Masih terkait dengan tulisan saya di Blog sebelumnya yaitu mengenai hubungannya NFPA 3 (Standard for Commissioning of Fire Protection and Life Safety Systems) dan NFPA 25 (Standard for the Inspection, Testing, and Maintenance of Water-Based Fire Protection Systems), topik berikut ini merupakan contoh nyata yang terjadi di Warehouse GE (General Electric) yang mengalami kebakaran dan mengakbatkan kerugian sekitar USD 110 juta.
Kebakaran terjadi pada tanggal 3 April 2015 di salah satu warehouse GE yang terletak di area GE Appliance Park Louisville Kentucky (gambar dibawah, garis biru lokasi area GE dan garis merah merupakan lokasi bangunan yang terbakar) yang seluas 364 hektar. Sejam setelah laporan kebakaran, sudah jelas diprediksi bahwa kebakaran ini akan menghasilkan total loss. Asap hitam memenuhi setiap meter persegi dari bangunan, tebalnya asap sehingga orang orang yang berada di radius 3 km diminta untuk berlindung.
Lebih dari 100 firefighter dari 18 departemen respon ke lokasi, yang diperkirakan kebakaran ini mencapai USD 100 juta yang menjadikan kerugian terbesar akibat kebakaran di Kentucky dan ketiga di Amerika setelah dua kebakaran hutan di California yang mencapai kerugian sebesar USD 2 milyar. Tidak ada cidera pada kejadian ini.
Kebakaran terjadi di salah satu bangunan besar GE yang mempunyai luas 65032 meter persegi yang diberi nama Appliance Park 6 (AP6) yang mulai digunakan sejak tahun 1950. Pada awalnya bangunan ini digunakan untuk pabrikasi AC (air conditioner), tetapi seiring dengan perjalanan waktu, fungsi bangunan ini berubah sehingga 85% luas bangunan digunakan sebagai tempat penyimpanan material, suku cadang dari peralatan peralatan yang diproduksi GE seperti baut, hose berbahan plastic dan rubber belt. Semua material dan suku cadang tersebut disimpan dalam boks kardus atau kartopn plastic yang ditumpuk tumpuk hingga mencapai tinggi 3 meter. Sebagian juga disimpan dalam pallet kayu yang mencapai tinggi 8 meter. Sebagai informasi, bahwa tinggi ceiling dari AP6 adalah 9 meter, dan jika di analogikan luas area yang digunakan sebagai penyimpanan setara dengan luas 11 lapangan football .
Foto awal terjadinya kebakaran |
Kebakaran di GE ini menggambarkan apa yang bisa terjadi ketika pemilik bangunan gagal melakukan perubahan terhadap sistem proteksi kebakaran berbasis air ketika jenis occupancy (hunian) telah berubah. Ketika jenis occupancy berubah, maka perubahan terhadap sistem proteksi harus menyesuaikan. NFPA 1 disebutkan bahwa perubahan occupancy harus mengikuti standar dari jenis occupancy yang baru.
Perubahan jenis occupancy di dunia industri terjadi sangat lambat seiring dengan waktu , berbeda dengan perubahan yang terjadi diperkantoran atau mall contohnya, disana perubahan jelas terlihat seperti perubahan area yang menjadi toko pakaian berubah menjadi tempat makan atau sebaliknya. Di dunia industri, perubahan dapat terjadi secara bertahap selama tahunan atau puluhan tahun.
Isu utama dari perubahan ini adalah sistem proteksi kebakaran itu sendiri dalam hal ini adalah sistem sprinkler. Dengan adanya sistem sprinkler di bangunan tersebut, biasanya muncul suatu ilusi keselamatan dari bangunan tersebut dilihat dari sudut pandang orang orang yang tidak familiar dengan kompleksitas sistem sprinkler, jenis occupancy dan material yang akan diproteksi oleh sistem sprinkler tersebut. Orang yang tidak familiar tersebut akan melihat ke atas dan akan berkata “ada sprinkler di bangunan ini, jadi bangunan ini aman”, tetapi mereka tidak mengerti engineering dibelakang sistem tersebut.
Sistem sprinkler harus didesain sesuai dengan jenis occupancy nya dan dalam hal jenis storage maka harus disesuaikan dengan jenis storage tersebut.
Sistem sprinkler jenis ordinary hazard dipasang di bangunan tersebut tahun 1950 dimana awalnya bagunan tersebut diperuntukkan untuk pabrikasi AC dan seiring dengan waktu berubah menjadi tempat penyimpanan. Andaikata kebakaran terjadi ketika bangunan tersebut masih sama dengan peruntukkannya, maka sprinkler akan bisa mengendalikan kebakaran tersebut sehingga tidak menjadi besar. Sistem sprinkler merupakan sistem yang sangat efektif menghadapi kebakaran ketika di desain, dipasang dan dirawat dengan benar. Selain itu sistem itu akan tetap efektif jika sistem tersebut tetap mengikuti perubahan occupancy. Dalam hal kebakaran di GE, sprinkler tidak mampu untuk mengendalikan penyebaran api karena memang tidak didesain untuk mengahadapi jenis occupancy yang baru yang mengandung plastik dan karet.
