Browsing "Older Posts"

  • NFPA 3 & NFPA 25

    By Kusnu → Friday, June 29, 2018

    Dengan munculnya NFPA 3, Commissioning of Fire Protection dan Life Safety Systems, dari recommended practice hingga standar, ada pembahasan baru tentang perlunya sistem proteksi kebakaran di recommission, khususnya sistem sprinkler.

    Ada asumsi bahwa, sejak NFPA 25, Inspeksi, Pengujian, dan Pemeliharaan Sistem Perlindungan Kebakaran Berbasis Air (since NFPA 25, Inspection, Testing, and Maintenance of Water-Based Fire Protection System), memerlukan inspeksi tahunan dari sistem sprinkler, maka recommissioning ulang sistem tidak diperlukan. Meskipun hal ini tampaknya benar - bahwa mendapatkan "tag hijau" atau melewati pemeriksaan NFPA 25 akan memberikan beberapa tingkat jaminan bahwa sistem tersebut dalam keadaan baik - tapi itu tidak sama dengan recommissioning ulang sistem.

    Untuk memahami perbedaan kegiatan recommissioning dari NFPA 25, Anda perlu melihat ruang lingkup kegiatannya. Fokus NFPA 25 adalah untuk inspeksi untuk mempertimbangkan kondisi operasi sistem, termasuk peninjauan semua komponen dan subsistem yang mendukung sistem sprinkler untuk memastikan mereka dalam keadaan baik. Ini termasuk memeriksa fisik alat untuk memastikan tidak karat, korosi, kerusaka cat lainnya. Hal ini juga membutuhkan peninjauan status sistem untuk memastikan sprinkler valve berada pada posisi yang sesuai dan di lakukan exercise sejumlah yang diperlukan untuk memastikan bahwa valve akan bekerja jika terjadi kebakaran.

    Ruang lingkup inspeksi ini tidak termasuk peninjauan desain sistem asli untuk memastikan bahwa masih sesuai untuk tipe bahaya yang ada — orang yang melakukan pemeriksaan sesuai NFPA 25 tidak untuk mengkonfirmasi konsep desain seperti jarak spasi sprinkler atau klasifikasi bahaya , atau untuk memeriksa bahwa sprinkler k-factor yang tepat telah dipilih berdasarkan pada desain yang diperlukan sistem. Semua item ini termasuk dalam “evaluasi sistem,” yang berada di luar lingkup pemeriksaan NFPA 25. NFPA 25 memang mengharuskan pemilik bangunan atau perwakilan yang ditunjuk (umumnya manajer fasilitas atau properti) untuk memastikan bahwa perubahan yang terjadi dalam bangunan tidak menciptakan situasi di mana sistem yang ada tidak lagi efektif dalam melindungi bahaya baru akibat perubahan yang terjadi saat ini.

    NFPA 25 tidak menyediakan pemilik owner arahan secara eksplisit tentang bagaimana mereka untuk melaksanakan persyaratan ini. Pemilik bangunan yang berpengalaman dalam manajemen perubahan (management of change) mungkin memiliki proses dan prosedur yang akan mentrigger tinjauan compliance dan keselamatan ketika perubahan tertentu dilakukan pada bangunan mereka. Pemilik bangunan yang “lain” membuat perubahan operasional yang diperlukan, seperti membangun kembali bangunan atau menambahkan penyimpanan rak baru di gudang, tanpa memahami dampak potensial yang dapat terjadi pada hubungan antara sistem proteksi kebakaran mereka dan barang-barang yang terdapat dalam bangunan.
    NFPA 3 disusun untuk membantu pemilik bangunan dengan menyediakan kerangka kerja untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa kewajiban yang tidak perlu berdasarkan buruknya manajemen perubahan. NFPA 3 mencakup topik recommissioning sebagai mekanisme untuk melakukan evaluasi desain dengan hasil berupa proteksi tanggung gugat pemilik bangunan terhadap keselamatan bangunannya. Recommissioning akan mencakup tinjauan desain asli, peninjauan perubahan yang dibuat untuk bangunan dan operasi bangunan, dan survei bangunan, semua kegiatan yang akan dipertimbangkan di luar lingkup NFPA 25.

