Browsing "Older Posts"

  • Mengenal sistem sprinkler otomatis - The automatic sprinkler

    By Kusnu → Friday, December 22, 2017
    sistem otomatis sprinkler

    Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar sistem sprinkler otomatis, tapi apakah kita tahu sistem sprinkler otomatis itu seperti apa? Bagaimana sistem tersebut bekerja melawan api? Dimana seharusnya sistem tersebut dipasang?. Ketika kita mengetahui konsep sistem sprinkler otomatis dan bagaimana sistem ini bekerja maka akan besar kemungkinan anda dapat mencegah kerugian yang besar akibat insiden kebakaran.

    Saat ini memang sudah banyak teknologi untuk memadamkan api, tetapi sistem sprinkler otomatis masih sebagai sistem yang efisiensi dalam melawan api. Sistem ini juga garis depan dalam bertahan melawan api. Meskipun begitu, masih banyak yang gagal paham betapa pentingnya sistem sprinkler otomatis. Alasan untuk tidak memasang sistem sprinkler otomatis bervariasi dan berikut ini yang menjadi alasan yang sering digunakan:
    • Kebakaran tidak mungkin terjadi di sini
    • Dekat dengan lokasi tim Pemadam Kebakaran
    • Biaya untuk pemasangan sistem yang tinggi
    • Asuransi akan mengganti kerugian jika terjadi kebakaran
    Dalam setiap alasan di atas seperti berjudi bahwa kerugian akibat kebakaran tidak mungkin sampai menghancurkan, andaikata terjadi tidak akan mengganggu proses bisnis. Pada kenyataannya, dengan memilih untuk tidak memasang sistem sprinkler otomatis di lokasi yang sebenarnya membutuhkan sistem sprinkler otomatis menciptakan potensi untuk terjadinya bencana. Hal yang harus dipertimbangkan adalah objektif dari pemasangan sistem tersebut, dengan adanya sistem sprinkler otomatis dapat mengurangi konsekuensi dari dampak kebakaran. Dampak kebakaran dapat berupa dengan cideranya pekerja atau karyawan, rusaknya properti, hingga terganggunya keberlangsungan operasional maupun bisnis.

    Pada umumnya api berawal dari ukuran api yang kecil dan dapat tidak terlihat dalam jangka waktu tertentu. Ketika api sudah cukup besar untuk dapat dilihat, maka waktu untuk mencapai besar dapat diukur dalam hitungan detik, sehingga sistem sprinkler otomatis dibutuhkan untuk mengendalikan dan memadamkan api sebelum membesar dan tidak bisa di kendalikan. Pada saat sistem sprinkler bekerja, air keluar dari kepala sprinkler (sprinkler head) dan alarm aktif. Sprinkler sistem akan memusatkan air pada area yang terjadi kebakaran tanpa terpengaruh oleh panas, asap, gas beracun yang biasanya akan berpengaruh pada tim pemadam kebakaran saat memadamkan api secara manual. 

    Jika sistem sprinkler didukung oleh suplai air yang cukup kuat, maka biasanya hanya sprinkler yang berada di atas lokasi kebakaran dan lokasi didekatnya saja yang aktif. Dengan beroperasinya sprinkler di saat awal perkembangan api, maka sistem sprinkler akan menggunakan air lebih sedikit dan lebih efektif dibandingkan dengan air yang dikeluarkan oleh Hose saat tim pemadam kebakaran memadamkan api. Bangunan yang tidak memiliki sistem sprinkler otomatis, ketika terjadi kebakaran maka kebakaran kemungkinan besar tidak dapat dikendalikan. Ketika tim pemadam kebakaran datang, maka panas, asap dan api sudah sangat besar dan bisa diluar jangkauan dari kemampuan tim pemadam kebakaran itu sendiri. Statistik menunjukkan bahwa bangunan yang tidak memiliki sistem sprinkler otomatis akan mengalami kerusakan yang lebih parah dan membutuhkan biaya yang besar untuk kembali beroperasi kembali. 


    JADI…. APA ITU SISTEM SPRINKLER OTOMATIS?

    Sprinkler otomatis terpasang secara berselang selang di instalasi jaringan pipa sprinkler yang luas dan sistem jaringan pipa ini yang akan menyalurkan air ke semua kepala sprinkler. Kepala sprinkler akan mengeluarkan air sesaat setelah elemen sensitif panasnya terpanasi hingga mencapai suhu operasionalnya untuk aktif.

    Sprinkler dapat dipasang dalam 3 posisi yaitu menghadap ke atas (upright), menghadap ke bawah (pendent) atau di sisi samping dinding (sidewall). Untuk tipe kepala sprinkler sidewall, tergantung pada tipenya dapat dipasang secara vertikal maupun horisontal. 

    Kepala sprinkler mempunyai 3 komponen utama yaitu orifice, deflektor dan elemen sensitif panas.




    Orifice
    Orifice adalah lubang di kepala sprinkler tempat untuk air keluar. Ukuran lubang bervariasi tergantung pada tipe kepala sprinkler tersebut. Orifice menentukan koefisien debit (discharge coefficient) dari sprinkler. Suatu sprinkler dapat memiliki koefisien debit 2.8 (40), 5.6 (80), 8.0 (115), 11.2 (160), 14.0 (200), 16.8 (235), 22.4 (315) dan 25.2 (360) gal./min./psi1/2 (L/min./bar1/2). 

    Debit air (Q) dari kepala sprinkler didapatkan dari hasil perkalian koefisien debit (K) dengan akar pangkat dua dari tekanan air (P) di kepala sprinkler.
     Q=K ×√P

    Deflektor
    Dengan instalasi standard, maka air yang akan keluar dari kepala sprinkler akan membentur deflektor untuk membentuk pola pancaran sprinkler yang seragam berbentuk payung. Desain dari deflektor ini yang akan menentukan bentuk dan karakteristik pola pancaran air dari kepala sprinkler.

    Elemen Sensitif Panas
    Yang menjadi trigger untuk pengoperasian sprinkler adalah elemen sensitif panas yang ada di kepala sprinkler. Elemen sensitif panas ini mempunyai dua tipe yaitu, elemen fusible (atau elemen solder) dan bohlam kaca (glass bulb). 

    Ketika elemen fusible ini mencapai suhu desain operasional, maka elemen ini akan meleleh dan membuka jalur air bertekanan untuk keluar melalui orifice yang kemudian air ini akan menabrak deflektornya dan berpencar ke bawah dalam bentuk pola pancaran seperti payung dan mengarah ke lokasi kebakaran tepat di bawahnya. 

    Tipe elemen bohlam kaca (glass bulb) terdiri dari bohlam kaca yang berisi cairan. Cairan ini mulai mengembang sehingga tekanan di dalam bohlam kaca meningkat akibat dari pengaruh panas dari luar, tekanan ini akan terus naik hingga bohlam kaca ini pecah yang kemudian membukan jalur air terbuka.


    DIMANA SISTEM SPRINKLER OTOMATIS DIBUTUHKAN?

    Sistem ini dibutuhkan di manapun ketika terdapat material kontruksi yang dapat terbakar ataupun area yang menyimpan material yang dapat terbakar. Dibutuhkan di manapun ketika bahan bakar dapat tersulut dan menyebabkan api menyebar luas atau di manapun yang dapat mengakibatkan kerusakan oleh kebakaran ataupun produk dari kebakaran tersebut.