Secara konsep sederhana, sistem sprinkler untuk jenis occupancy storage akan memiliki sprinkler head dengan diameter yang besar yang memungkinkan air yang banyak untuk keluar melalui sprinkler tersebut, jenis sprinkler head ini biasanya dikenal sebagai early suppression fast response (ESFR) sprinklers. Kemungkinan juga selain ESFR, dikombinasikan juga dengan pemasangan sprinkler di area rack juga untuk menjangkau area yang tertutup oleh material di atasnya.
Masalah yang terjadi lebih kompleks lagi selain dari perubahan sistem sprinkler itu sendiri karena sistem penyuplai air tidak akan bisa menyuplai kebutuhan sistem sprinkler yang sesuai dengan jenis occupancy yang terbaru. Sebagai contoh, sprinkler ESFR di area warehouse kemungkinan membutuhkan sekitar 1700 GPM, sedangkan untuk sistem sprinkler untuk ordinary hazard membutuhkan sekitar 1500 GPM.
Masalah inspeksi terhadap peralatan proteksi di GE juga dipertanyakan. Desain area GE memang dibuat untuk bisa mandiri untuk menghadapi kebakaran termasuk juga inspeksinya dilakukan oleh GE sendiri. Di Amerika, terkadang fire department di sekitar juga melakukan inspeksi. Tim asuransi FM telah menemukan defisiensi atau kekurangan di area GE dari hasil audit mereka di tahun 2003 dimana rekomendasinya untuk meminta melakukan update terhadap sistem sprinkler di AP6. Selain itu juga laporan dari FM menemukan bahwa beberapa hydrant dan fire pump di area GE tidak bisa beroperasi dengan semestinya. Dari keterangan beberapa saksi sebelum meninggalkan lokasi saat kebakaran, terdapat sprinkler yang tidak mengeluarkan air dan beberapa bekerja tetapi airnya tidak sampai ke lantai (mungkin karena sudah menguap sebelum menyentuh air akibat flow yang rendah).
Laporan dari Asuransi FM yang menyatakan adanya fire pump yang tidak beroperasi mengakibatkan kurangnya pasokan air untuk pemadaman air. Hal ini mengakibatkan adanya delay dalam respon dari sisi tim fire fighter. Delay ini diakibatkan oleh harusnya mencari sumber air diluar area GE dan juga mengakibatkan fire fighter harus menggelar sekitar 4,5 km hose untuk mengatasi kekurangan air ini. Ditemukan juga saat kejadian, hanya satu dari 8 fire pump yang bekerja. Mereka telah kehilangan seperempat bangunan hanya karena fire fighter masih harus mencari sumber air di luar area GE. Andaikata masalah ini pernah dikomunikasikan ke departemen kebakaran lokal, maka hal kekurangan air bisa teratasi sebelumnya dengan menerapkan rencana pemadaman untuk area tersebut sehingga tidak terjadi delay yang signifikan.
Dari hal hal tersebut dapat dipastikan bahwa terdapat juga masalah kualitas dari inspeksi yang dilakukan oleh GE terhadap sistem proteksi mereka karena salah satu contohnya adalah hanya 1 fire pump yang bisa beroperasi saat kejadian.
Dengan adanya laporan yang menemukan adanya defisiensi sistem proteksi kebakaran dan bisa menimbulkan bahaya jika mengabaikannya, maka pertanyaannya, kenapa pemilik bangunan memilih untuk mengabaikan untuk melakukan perubahan?, jawaban yang paling umum adalah biaya yang muncul dari perubahan tersebut. Biaya yang muncul dari menyewa konsultan untuk menentukan pekerjaan apa yang diperlukan, penggalian pipa air untuk suplai air pemadam kebakaran hingga mengganti semua pipa yang diakhirnya bisa menghasilkan biaya yang sangat besar.
Tetapi dengan tidak melakukan apapun seharusnya tidak membuat pemilik area menjadi nyaman saat mengambil keputusan tersebut karena berdasarkan sejarah kebakaran, biaya yang muncul akibat dari kebakaran tersebut sangat di atas biaya yang diperlukan untuk perbaikan sistem proteksi kebakaran itu sendiri.
Terkait dengan hasil investigasi, tidak dapat ditemukan sebab pastinya dari kebakaran ini. Berdasarkan hasil hipotesa dan interprestasi foto dan barang bukti, dua kemungkinan yang menyebabkan kebakaran yaitu electrical failure dan petir.
Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian ini adalah pentingnya mengelola suatu perubahan sehingga dapat dipastikan apakah perubahan tersebut masih dalam koridor yang aman atau tidak. Dengan mengelola perubahan juga dapat teridentifikasi apakah sistem proteksi kebakaran yang ada masih sesuai dengan desain awal terhadap perubahan yang terjadi, sehingga jika tidak sesuai dibuatkan rencana untuk menangani perubahan tersebut.
Oleh karena itu pentingnya melakukan recommissioning sistem yang terdapat di NFPA 3 selain melakukan rutinitas inspeksi yang tertera di NFPA 25.
Video dibawah menggambarkan kondisi kebakaran saat itu
Referensi :
- NFPA Journal. https://www.nfpa.org/News-and-Research/Publications/NFPA-Journal/2017/March-April-2017/Features/GE-Warehouse-Fire
No Comment to " Belajar dari kebakaran warehouse GE dan hubungannya dengan NFPA (3 dan 25) "