    Meskipun ada argumen yang menganggap bahwa kedua standar (NFPA 3 & 25) ini seperti bersaing satu sama lain dan tumpang tindih dalam ruang lingkup mereka, faktanya kedua dokumen ini saling melengkapi. Setiap standar menguraikan secara detail dan dalam kegiatan yang akan dilakukan yang kemudian mendorong biaya yang berbeda dari aktivitas yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Banyak pemilik berasumsi bahwa, ketika inspeksi dilakukan, mereka juga akan mendapatkan konfirmasi dan jaminan bahwa desainnya masih memadai — tetapi anggapan itu tidak benar. Untuk gambaran yang lebih akurat dan lebih lengkap, pemilik harus mempertimbangkan penugasan berkala sesuai dengan NFPA 3 untuk melengkapi program inspeksi mereka saat ini.

  • Mengenal Segitiga Api

    By Kusnu → Saturday, February 17, 2018

    Kali ini saya akan coba membahas topik khusus mengenai segitiga api secara umum, meski pada perkembangannya segitiga api ini berkembang menjadi fire tetrahedron akibat dari tambahan komponen berupa reaksi berantai kimia. Secara konsep, segitiga api dapat memberikan gambaran konsep utama dari suatu proses terjadinya api.

    Segitiga api adalah gambaran sederhana dari tiga komponen yang harus ada agar api dapat terjadi, ketiga komponen tersebut terdiri dari bahan bakar, sumber panas dan oksigen. Ketiga komponen ini juga biasanya ditemukan diteori segi empat api (fire tetrahedron). 

    Oksigen normalnya selalu tersedia dan dalam jumlah yang cukup untuk proses terbentuknya api terjadi. Bahan bakar dibutuhkan untuk berekasi dengan oksigen. Pada umumnya bahan bakar berupa material berbahan dasar karbon yang akan dikonsumsi seluruhnya ataupun sebagian ketika reaksi proses pembakaran terjadi. Yang terakhir adalah sumber panas, karena bahan bakar dan oksigen akan bereaksi pada suhu tinggi, maka suatu sumber panas dibutuhkan untuk menyebabkan reaksi tersebut terjadi. Agar reaksi pembakaran atau terbentuknya api tersebut dapat terus terjadi tanpa membutuhkan sumber panas dari luar, maka dibutuhkan reaksi antara oksigen dan bahan bakar yang cukup dan dengan kecepatan yang cukup untuk menghasilkan panas sendiri untuk mempertahankan proses pembakaran itu sendiri. Oleh karena itu ketiga komponen dari segitiga api tersebut yang berupa oksigen, bahan bakar dan sumber panas harus ada, dalam kombinasi yang tepat untuk bereaksi agar terjadinya api

    Semua bahan bakar atau material memiliki kemampuan untuk terbakar jika diberikan panas yang cukup. Panas ini yang akan memecah molekul dan mengeluarkan uap mudah terbakar. Ketika uap atau gas sudah dihasilkan yang terlepas, maka uap atau gas ini yang tersulut oleh sumber panas sehingga menyebabkan terproduksinya panas lebih banyak sehingga terjadi proses kebakaran.

    Segitiga api yang terdiri dari tiga komponen, memerlukan reaksi rantai kimia yang terjadi diantara ketiga komponen tersebut, reaksi rantai kimia ini menjadi komponen keempat dalam istilah segi empat api. Apa saja yang terbakar, maka keempat komponen tersebut akan hadir dan menghilangkan salah satu faktor tersebut akan mencegah terjadinya api.

    Ketiga komponen dalam segitiga api tidak mempunyai nilai atau jumlah yang tetap dan nilai yang bervariasi pada setiap komponen akan mempengaruhi komponen lainnya. Bahan bakar yang sudah dihangatkan tidak membutuhkan sumber panas yang tinggi untuk terbakar jika dibandingkan dengan bahan bakar yang tidak dalam keadaan hangat. Contohnya, jika bensin tumpah di jalanan dengan suhu lingkungan sekitar 10 derajat celcius akan mempunyai kemungkinan kecil untuk tersulut jika dibandingkan dengan tumpahnya bensin di area yang sama tetapi dengan suhu lingkungan sekitar 32 derajat celcius. Jika suatu bahan bakar berada di lingkungan yang kaya akan oksigen akan lebih mudah pula untuk tersulut.

    Komponen oksigen dari segitiga api dapat dipandang lebih ilmiah lagi sebagai oksidator. Beberapa kimia mempunyai sifat seperti oksigen. Contohnya Klorin, yang akan berkontribusi memperbesar kebakaran karena sifatnya yang sebagai oksidator. Beberapa bahan lainnya seperti ammonium nitrat, mengandung cukup oksigen di dalam struktur kimianya yang menyebabkan tidak diperlukannya oksigen dari luar untuk terjadinya api.