    LALU BAGAIMANA SISTEM SPRINKLER OTOMATIS INI MELAWAN KEBAKARAN?

    Respon Alarm
    Alarm akan berbunyi ketika air keluar dari salah satu atau lebih kepala sprinkler. Secara lokal, alarm gong yang berada di katup sprinkler akan berbunyi yang menandakan bahwa ada aliran air dan memberitahukan kepada semua orang yang berada di area sekitar tersebut bahwa sistem sprinkler aktif.

    Tergantung dari sistem yang diimplementasikan, alarm juga akan berbunyi di ruang kendali (control room) yang ada di lokasi yang sama maupun di ruang kendali yang berada di kantor pusat di luar area. Setelah alarm berbunyi maka setiap orang yang berada di area sekitar maupun di ruang kendali menghubungi tim respon kebakaran untuk datang ke lokasi.

    Respon Sprinkler
    Sistem sprinkler otomatis akan merespon kebakaran dalam dua mode yaitu mengendalikan (control-mode) dan memadamkan api (suppression-mode). Control-mode sprinkler mengendalikan kebakaran. 

    Air yang keluar dari control-mode sprinkler akan membasahi permukaan yang terbakar untuk membatasi tingkat kerusakan, tapi yang lebih penting adalah air membasahi permukaan yang belum terbakar di luar area yang terbakar, hal ini akan mengurangi intensitas api dan mencegah penyebaran api menjadi lebih luas. Kepala sprinkler yang aktif juga mendinginkan area didekat atap ataupun plafon yang akan mencegah kerusakan struktur dan juga mencegah aktifnya kepala sprinkler yang letaknya jauh dari lokasi kebakaran awal.

    Untuk suppression mode sprinkler, konsep kerjanya adalah merespon api dengan cepat dan mengaplikasikan air dengan debit dan droplet air yang besar langsung ke arah plume kebakaran sehingga efektif menghentikan api sebelum menjadi besar. Sebagai hasil dari respon yang cepat dan terbatasnya perkembangan api adalah jumlah kepala sprinkler yang aktif menjadi sedikit sehingga penggunaan air bisa dikurangi, ini termasuk juga berkurangnya intensitas api dan asap. Suppression mode sprinkler biasa digunakan untuk proteksi gudang yang terdapat tumpukan rak tinggi untuk penyimpanan material. 

    TIPE TIPE SISTEM SPRINKLER OTOMATIS

    Dalam suatu gedung atau area, biasanya akan terdiri dari satu atau lebih tipe sistem sprinkler berikut ini

    Wet Pipe
    Sistem ini paling umum digunakan. Semua pipa sistem sprinkler ini berisi air yang bertekanan dalam keadaan normalnya. Ketika satu atau lebih kepala sprinkler aktif atau beroperasi, maka air akan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka dan terus mengalirkan air sampai control valve ditutup setelah api berhasil dipadamkan.

    Dry Pipe
    Sistem ini biasanya digunakan di area yang mempunyai potensi air membeku di pipa. Di sistem ini, pipa akan berisi udara atau nitrogen bertekanan dengan tekanan yang cukup untuk menahan air di posisi sebelum alarm valve. Alarm valve akan ditempatkan di area atau ruangan yang mempunyai sistem penghangat. Ketika kepala sprinkler aktif dan mulai melepaskan udara di dalam pipa, maka tekanan udara di dalam pipa akan turun yang kemudian akan membuka alarm valve dan selanjutnya air akan mengalir ke pipa dan menuju ke kepala sprinkler yang aktif. Delay waktu antara waktu pecahnya kepala sprinkler dengan waktu air yang keluar dari kepala sprinkler membuat sistem ini kurang efisien dibandung sistem Wet Pipe.

    Preaction
    Sistem ini hampir sama dengan Dry Pipe dimana pipa tidak akan berisi air. Air tidak akan masuk ke pipa sampai sistem deteksi yang berada di area yang sama dengan sistem sprinkler otomatis mendeteksi asap maupun panas yang kemudian mengaktifkan alarm valve. Berbeda dengan Dry pipe dimana air akan masuk ke pipa ketika satu atau beberapa kepala sprinkler aktif atau beroperasi, di preaction air akan mulai masuk ke pipa meski belum ada kepala sprinkler yang aktif dan kondisi ini sama dengan kondisi sistem Wet Pipe. Air akan keluar dari sistem ketika salah kepala sprinkler aktif. Sehingga fungsi sistem deteksi ini memberikan alarm dini bahwa telah terjadi kebakaran sebelum sistem sprinkler beroperasi.

    Deluge
    Sistem deluge ini digunakan untuk memproteksi area yang mengharuskan pengaplikasian air ke seluruh area yang luas secara bersamaan. Sistem menggunakan sistem deteksi yang sesuai dengan tipe bahaya yang akan diproteksi. Ketika sistem deteksi mendeteksi adanya api, asap atau panas, maka sistem akan mengaktifkan deluge valve yang kemudian akan mengalirkan air ke dalam pipa menuju kepala sprinkler yang sudah terbuka orifice nya. Kepala sprinkler yang digunakan di sistem Deluge menggunakan kepala sprinkler tipe terbuka maksudnya tidak ada elemen sensitive panas yang menutup orifice. 


    PEMILIHAN RATING SUHU SPRINKLER

    Memahami rating suhu sprinkler sangat penting ketika akan memilih sistem sprinkler untuk aplikasi tertentu. Sprinkler menyediakan beragam pilihan suhu aktifasi yang bervariasi dan pemilihan yang tepat akan mencegah sprinkler aktif secara prematur. Pemilihan rating suhu sprinkler juga harus memperhitungkan suhu lingkungan sekitar lokasi pemasangan kepala sprinkler 


    Sprinkler head temperature


    MEMASTIKAN SUPLAI AIR YANG CUKUP

    Sistem sprinkler otomatis butuh air untuk beroperasi. Sistem ini membutuhkan air dengan dengan debit dan tekanan yang cukup untuk beroperasi selama durasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber air yang akan masuk ke sistem sprinkler ini dapat berasal dari bermacam sumber yaitu : sistem sumber air umum, tangki hisap dan pompa air, tangki gravitasi atau kombinasi dari sumber sumber tersebut. Tambahan koneksi (Fire Dept Connection) dari truk pemadam biasanya juga disediakan, koneksi ini digunakan untuk menaikkan tekanan air di sistem ataupun menambah debit air ke sistem. 

    Tetapi jika kita gagal dalam melakukan inspeksi dan memonitor status semua valve, maka fungsi sistem sprinkler ini akan mati atau melemah. Desain standar sistem sprinkler otomatis adalah dipasangnya control valve sebelum alarm valve untuk memungkinkan dilakukan aktivitas perbaikan di sistem, tetapi jika tim perawatan lupa membuka kembali control valve yang ditutup pada saat perbaikan maka akan menimbulkan bencana. Sistem sprinkler yang terpasang akan menjadi tidak berguna ketika control valve dalam keadaan tertutup.

    Program inspeksi mingguan dan program impairment dapat mencegah tertutupnya control valve yang tidak diketahui sehingga sistem dapat dipastikan selalu dalam keadaan siap berfungsi ketika terjadi kebakaran. 


