk sukses dalam pemberian rating, maka APAR tersebut harus bisa lulus dari kedua metode pengetesan tersebut.

    Informasi dan pengaturan pengetesan panel vertikal
    Rating Kelas A
    Dimensi panel kayu
    No. 2 fuel oil (ASTM D396)
    Berat wol kayu
     (m)
     (L)
    kg
    1-A
    2.45 x 2.45
    3.8
    4.55
    2-A
    3.05 x 3.05
    7.55
    9.05
    3-A
    3.65 x 3.65
    11.35
    13.60
    4-A
    4.25 x 4.25
    15.15
    18.15
    6-A
    5.2 x 5.2
    22.70
    27.20


    Informasi dan pengaturan pengetesan tumpukan kayu
    Rating kelas A
    Jumlah kayu
    Dimensi kayu (mm)
    Pengaturan tumpukan kayu
    1-A
    72
    38 x 38 x 500
    12 susun, tiap susun 6 kayu
    2-A
    112
    38 x 38 x 635
    16 susun, tiap susun 7 kayu
    3-A
    114
    38 x 38 x 735
    18 susun, tiap susun 8 kayu
    4-A
    180
    38 x 38 x 800
    20 susun, tiap susun 9 kayu
    6-A
    230
    38 x 38 x 925
    23 susun, tiap susun 10 kayu
    10-A
    324
    38 x 38 x 1100
    27 susun, tiap susun 12 kayu
    20-A
    256
    38 x 89 x 1400
    16 susun, tiap susun 16 kayu
    30-A
    324
    38 x 89 x 1625
    18 susun, tiap susun 18 kayu
    40-A
    400
    38 x 89 x 1750
    20 susun, tiap susun 20 kayu

    Kita ambil contoh pengetesan kelas 3-A untuk metode panel vertikal, seperti gambar dibawah, panel vertikal yang sesuai dengan rating kelas 3-A dibakar dengan cara menyiramkan 11.35 liter bahan bakar cair ke panel kayu, kayu wol disebar dan diletakkan di bagian bawah panel kayu (sebagian diletakkan tepat dibawah panel dan sisanya diletakkan agak berjarak dari posisi panel). Pengetesan di awali dengan membakar kayu wol dan dibiarkan beberapa saat dan kemudian sisa kayu wol yang diletakkan agak berjarak didorong ke arah panel untuk memastikan semua permukaan panel kayu vertikal terbakar. Ketika api sudah menyebar ke seluruh permukaan panel, maka operator APAR akan melakukan pemadaman dengan cara menyapu dari kiri ke kanan dan bawah ke atas, APAR dibuka penuh, dan waktu pemadaman di catat waktunya. APAR 3-A harus bisa memadamkan semua panel kayu tanpa ada muncul penyalaan api kembali.

    APAR api

    Tes selanjutnya menggunakan tumpukan kayu, mengacu pada tabel di atas, maka tes menggunakan 114 potongan kayu yang ditumpuk 18 susun dengan komposisi jumlah kayu tiap susunnya sejumlah 8. Gambar dibawah menunjukkan model pengetesannya. Pengetesan di awali dengan membakar bahan bakar cair yang di letakkan di nampan di bagiah bawah dudukan tumpukan kayu, ketika semua kayu sudah terbakar, maka operator APAR akan memadamkannya menggunakan APAR yang akan diuji. Untuk bisa di beri rating 3-A, maka APAR tersebut harus bisa memadamkan secara keseluruhan tanpa ada muncul penyalaan api kembali.

    tes APAR

    Pengetesan untuk rating B, dilakukan dengan metode berbeda yaitu menggunakan nampan yang diisi bahan bakar cair, tiap kelas akan berbeda dimensi nampannya dan jumlah liter dari bahan bakar cair tersebut. Informasi bisa dilihat di tabel di bawah ini. Untuk bisa diberi rating B, maka APAR tersebut harus bisa memadamkan api dari nampan tersebut tanpa ada muncul penyalaan api kembali.

    Pengetesan kelas B menggunakan nampan bahan bakar cair
    Rating kelas B
    Dimensi nampan (m2)
    Jumlah bahan bakar (L)
    Waktu efektif discharge, detik
    1-B
    0.25
    12.5
    8
    2-B
    0.45
    23.5
    8
    5-B
    1.15
    58.5
    8
    10-B
    2.3
    117
    8
    20-B
    4.65
    245
    8
    30-B
    6.95
    360
    11
    40-B
    9.3
    475
    13
    60-B
    13.95
    720
    17
    80-B
    18.6
    950
    20
    120-B
    27.85
    1420
    26
    160-B
    37.2
    1895
    31
    240-B
    55.75
    2840
    40
    320-B
    74.3
    3790
    48
    480-B
    111.5
    5680
    63
    640-B
    148.6
    7570
    75


    APAR pada umumnya hanya sebagai pemenuhan suatu pesyaratan standar kebakaran dan digunakan untuk api yang kecil, tetapi, jika digunakan oleh operator yang ahli, maka APAR dapat efektif untuk api yang besar. Diluar kemampuan APAR untuk memadamkan api, tetapi kita harus mengajarkan dan menekankan operator APAR baik itu penghuni bangunan maupun pekerja bahwa tugas utama mereka adalah untuk melaporkan setiap kebakaran ke departemen kebakaran dan evakuasi dari bangunan jika api sudah terlalu besar untuk dipadamkan dengan APAR.

    Referensi:
    • FM Global Data Sheet, Portable Extinguisher 4-5. April 2012
    • Ladwig,, Thomas H. 1990. Industrial Fire Prevention and Protection. Van Nostrand Reinhold
    • Cote P.E., Arthur. 2003. Fire Protection Handbook Nineteenth Edition Volume I & II. NFPA 
    • NFPA. 2002. Fire and Life Safety Inspection Manual 8th Edition. Jones & Bartlett Learning 
    • McmIllan, Carl A. The ABCs, Ds, and Ks of Fire Extinguishers. OH&S, accessed 11 October 2017, <https://ohsonline.com/Articles/2004/08/The-ABCs-Ds-and-Ks-of-Fire-Extinguishers.aspx?Page=1>
    • Fire extinguisher. Wikipedia, accessed 11 October 2017, <https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_extinguisher>
    • Havel, Gregory. Construction Concerns: Fire Extinguisher Testing. Fire Enginnering, accessed 14 October 2017 , <http://www.fireengineering.com/articles/2014/08/fire-extinguisher-testing.html>
    • NIST Portable Fire Extinguisher Workshop, January 17, 2007. Undrewriters Laboratories Inc.