    Bentuk dari material bahan bakar juga memegang peranan penting segitiga api. Blok kayu lebih sulit untuk tersulut terbakar dibandingkan dengan serbuk kayu, hal ini dikarenakan perbedaan perbandingan rasio volume terhadap luas permukaan. Jika Volume besar dan total luas permukaan kecil seperti blok kayu, maka energi panas dari sumber panas akan mudah hilang. Jika volume kecil dan total luas permukaan besar seperti sebuk kayu, panas tidak hilang dengan mudah dan penyalaan api akan mudah terjadi.

    Sebagai contoh gambar dibawah ini, sebuah balok kayu dengan ukuran 3 x 3 inci mempunyai luas permukaan 54 inci persegi. Jika balok tersebut di potong dengan ukuran 1 inci balok, maka total volume tetap sama, tetapi luas permukaan menjadi 162 inci persegi. Jika setiap 1 inci balok dipotong menjadi 0.33 inci, maka total volume tetap sama tetapi sekarang luas permukaan menjadi 2187 inci persegi.



    Debu adalah contoh lain sebagai perbandingan volume terhadap luas permukaan. Jika dalam kondisi dan konsentrasi yang tepat, maka ada debu yang dapat menyebabkan ledakan. Debu gandum dan debu batubara adalah contoh umum tipe debu yang dapat meledak.

    Dalam kebakaran, uap bahan bakar yang sebenarnya terbakar, sehingga semakin dekat wujud bahan bakar pada wujud uap atau gas, maka semakin mudah bahan bakar tersebut untuk terbakar. Bahan bakar cair lebih mudah terbakar dibanding bahan bakar padat, bahan bakar gas lebih mudah terbakar dibanding bahan bakar cair. Wujud dari bahan bakar ini berdampak pada usaha kita untuk mengendalikan resiko kebakaran. Yang harus diingat adalah bahwa setiap perubahan wujud dari materi bahan bakar berarti akan merubah juga sifat dan perilaku dari bahan bakar tersebut di kondisi tertentu.

    Segitiga Api dan kaitannya dengan proses pemadamannya

    Proses kebakaran dapat dihentikan atau diinterupsi dengan cara menghilangkan salah satu komponen pada segitiga api. Pada dasarnya pemadaman dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
    • Mengurangi suhu atau penghilangan energi panas
    • Penghilangan bahan bakar
    • Penghilangan atau pengurangan konsentrasi Oksigen
    Mengurangi suhu atau penghilangan energi panas dari komponen segitiga api, pada umumnya cara ini menggunakan air untuk mendinginkan suhu dari bahan bakar hingga mencapai suhu dibawah suhu penyalaanya. Proses ini mencegah bahan bakar untuk menghasilkan uap karena suhu sekitar menurun. Ketika bahan bakar berhenti menghasilkan uap, maka proses kebakaran berhenti. Jika proses pendinginan ini tidak memadai, maka ada potensi bahan bakar tersebut akan terbakar lagi karena suhu sekitar masih tinggi.

    Bahan bakar padat dan cair dengan suhu titik nyala yang rendah dapat dipadamkan dengan pendinginan, akan tetapi uap mudah terbakar mungkin masih terproduksi, jika suhu dari bahan bakar tersebut masih di atas dari suhu titik nyala, sumber panas apapun yang mempunyai cukup energi akan menyebabkan bahan bakar tersebut terbakar kembali.

    Penghilangan bahan bakar dari komponen segitiga api, cara ini merupakan cara yang paling efektif memadamkan api. Sumber bahan bakar dapat dihilangkan dengan cara mengehentikan aliran bahan bakar cair atau gas, contohnya seperti menutup katup (valve) sumber bahan bakar.

    Pada saat kebakaran hutan, tim pemadam kebakaran akan menghilangkan bahan bakar seperti semua tumbuh tumbuhan yang berada di depan api yang belum terbakar, sehingga api tidak tersebar lebih luas. Usaha ini dapat dilakukan dengan menggunakan buldoser atau secara manual dengan menggunakan gergaji untuk menghilangkan semua bahan bakar yang terdapat di jalur kebakaran tersebut.