    ANATOMI SISTEM SPRINKLER

    sistem sprinkler otomatis

    Jika kita lihat sistem sprinkler otomatis secara langsung, mungkin akan terlihat kompleks dan rumit, tetapi sebenarnya sistem ini cukup sederhana. Sistem dimulai dari sumber air yang bisa berasal dari berbagai sumber. Air ini akan memasuki ke sistem pipa utama menuju ke masing area yang terdapat sistem sprinkler otomatis. 

    Sebelum masuk ke alarm valve atau ada yang bilang sebagai alarm valve, terdapat control valve atau gate valve dipasang sebelumnya yang berfungsi mengisolasi sumber air jika diperlukan perbaikan pada sistem sprinkler. Fungsi alarm valve ini adalah untuk mengalirkan air ke alarm gong (lokal alarm) agar aktif dan memberithukan orang sekitar bahwa sistem sprinkler aktif dan ada kemungkinan terjadi kebakaran (karena terkadang alarm berbunyi ketika terjadi kebocoran atau terjadi patahnya pipa sprinkler). Selain aktifnya alarm gong, sistem juga mengirim sinyal ke ruang pengedali lokal ataupun ruang pengendali pusat. 

    Setelah dari alarm valve, air akan terus masuk ke pipa utama sistem sprinkler dimana pipa utama ini akan mempunyai pipa pipa cabang untuk distribusi air ke area yang diproteksi. Di setiap pipa cabang ini akan dipasang kepala sprinkler dengan jarak tertentu antar kepala sprinkler. Sistem sprinkler juga dilengkapi dengan valve tambahan atau disebut sebagai inspector test connection yang dipasang di bagian ujung sistem atau posisi terjauh yang akan digunakan untuk memastikan sistem sprinkler dalam kondisi berfungsi atau tidak.


    Definisi definisi penting sistem sprinkler

    Control-mode: Memberikan pengendalian terhadap api dengan cara memastikan suhu langit langit dingin dan membasahi di dan sekitar bahan bakar untuk mencegah penyebaran api secara horizontal

    Cooling Tower: Didesain untuk membasahi fills areas di cooling tower tipe crossflow

    Corrosion resistant: Terdapat lapisan cat peindung karat atau di buat dari material anti karat, biasanya dipilih untuk kondisi lingkungan tertentu saja

    Dry: Dipasang di area yang memiliki potensi dingin yang bisa mengakibatkan air beku di dalam pipa

    Extended-coverage, extra hazard (ECEH): Control-mode sprinkler dengan area cakupan 4.2 x 4.2 m yang diperuntukkan sebagai proteksi area yang mempunyai potensi kebakaran dengan pelepasan panas yang tinggi (High Heat Release)

    Extended-coverage, ordinary hazard (ECOH): Control-mode sprinkler dengan area cakupan 6 x 6 m yang diperuntukkan sebagai proteksi area yang mempunyai potensi kebakaran dengan pelepasan panas yang moderate (Moderate Heat Release)

    Extended-coverage, light hazard (ECLH): Control-mode sprinkler dengan area cakupan 6 x 6 m yang diperuntukkan sebagai proteksi area yang mempunyai potensi kebakaran dengan pelepasan panas yang rendah (Low Heat Release)

    Flushed, recessed, concealed: Sprinkler yang dipasang di plafon yang menggantung (suspended ceiling) untuk mengakomidir estetika keindahan. Flushed – bagian yang terekpos hanya bagian elemen sensitive panasnya saja. Recessed – bagian orifice berada di atas plafon. Concealed – kelapa sprinkler diberi penutup yang sejajar dengan plafon, penutup akan terlepas ketika sprinkler aktif.

    Quick-Response: Elemen panas pada tipe sprinkler ini lebih sensitif terhadap panas dibandingkan dengan elemen panas tipe standar sprinkler

    Pendent: Sprinkler dipasang di bagian bawah pipa dimana deflektor berada di bawah orifice. Kelemahan pendent adalah pipa tidak dapat di kuras seluruhnya pada kondisi darurat suhu dingin dan juga sedimen dapat terkumpul di dalam bagian kepala sprinkler

    Rack storage: Kepala sprinkler yang didesain untuk proteksi rak penyimpanan. Sprinkler tipe ini mempunyai integral water shield yang berfungsi untuk melindungi elemen sensitive panas dari air yang keluar dari kepala sprinkler yang berada di atasnya. Sprinkler ini biasanya akan dipasang secara bertingkat di beberapa tiap level dari rak penyimpanan

    Resindetial: Sprinkler yang didesain untuk aplikasi life safety dan bukan untuk proteksi bangunan. Sprinkler tipe ini berfungsi untuk menahan penyebaran api selama mungkin untuk dapat memberikan waktu penghuni rumah untuk melakukan evakuasi

    Sidewall: Dipasang di dinding didekat pertemuan antara dinding dengan plafon. Disarankan untuk tipe bahaya yang rendah

    Suppression mode: Memberikan kemampuan untuk memadamkan api dengan beroperasi pada tahap awal dari perkembangan api dan mengaplikasikan dalam jumlah volume air yang signifikan ke semua area yang terbakar

    Upright: Dipasang di bagian atas dari pipa dan deflektor berada di atas orifice

    Window: Dipasang di luar bangunan untuk melindungi jendela dari paparan api dari luar. Di aktivasi secara manual atau dengan thermosensitive valve


    Sprinkler Head Type


    Semoga perkenalan dengan sistem otomatis sprinkler ini dapat memberikan gambaran umum mengenai sistem ini. Dengan mengetahui sistem sprinkler, maka kita sudah mendapatkan gambaran mengenai sistem itu sendiri dan tipe apa yang cocok untuk diaplikasikan di tempat anda.

    Referensi:
    • Schroll, R. Craig. 2002. Industrial Fire Protection Handbook second edition. CRC Press
    • Cote P.E., Arthur. 2003. Fire Protection Handbook Nineteenth Edition Volume I & II. NFPA
    • Hague, P.E., CFPS. David R. 2008. Water Based Fire Protection System Handbook. NFPA
    • FM Global.2015. The Automatic Sprinkler - P6924.
  • Mengenal Prosedur Hot Work untuk Kerja yang lebih Aman

    By Kusnu → Sunday, December 17, 2017
    Prosedur Hot Work


    Don’t Get Burned by Hot Work. Kebakaran dan ledakan akibat Hot Work bisa dicegah sehingga tidak menempatkan bangunan, orang dan operasioanl bisnis dalam posisi beresiko. Pencegahan kebakaran dan ledakan yang diawali oleh Hot Work memerlukan kolaborasi antara jajaran manajemen, pekerja dan kontraktor. Senior manajemen harus dilibatkan untuk mendukung kebijakan program manajemen Hot Work dan berkomitmen untuk menyiapkan sumber daya untuk implementasi program manajemen Hot Work.

    Bahaya ledakan dan kebakaran terkadang tidak terlihat secara langsung meskipun oleh pekerja yang berpengalaman sekalipun, contohnya:

    #> Semua yang disekitar kita dapat terbakar. Percikan api dan metal panas dapat menjadi sumber panas yang tidak terkontrol seperti melayang dan bergulir jauh dari lokasi awal pekerjaan. Satu percikan api di atau dekat bahan bakar seperti serpihan kayu atau foam, cukup untuk terjadinya suatu kebakaran

    #> Percikan api dapat menetap di area atau di lokasi yang tidak dapat dilihat seperti lubang di lantai, lubang di plafon, atau di pelapis antara dinding. Percikan ini akan terus membara tidak terdeteksi selama berjam jam sebelum muncul kebakaran

    #> Material bahan bakar terkadang juga tidak selalu terlihat. Pengelasan di suatu dinding metal dapat membakar bahan bakar yang kebetulan berada dibalik dinding tersebut akibat dari transfer panas secara konduksi.

    #> Suhu api dari pengelasan Oxyacetylene bisa mencapai 3.316 derajat celcius. Aktivitas Hot Work pada tangki ataupun di dalam tangki bisa menyulut kebakaran ataupun ledakan dari sisa sisa uap gas mudah terbakar kecuali tangki tersebut sudah dibersihkan terlebih dahulu, di inert dan diinspeksi sebelum dan selama aktivitas pekerjaan Hot Work.

    Oleh karena itu sangat penting setiap pekerja melakukan tugas mereka untuk meminimalkan resiko yang diakibatkan oleh sumber panas Hot Work.

    Di postingan sebelumnya kita membahas mengenai apa itu Hot Work, program manajemen Hot Work dan sistem izin kerja Hot Work. Sekarang saya coba mengangkat pembahasan prosedur Hot Work mengenai bagaimana Hot Work itu dilakukan dengan benar.


    MELINDUNGI LOKASI HOT WORK


    #> Jika terdapat sistem proteksi kebakaran terpasang di lokasi tersebut, maka pastikan sistem proteksi tersebut dalam keadaan berfungsi (contoh valve sistem sprinkler dalam keadaan terbuka)


    #> Memastikan sistem sumber air untuk proteksi kebakaran berfungsi (contoh pompa dalam kondisi otomatis, sumber air dalam keadaan penuh)

    #> Jika sistem proteksi kebakaran di area tersebut dalam kondisi tidak berfungsi, maka harus dipertimbangkan untuk menunda pekerjaan di area tersebut sampai sistem proteksi di area tersebut berfungsi kembali atau jika pekerjaan tersebut tidak dapat ditunda, maka pengendalian tambahan harus ditambahkan lagi. Pengendalian tambahan dapat berupa menggelar hose di area tersebut atau meminta anggota pemadam kebakaran yang terlatih untuk berada di lokasi tersebut.

    #> Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti APAR di lokasi pekerjaan





    MEMPERSIAPKAN LOKASI HOT WORK

    Ketika mempersiapkan izin kerja Hot Work, maka harus diidentifikasi dulu area Hot Work tersebut menggunakan rumus radius 11 meter horisontal dari titik lokasi pekerjaan Hot Work dan 5 meter vertikal dari titik lokasi pekerjaan Hot Work. Apabila pekerjaan Hot Work dilakukan di ketinggian atau pada saat kondisi berangin, maka radius dipertimbangkan di perluas menjadi 15 meter. Setelah sudah teridentifikasi area di dalam radius tersebut maka langkah selanjutnya menentukan pengendalian dan tindakan pencegahan berikut ini untuk mengendalikan bahan bakar dan sumber panas di dalam lokasi Hot Work tersebut.

    #> Memindahkan semua bahan bakar dari lokasi Hot Work. Jika bahan bakar tersebut tidak dapat dipindahkan maka lindungi bahan bakar tersebut dengan cara menutup atau melapisi bahan bakar tersebut dengan bahan yang tahan panas seperti welding pad dan welding blanket, atau dengan cara membatasi penyebaran sumber panas Hot work agar tetap di area lokasi pekerjaan saja. Pembatasan ini atau lebih dikenal istilah “boxing”, boxing dilakukan dengan cara memasang welding curtain secara vertikal dan welding pad secara horizontal (khusus di area pertemuan vertikal dan horizontal, welding pad harus berada di atas welding curtain karena welding curtain tidak didesain untuk kontak lama dengan material cair panas).
    Boxing Hot Work
    Boxing
    Welding pad:  Sebuah kain tahan panas yang diperuntukkan untuk melindungi material yang bisa terbakar yang berada di bawah lokasi kerja penghasil panas. Welding pad dirancang untuk digunakan dalam aplikasi horisontal dengan paparan operasi panas yang tinggi seperti pengelasan atau obor pemotongan. Welding pad harus bisa mentolerir kontak yang lama dengan material cair panas tanpa mengalami tembus ke sisi lain atau hangus berat. Dan juga bisa membatasi suhu di sepanjang bagian bawah Welding pad di bawah 500° F (260° C). Tujuan dari welding pad adalah untuk melindungi permukaan sensitif di bawahnya dari kerusakan panas dan untuk mencegah penyalaan bahan yang mudah terbakar

    Welding blanket: Sebuah kain tahan panas yang diperuntukkan untuk digunakan di sekitar operasi kerja penghasil panas. Welding Blanket dirancang untuk digunakan dalam aplikasi horisontal dengan paparan operasi panas ringan sampai menengah seperti chipping, grinding, heat treating, sand blasting dan pengelasan ringan horisontal. Welding blanket harus bisa mentolerir kontak yang lama dengan percikan api, api dan permukaan panas tanpa mengalami tembus terbakar atau hangus berat. Disamping itu welding blanket bisa membatasi suhu dibawah 260° C (500° F) di sepanjang bagian bawah welding blanket. Tujuan dari Welding Blanket adalah untuk melindungi permukaan sensitif di area bawahnya dari kerusakan panas dan juga untuk mencegah adanya penyalaan bahan yang bisa terbakar

    Welding curtain: Sebuah kain tahan panas yang diperuntukkan untuk digunakan di sekitar operasi kerja penghasil panas. Sebuah Welding Curtain dirancang untuk digunakan dalam aplikasi vertikal dengan paparan operasi panas ringan sampai menengah seperti chipping, grinding, heat treating, sand blasting dan pengelasan ringan horisontal. Welding curtain harus bias mencegah percikan api dan puing-puing panas keluar dari isolasi area kerja penghasil panas

    #> Membersihkan akumulasi sisa sisa bahan bakar dan genangan bahan bakar cair dari lokasi Hot Work (contohnya, sisa sisa oli, debu kayu dll). Proses identifikasi lokasi harus dilakukan dengan teliti khususnya di area yang tersembunyi seperti di bawah peralatan atau di sudut sudut untuk memastikan area kerja Hotw Work bersih dari bahan bakar. Tidak dianjurkan untuk menggunakan pengendalian dengan cara membasahkan lantai dengan air dikarenakan ada kemungkinan air akan mengalir ke tempat rendah jika lantai tidak rata sehingg ada beberapa lokasi tidak terlindungi air, kemungkinan akan menguap dan kering ketika terus terpapar panas, dan kemungkinan tersetrum bagi pekerja jika aktivitas pengelasan dengan menggunakan listrik (terdapat kabel yang terkelupas).

    #> Identifikasi dan isolasi potensial sumber bahan bakar seperti bahan bakar cair, gas dan material debu mudah terbakar yang bisa keluar atau lepas ke lokasi Hot Work pada saat aktivitas sedang berlangsung. Lakukan analisa keselamatan kerja untuk menentukan apakah sistem harus dimatikan atau tidak dan menentukan pengendalian bahaya yang tepat. Jika diperlukan, adanya pengendalian tambahan seperti LOTO, purging ataupun dilakukan pengurasan jika terkait bahan bakar cair.

    #> Lakukan pengukuran gas dengan menggunakan detektor gas untuk mendeteksi uap bahan bakar atau atmosfir gas mudah terbakar. Pengukuran harus dilakukan sebelum pekerjaan Hot Work dimulai. Ketika melakukan pengetesan dan hasil pembacaan detektor gas melewati 1% dari suatu nilai lower explosive limit (LEL), maka pekerjaan harus dihentikan saat itu juga. Posisi pembacaan detektor gas harus mempertimbangkan vapour density dari uap atau gas tersebut karena jika lebih berat dari udara maka uap atau gas akan cenderung berkumpul di bagian bawah dan jika lebih ringan dari udara maka mengarah ke atas atau berkump di bagian atas.

    #> Matikan atau tutupi (lindungi) sistem ventilasi atau sistem pemindah material (conveyor) yang kemungkinan akan membawa material bahan bakar ke lokasi Hot Work ataupun membawa keluar sumber panas Hot Work ke area lain. Jika ventilasi dibutuhkan, maka lakukan hal berikut. 
    • Gunakan sistem ventilasi sementara yang terbuat dari bahan yang tidak bisa terbakar dan filter udaranya dilepas. 
    • Jika sistem negatif yang digunakan, maka perluas area cakupan Hot Work sejauh sistem pembuangan ventilasi tersebut. 
    • Jika sistem positif yang digunakan, maka pastikan aliran udara tidak menyebabkan percikan api semakin tidak terarah penyebarannya dan mempengaruhi posisi dari welding blanket maupun welding curtain.
    #> Perluas area pengendalian Hot Work ke sisi ruangan yang lain ketika terdapat celah atau bukaan yang memungkinkan sumber panas dari Hot Work dapat menyebrang ke area tersebut, termasuk juga potensi transfer panas konduksi yang memungkinkan tersulut nya suatu bahan bakar yang menyentuh material yang sedang dikerjakan dengan Hot Work (contohnya pipa metal).

    #> Identifikasi dan lakukan perlindungan terhadap pipa atau sistem pemipaan berisi bahan mudah terbakar yang mempunyai lubang atau celah yang memungkinkan masuknya sumber panas Hot Work

    #> Perlakukan aktivitas Hot Work pada material yang mempunyai sifat transfer panas yang bagus. Pindahkan bahan bakar disekitar material tersebut dan lakukan monitor suhu pada material tersebut pada saat aktivitas pekerjaan berlangsung, stop pekerjaan dan lakukan tindakan darurat jika terdeteksi titik panas pada material tersebut.


    Posisi Hot Work

    Keterangan gambar
    A = Sapu bersih lantai, menyingkirkan tumpahan pelumas atau minyak apapun. Lapisi lantai yang terbuat dari bahan yang bisa terbakar dengan terpal tahan api atau dengan bahan yang tidak mudah terbakar lainnya
    B = Tutupi semua lubang di dinding dan lantai. Sumbat lubang lantai dengan fire stop material yang telah disetujui. Tutup semua pintu untuk mencegah percikan api berpindah ke tempat lain.
    C = Pindahkan semua cairan mudah terbakar dari area pekerjaan penghasil panas
    D = Lindungi dengan weliding blanket, pads dan curtain untuk semua bahan yang bisa terbakar dan tidak bisa dipindahkan dari lokasi pekerjaan penghasil panas. Ini termasuk barang-barang yang disimpan atau mesin dengan pelumas atau endapan kain (serat kain).


    Elevation Hot Work
    Elevation Hot Work


    PERSIAPAN PEKERJAAN HOTWORK DI LUAR ATAU DI DALAM SUATU PERALATAN ATAU PIPA

    Ketika akan melakukan pekerjaan pada suatu peralatan atau pipa baik itu di luar maupun di dalam, maka berikut tindakan pengendalian yang harus dilakukan

    #> Identifikasi dan isolasi peralatan atau pipa yang saling terhubung yang berisi gas mudah terbakar, bahan bakar cair mudah terbakar dan debu mudah terbakar.

    #> Kuras bahan bakar cair dan lakukan purging untuk menghilangkan uap atau gas mudah terbakar dari peralatan maupun pipa. Ketika melakukan pengurasan bahan bakar cair, identifikasi titik titik dimana terdapat area terendah dari elevasi titik kuras yang menyebabkan tidak terkurasnya bahan bakar cair tersebut.

    #> Lakukan pengetesan pada peralatan atau pipa terhadap adanya uap atau gas mudah terbakar sebelum dimulainya pekerjaan dan selama pekerjaan jika dibutuhkan. Hentikan pekerjaan ketika pembacaan detektor gas melewati 1% dari suatu nilai lower explosive limit (LEL)

    #> Hilangkan sisa sisa debu di dalam peralatan maupun pipa. Lakukan Housekeeping yang tepat untuk memastikan tidak adanya bahan bakar yang masih tersembunyi yang bisa menyebabkan kebakaran ketika tersulut sumber panas dari Hot Work.

    #> Kategorikan pekerjaan Hot work di peralatan atau pipa yang mengandung bahan bakar gas mudah terbakar, bahan bakar cair mudah terbakar dan debu mudah terbakar sebagai pekerjaan beresiko tinggi. Sebagai tambahan, lakukan tindakan pencegahan berikut ini ketika kondisi area terjamin untuk dilakukan
    • Gunakan alternatif metode cold work
    • Penuhi peralatan atau pipa dengan air. Sebagai alternatif, lakukan pembasahan secara terus menerus permukaan bahan bakar dengan menggunakan semprotan air (water spray) selama pekerjaan berlangsung dan juga pada periode 1 jam setelah pekerjaan selesai
    • Identifikasi akses port jalur hulu dan hilir dari suatu pemipaan atau peralatan di area kerja Hot Work dan gelar hose di tempat akses port tersebut
    • Isolasi peralatan, pemipaan di bagian hulu dan hilir di area pekerjan Hot Work menggunakan metode isolasi yang tepat seperti menggunakan blind flange atau menggunakan material non-conductive material for a blank


    PENGENDALIAN YANG DIPERLUKAN SAAT PEKERJAAN HOT WORK BERLANGSUNG

    Saat pekerjaan Hot Work berlangsung, fire watch harus secara terus menerus mengawasi lokasi di dan sekitar aktivitas Hot Work. Termasuk tanggung jawab berikut ini:

    #> Pengawasan terus menerus terhadap area kerja Hot Work dan orang yang melakukan pekerjaan Hot Work untuk memastikan kondisi aman kebakaran tetap terjaga. Fire watch harus tetap di area kerja Hot Work secara terus menerus dimulai dari awal pekerjaan sampai dengan berakhirnya pekerjaan, termasuk saat waktu istrirahat pekerja. Jika FireWatch ingin meninggalkan tempat kerja, maka harus dicarikan pengganti sementara untuk melanjutkan fungsi pengawasan secera terus menerus

    #> Memastikan sumber panas Hot Work terbatasi di dalam area kerja Hot Work. Fire Watch bertanggung jawab untuk memberhentikan pekerjaan Hot Work ketika kondisi tidak aman muncul

    #> Memastikan semua pengendalian dan pencegahan kebakaran yang telah ditulis di formulis izin kerja Hot Work tetap terimplementasi di lokasi Hot Work

    #> Dalam kondisi kebakaran, menghubungi nomor darurat.

    #> Menjaga agar lokasi Hot Work tetap tidak berubah sesuai dengan yang ditulis di formulis izin kerja Hot Work

    #> Penambahan jumlah Fire Wath diperlukan ketika
    • Area Hot Work dan orang yang melakukan Hot Work tidak dapat terlihat dari satu titik pandang
    • Area Hot Work sangat luas, berbeda elevasi dan padat

    Kapan Fire Watch dibutuhkan, berikut kondisi yang memerlukan fire watch: (catatan : ketentuan dibutuhkan nya Fire Watch di setiap Hot Work tergantung dari kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan)

    #> Bahan mudah terbakar di dalam konstruksi bangunan berjarak kurang dari 11 meter dari titik kegiatan

    #> Bahan mudah terbakar dan/atau cairan mudah terbakar berjarak lebih dari 11 m (35 ft) dari titik kegiatan tetapi dapat terbakar dengan mudah oleh percikan api

    #> Lubang di dinding atau lubang di lantai didalam radius 11 m (35 ft) yang menampakkan bahan yang mudah terbakar di area sekitarnya, termasuk ruang tersembunyi di dinding atau lantai.

    #> Bahan yang mudah terbakar yang berlokasi dekat dengan sisi belakang dari partisi, dinding, langi-langit atau atap dan cenderung untuk bisa terbakar.


    PENGENDALIAN YANG DIPERLUKAN SETELAH PEKERJAAN HOT WORK SELESAI

    Setelah pekerjaan Hot Work selesai, maka diperlukan pengendalian berikut ini untuk memastikan resiko kebakaran tetap terkendali

    #> Fire Watch tetap dilokasi selama 30 menit sampai dengan 1 jam setelah pekerjaan Hot Work selesai dilakukan

    #> Setelah periode pengamatan 1 jam, area kerja Hot Work dipantau secara berkala selama 3 jam. Kewajiban dan durasi dasar pemantauan tambahan didasarkan pada klasifikasi bahaya dalam kondisi normal di area kerja penghasil panas. Pemantauan ini tidak terus-menerus, tetapi pemeriksaan area secara berkala. Metode pemantauan yang dapat diterima dapat berupa sistem otomatis deteksi asap, kamera video keamanan (CCTV), patrol rutin petugas keamananan/petugas pemeliharaan, dan operator di area. Metode yang sesuai akan tergantung pada kondisi lokal dan harus didokumentasikan pada izin kerja Hot Work (Catatan : persyaratan ini optional karena NFPA tidak mensyaratakan ini tetapi beberapa perusahaan asuransi memerlukan adanya pengamatan tambahan setelah pengamatan 1 jam)

    Semua pengendalian pengendalian yang telahi dibahas diatas merupakan persyaratan minimum dari Prosedur Hot Work yang mungkin akan berbeda dengan perusahaan anda, tetapi jika anda baru ingin membuat prosedur, mungkin postingan bisa memberikan gambaran awal dari suati prosedur Hot Work. Harapan dengan diimplementasi prosedur ini yang merupakan juga bagian program manajemen Hot Work adalah dapat menciptakan lokasi kerja yang aman bagi pekerja sehingga kejadian Kosambi tanggal 26 Oktober 2017 tidak terulang lagi di tempat kerja anda atau dimanapun. 

    Semoga bermanfaat pembahasan kali dan saya tetap terbuka atas masukan dan kritiknya untuk kesempurnaan postingan ini.


    Referensi:
    • NFPA 51B, Standard for Fire Protection During Welding, Cutting, and Other Hot Work, Edisi 2014
    • FM Global. 2015. Don't Get Burned by Hot Work - P9802. FM Global
    • FM Global. 2010. Understanding the Hazard Hot Work - P0032. FM Global
    • FM Global. 2017. FM Datasheet - Hot Work Management (10-3). FM Global
    • Colonna P.E, Guy R. 2001. Introduction to Employee Fire & Life Safety. NFPA
  • Mengenal Konsep Manajemen dan Sistem Izin kerja Hot Work

    By Kusnu → Wednesday, December 13, 2017
    izin kerja hot work


    Kali ini saya akan membahas mengenai Manajemen Hot work dan sistem Izin kerja Hot Work yang merupakan kelanjutan postingan saya mengenai Hot work yang berjudul “Mari mengenal Hot Work untuk bekerja lebih aman”

    Secara definisi, Hot work adalah setiap aktivitas atau pekerjaan yang bersifat sementara atau permanen yang melibatkan api terbuka (open-flame) atau menghasilkan permukaan panas dan/atau menghasilkan bunga api yang mempunyai energi cukup untuk mampu menyulut atau memulai kebakaran atau ledakan. Hot work ini termasuk, tapi tidak terbatas pada:
    • Penggunaan api terbuka
    • Patri (brazing)
    • Las Listrik, Las Gas/Karbit (Oxy-Fuel Welding) 
    • Pemotongan (torch cutting)
    • Grinding
    • Soldering
    • Torch-applied roofing
    • Pengoperasian peralatan penghasil panas, contoh Heat gun
    Semua kebakaran dan ledakan yang diakibatkan oleh Hot Work dapat dicegah selama impelementasi manajemen Hot Work nya dilakukan dengan benar dan berkomitmen. Ketika dilakukan dengan benar maka sumber panas hasil dari aktivitas Hot work tidak akan kontak dengan bahan bakar seperti cairan mudah terbakar maupun debu mudah terbakar. Berdasarkan dari sejarah insiden kebakaran atau ledakan yang diakibatkan oleh Hot Work, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita tarik sebagai faktor kunci insiden tersebut, yaitu:
    • Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengisolasi bahan material kontruksi bangunan yang mudah terbakar dapat meningkatkan kemungkinan dan kerugian kebakaran akibat Hot Work
    • Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengisolasi bahan material yang mudah terbakar di sekitar area tempat aktivitas Hot Work dapat meningkatkan kemungkinan dan kerugian kebakaran akibat Hot Work
    • Berfungsinya sistem proteksi kebakaran (contoh sprinkler) dapat menurunkan secara signifikan tingkat kerugian kebakaran akibat Hot Work
    • Mayoritas kebakaran akibat Hot Work terjadi setelah aktivitas Hot Work selesai dilakukan  atau dalam periode 60 menit setelah selesai pekerjaan. Disinilah peran Fire Watch yang harus tetap berjaga selama dan sesudah aktivitas Hot Work.

    PROGRAM MANAJEMEN HOT WORK

    Fokus utama dari program Manajemen Hot Work adalah mencari alternatif pekerjaan yang tidak menghasilkan sumber panas baik itu secara penggunaan alat yang tidak menghasilkan sumber panas atau desain yang memungkinkan untuk tidak diperlukannya Hot Work. Jika memang harus dilakukan maka lokasi aktivitas Hot Work dipindahkan ke tempat yang didesain untuk aktivitas Hot Work, jika tidak memungkinkan untuk pindah maka yang harus dilakukan adalah memindahkan atau mengisolasi bahan bakar agar tidak kontak dengan sumber panas. Seberapa pun ukuran kebakaran atau ledakan akibat Hot work, maka itu bisa dilihat sebagai kegagalan program manajemen Hot Work. 

    Berbicara mengenai Manajemen Hot work, setiap perusahaan pasti akan mempunyai program manajemen hot work yang berbeda beda yang disesuaikan dengan jenis dan sifat aktivitas pekerjaan di sana. Yang ingin saya jabarkan disini bisa dianggap syarat minimal dari suatu menajemen Hot work yang meliputi Kebijakan, Pelatihan, Penyimpanan Dokumen dan Audit.





    KEBIJAKAN

    Penting untuk dibuat suatu kebijakan secara formal mengenai program manajemen Hot Work ini karena manajemen perusahaaan bertanggung jawab terhadap keselamatan operasional dari aktivitas pekerjaan Hot Work dan keselamatan semua pegawai perusahaan, termasuk kontraktor yang bekerja dibawah pengawasan manajemen perusahaan. Terkait dengan aktivitas Hot Work, kebijakan yang dibuat harus jelas dalam menjelaskan “Chain of Command” , metode implementasinya dan pemenuhan persyaratan lainnya. Terkait dengan Chain of Command, ini merupakan garis otoritas yang tidak boleh dilanggar mulai dari manajemen puncak hingga level menajeman yang paling bawah, menjelaskan siapa melapor ke siapa dan pertanggung jawabannya.

    Pihak manajemen juga harus menunjuk seseorang sebagai program champion untuk program manajemen Hot Work ini. Jika dalam organisasi yang kecil, mungkin orang yang diberi otoritas secara tertulis untuk mengeluarkan izin pekerjaan, untuk organisasi yang besar bisa di letakkan di posisi manajer EHS untuk program championnya. 

    Dalam memastikan keselamatan pekerja dan perlindungan, kebijakan ini juga bisa menjelaskan kapan Hot Work harus dilarang sehingga setiap pekerja mengerti garis batasnya. Kebijakan akan tetap menjadi suatu kertas tidak berguna jika ini tidak dikomunikasikan ke semua pekerja perusahaan dan kontraktor. Mereka juga diberi kuasa atau diberi wewenang tanpa takut terhadap konsekuensinya untuk memberhentikan suatu aktivitas Hot Work yang dinilai tidak aman dan berbahaya bagi pekerja tersebut maupun pekerja di sekitarnya. 

    Jika dirangkum, secara minimal, kebijakan mencakup pernyataan berikut ini
    • Identifikasi pemilik dari program
    • Daftar aktivitas Hot Work di kelola oleh program manajemen Hot Work
    • Menetapkan area area mana yang di desain untuk hot work, area yang mempunyai resiko tinggi dan area yang dilarang dilakukan Hot Work
    • Menetapkan persyaratan dari izin kerja Hot Work termasuk otoritas pemberi izin kerja. Biasanya pernyataan ini akan merefer ke suatu prosedur yang sudah dibuat 
    • Menetapkan persyaratan untuk melakukan investigasi dan mendokumentasikan semua insiden kebakaran dan ledakan terkait dengan Hot Work tanpa melihat ukuran kejadian tersebut
    • Menetapkan persyaratan untuk menyimpan dokumen aktivitas Hot work
    • Menetapkan persyaratan untuk pelatihan untuk pekerja dan kontraktor
    • Menetapkan persyaratan area kerja Hot Work harus bersih dari bahan mudah terbakar dan mengisolasi dari bahan mudah terbakar dengan pembatas fisik atau berjarak 11 meter di tempat terbuka
    • Menetapkan persyaratan audit program termasuk ruang lingkup dan frekuesni audit
    • Dukungan manajemen terhadap program manajemen Hot Work

    PELATIHAN

    Memberikan pelatihan awal dan pelatihan penyegaran kepada semua pekerja dan kontraktor yang terlibat dalam aktivitas Hot Work dan sistem izin kerja Hot Work (seperti pemberi izin kerja Hot Work, penerima izin Kerja Hot Work, pekerja yang melakukan Hot Work dan pengamat kebakaran (fire watch)). Pelatihan ini, minimal meliputi hal hal berikut ini :
    • Implementasi dan control tindakan pencegahan yang diperlukan
    • Inspeksi area kerja Hot Work untuk memastikan area aman terhadap potensi kebakaran. Jika terjadi kebakaran, maka notifikasi melalui nomor darurat. Padamkan api jika bisa dipadamkan menggunakan APAR dan tinggalkan area jika sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
    • Penggunaan APAR atau pemadaman menggunakan hose jika kondisi mengharuskan menggunakan alat tersebut untuk pemadaman api 

    DOKUMEN

    Menyimpan dokumen programan manajemen Hot Work sebagai bahan untuk Audit. Minimal, dokumen yang disimpan sebagai berikut
    • Formulir izin kerja Hot Work
    • Prosedur Hot Work
    • Laporan terkait kejadian kebakaran dan ledakan akibat Hot Work, termasuk hasi investigasinya yang menunjukkan penyebab kejadian dan tindakan perbaikan untuk mencegah hal yang terulang kembali
    • Semua dokumen hasil audit sebelumnya

    AUDIT

    Melakukan audit secara rutin terhadap program manajemen Hot Work, minimal audit bisa dilakukan setahun sekali. Berikut hal hal minimum yang akan di audit:
    • Sistem izin kerja Hot Work
    • Record pelatihan Hot Work
    • Laporan hasil investigasi kejadian kebakaran dan ledakan akibat Hot Work termasuk daftar semua kejadian

    SISTEM IZIN KERJA HOT WORK

    Izin kerja Hot Work merupakan suatu dokumen yang dikeluarkan oleh pemberi izin kerja (Orang yang mendapat otoritas secara tertulis untuk mengeluarkan jenis izin yang spesifik) untuk meng otorisasi pekerjaan yang melibatkan Hot Work, di beberapa perusahaan pemberi izin kerja Hot Work dilakukan oleh Fire safety Supervisor. Tujuan utama dari izin kerja ini adalah untuk memastikan semua tindakan pencegahan yang diperlukan telah dilakukan dan dimplementasikan sesuai dengan kondisi dan jenis bahaya yang ada. Dikarenakan setiap area akan mempunyai jenis lingkungan dan tipe bahaya yang berbeda beda maka sebagian besar setiap informasi di formulir izin kerja Hoy Work tidak akan sama isinya, patut dicurigai jika menemukan formulir izin kerja yang isinya COPY PASTE dari tempat lain. Di beberapa perusahaan, izin kerja Hot Work merupakan bagian dari sistem izin kerja (Permit to Work) yang merupakan payung besar dari sistem perizinan kerja.  

    Izin kerja Hot Work dibutuhkan untuk semua pekerjaan Hot work apa pun yang bersifat sementara dan di lakukan di luar area yang didesain untuk Hot Work. Sebuah izin kerja Hot Work harus ditangguhkan atau dihentikan dengan segera jika salah satu tindakan pencegahan terganggu fungsinya. Sebagai contoh, jika pasokan air ke hose dalam keadaan tertutup atau tidak adanya APAR di dekat area kerja Hot Work. Selain itu, izin kerja Hot Work harus dibatalkan ketika pekerjaan harus ditunda untuk waktu yang lama atau tidak terbatas.

    Area yang didesain Hot Work merupakan area yang tidak memerlukan izin Hot Work untuk melakukan aktivitas Hot Work karena area ini sudah melalui penilaian resiko dan diberi persetujuan oleh pemilik area. Area ini didesain untuk dibuat aman terhadap resiko kebakaran dengan cara salah satunya memastikan tidak adanya bahan bakar di sekitar area tersebut dan juga adanya pembatas permanen yang mencegah spark atau sumber panas keluar dari area kerja. Tetapi terkadang area ini bisa terjadi kebakaran ketika area sudah berubah kondisinya, sehingga pemilik area dan pemberi izin harus secara regular melakukan inspeksi terhadap adanya kemungkinan bahan bakar di sekitar area tersebut atau adanya perubahan kondisi. Contoh area ini adalah Bengkel untuk pabrikasi, ruangan untuk pengelasan dll.

    Hot Work Room
    Contoh Area yang didesain Hot Work

    Secara umum dalam Sistem izin kerja Hot Work terdapat 2 posisi yang berperan dalam sistem ini yaitu Pemberi izin kerja dan Fire Watch

    Tanggung jawab pemberi izin kerja Hot Work:
    • Menentukan apakah ada alternatif lain selain Hot Work atau kemungkinan untuk memindahkan lokasi kerja Hot Work ke area yang sudah didesain Hot Work
    • Jika Hot Work diperlukan, mengevaluasi lokasi kerja Hot work terhadap potensi bahaya kebakaran yang mungkin akan muncul di lokasi kerja dan menentukan tindakan tindakan pencegahan yang harus dilakukan dan diimplementasikan di lokasi kerja Hot Work untuk memastikan pekerjaan Hot Work dilakukan dengan aman
    • Jika aktivitas yang dilakukan berada di area yang mempunyai resiko tinggi, maka pemberi izin harus memastikan adanya pengendalian tambahan sesuai dengan prosedur Hot Work yang telah dibuat, contohnya jika bekerja di dekat area yang mempunyai potensi terbentuknya flammable atmosphere, maka diperlukan adanya purging dan memonitor konsentrasi gas menggunakan gas detector. atau jika terdapat sumber bahan bakar yang ada kemungkinan dapat lepas secara tidak sengaja ke arae kerja, maka dibutuhkan pengendalian tambahan seperti LOTO dll.
    • Diskusi dengan pekerja Hot Work dan fire watch 
    • Memonitor dan mengawasi secara periodic aktivitas Hot Work
    • Jika area anda mempunyai Impairment Program, maka koordinasi dengan koordinator impairment untuk memastikan sistem proteksi kebakaran di area tersebut tidak dalam keadaan Shutdown. Jika dalam keadaan shutdown, maka dibutuhkan pengendalian tambahan.
    • Membatasi izin kerja ke satu shift jika memungkinkan. Perpanjangan izin kerja ke shift berikutnya masih diperbolehkan tetapi dengan memasukkan suatu prosedur keharusan kepada pemberi izin selanjutnya untuk memverifikasi semua tindakan pencegahan yang dicantumkan dalam izin kerja Hot Work tersebut, sehingga pekerjaan bisa dilanjutkan dengan aman
    • Melakukan pengecekan akhir di area lokasi aktivitas Hot Work setelah aktivitas pekerjaan selesai dilakukan (periode 60 menit setelah fire watch). Area beresiko tinggi wajib dilakukan pengecekan secara fisik ke lapangan. 

    Jika pemberi ijin terbatasi dengan sumber daya manusia, maka hal yang bisa dilakukan adalah memberikan pelatihan Hotw Work kepada supervisor pekerja Hot works atau penerima izin kerja sehingga identifikasi bahaya dan penentuan pengendalian akan ditentukan oleh mereka, tetapi otorisasi pemberian izin kerja tetap dikeluarkan oleh pemberi izin kerja Hot Work setelah sebelumnya memverifikasi semua tindakan dan identifikasi bahaya yang telah diisi di formulir izin kerja oleh supervisor telah benar dan memverifikasinya di lapangan.





    Tanggung Jawab Fire Watch:

    Secara fungsi, Fire watch bertugas mencegah terjadinya kebakaran dengan cara memastikan sumber panas dan bahan bakar tidak bertemu, selain itu siap merespon jika terjadi kebakaran
    • Mengawasi area untuk memastikan kondisi aman api selama aktivitas Hot dilakukan
    • Tetap dilokasi untuk pengawasan selama jam istirahat. Tunjuk pengganti sementara jika fire watch ingin meninggalkan lokasi
    • Memonitor terhadap arah percikan bunga api dan potensi bahaya kebakaran lainnya
    • Mampu menggunakan APAR dan mengetahui prosedur kondisi darurat termasuk nomor telepon darurat
    • Melakukan pengawasan 30 menit sampai dengan 1 jam (tergantung penilaian resiko atauy prosedur yang telah dibuat) setelah pekerjaan Hot Work selesai dilakukan
    • Di beberapa perusahaan asuransi juga mengharuskan pengawasan secara periodic setelah 1 jam pengawasan selesai dilakukan

    Secara sistem berikut alur izin kerja Hot Work:
    1. Permintaan izin kerja Hot Work oleh pekerja Hot Work ke pemberi izin Hot Work
    2. Pekerja menjelaskan ruang lingkup pekerjaan, kapan dilakukan dan dimana lokasi pekerjaan akan dilakukan
    3. Pemberi izin kerja akan menentukan apakah diperlukan Hot Work atau tidak, apakah ada alternatif lain atau tidak dan apakah bisa dilakukan di area yang sudah didesain untuk Hot Work
    4. Jika diperlukan, maka pemberi izin akan menentukan tindakan pengendalian apa saja yang akan diambil sesuai dengan bahaya dan kondisi area dimana Hot Work akan dilakukan, termasuk kebutuhan adanya Fire Watch. Tindakan pengendalian ini akan tercatat di Formulir izin kerja Hot Work termasuk kapan izin kerja akan expired.
    5. Pemberi izin kerja akan menjelaskan bahaya apa saja yang ada di area tersebut dan mengkomunikasikan tindakan pengendalian ke pekerja Hot Work dan fire watch
    6. Tanda tangan pemberi izin kerja di Formulis izin kerja untuk menyatakan bahwa tindakan pengendalian sudah dilakukan, dicek dan diimplementasikan untuk mencegah terjadinya kebakaran dan memberi izin aktivitas Hot Work dilakukan
    7. Pekerja Hot Work juga bertanda tangan di formulir izin kerja termasuk dengan nama lengkap
    8. Aktifitas pekerjaan Hot Work dilakukan
    9. Setelah pekerjaan Hot Work selesai dilakukan, Fire watch bertanda tangan di formulir izin kerja bahwa telah dilakukan inspeksi selama periode 1 jam setelah pekerjaan selesai dan menyatakan bahwa area sudah dinyatakan aman api.
    10. Formulir izin kerja dikembalikan ke pemberi izin kerja untuk diverifikasi. Izin kerja ditutup setelah pemberi izin kerja memastikan lokasi pekerjaan telah aman api
    11. Record izin kerja kemudian disimpan untuk keperluan audit

    Kebakaran maupun ledakan akibat Hot Work dapat dicegah selama program manajemen Hot Work diikuti oleh semua pihak termasuk komitmen manajemen untuk tetap menegakkan kebijakan yang telah dibuat untuk memastikan keselamatan pekerja. Semoga bermanfaat postingan ini, dan saya tetap menungg kritikan maupun saran untuk kesempurnaan postingan ini

    Berikut link contoh contoh formulir izin kerja untuk digunakan sebagai referensi pembuatan formulir izin kerja di tempat anda
    Contoh 1
    Contoh 2
    Contoh 3

    Referensi:
    • NFPA 51B, Standard for Fire Protection During Welding, Cutting, and Other Hot Work, Edisi 2014
    • FM Global. 2015. Don't Get Burned by Hot Work - P9802. FM Global
    • FM Global. 2010. Understanding the Hazard Hot Work - P0032. FM Global
    • FM Global. 2017. FM Datasheet - Hot Work Management (10-3). FM Global
    • Colonna P.E, Guy R. 2001. Introduction to Employee Fire & Life Safety. NFPA