    Penghilangan atau pengurangan konsentrasi Oksigen, mengurangi jumlah oksigen yang tersedia untuk proses pembakaran dapat mengurangi berkembangnya api dan juga dapat memadamkan secara total api tersebut. Contoh yang sederhana adalah ketika terjadi kebakaran pada wajan atau panci masak, maka dengan meletakkan tutup pada wajan atau panci tersebut dapat memadamkan kebakaran. Contoh lainnya adalah pengurangan konsentrasi oksigen di suatu ruangan tertutup dengan cara membanjiri ruangan tersebut dengan gas inert seperti Karbon Dioksida yang mempunyai berat 1.5 kali dari udara, gas ini akan mengganti oksigen di ruangan tersebut. Karena Karbon Dioksida tidak termasuk dalam proses pembakaran, maka api akan padam dengan adanya Karbon Dioksida. Contoh gas inert lainnya seperti gas Nitrogen. Aplikasi inert untuk suatu bahan bakar akan berbeda antara karbon dioksida dan Nitrogen, sebagai contoh untuk Gasoline, maksimum Oksigen yang harus dicapai ketika menggunakan gas Nitrogen adalah 9% dan jika menggunakan gas inert karbon dioksisa, maka maksimum konsentrasi Oksigen yang harus dicapai adalah 11%.

    Oksigen bisa juga dipisahkan dari bahan bakar dengan menyelimuti bahan dengan busa (foam). Busa tersebut akan menciptakan lapisan di atas permukaan bahan bakar dan menghalangi oksigen terhadap bahan bakar.

    Kedua metode di atas tidak akan efektof terhadap bahan bakar yang mempunya kandungan oksigen di dalam struktur kimianya sehingga ketika di proses pembakaran tetap terjadi dengan menggunakan oksigen internal dari bahan bakar tersebut.

    Demikian sekilas mengenai penjelasan tentang segitiga api yang terdiri dari tiga komponen yang terdiri dari bahan bakar, sumber panas dan Oksigen. Semoga bermanfaat tulisan ini.

    Tulisan lain mengenai konsep segitiga api
    Terjadinya API
    Bahan Bakar
    Oksigen
    Sumber Panas 1, Sumber Panas 2

  • Pentingnya Peran Pompa Pemadam Kebakaran

    By Kusnu → Monday, February 12, 2018
    pompa kebakaran

    Ketika terjadi kebakaran maka peran suatu sistem proteksi kebakaran sangatlah vital. Hampir sebagian besar sistem proteksi yang terpasang berbasis air seperti sistem sprinkler otomatis. Semua sistem berbasis air ini harus didukung oleh suplai air yang sesuai agar sistem proteksi kebakaran tersebut dapat memadamkan ataupun mengendalikan api saat terjadi kebakaran, sehingga ketika suplai air tidak bisa mendukung, maka hasilnya akan bisa menjadi bencana besar. Pada umumnya, suplai air ini di suplai oleh pompa pemadam kebakaran (fire pump) yang berfungsi untuk memastikan aliran air dan tekanan sesuai dengan desain sistem proteksi kebakaran. 

    Jika melihat singkat penjelasan di atas, maka kita akan sadar bahwa pompa pemadam kebakaran merupakan jantung dari sistem proteksi kebakaran, berhasil atau tidaknya sistem proteksi kebakaran dalam memadamkan api sangat tergantung dari pompa kebakaran ini. Sesuai dengan fungsinya yang menyediakan aliran air dan tekanan untuk memungkinkan sistem proteksi kebakaran berbasis air untuk memadamkan api dan mempertahankan fasilitas terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran. Tanpa adanya suplai air yang cukup, maka sistem proteksi kebakaran tidak mampu memadamkan api dan meletakkan fasilitas atau bangunan anda dalam resiko akibat kerusakan fisik, potensi kematian orang yang berada di fasilitas tersebut dan potensi gangguan operasional bisnis.

    Inspeksi yang dilakukan secara regular, pengetesan pompa mingguan dan perawatan sistem pompa yang sesuai standar merupakan hal yang penting untuk memastikan sistem proteksi dalam keadaan siap dan andal. Sistem pemadam kebakaran apapun yang anda miliki seperti sistem sprinkler otomatis, sistem busa atau foam, water spray sistem atau sistem pemadaman berbasis air lainnya, dengan tidak aktifnya pompa pemadam kebakaran untuk mensuplai air, maka fasilitas anda dalam kondisi beresiko.

    Meskipun sistem proteksi kebakaran didesain dengan sangat cermat, pengalaman menunjukkan bahwa dengan kurangnya inspeksi, pengetesan, perawatan dan pelatihan respon kondisi darurat akan mengakibatkan tidak beroperasinya atau terlambatnya pengoperasian pompa pemadam kebakaran disaat sangat dibutuhkan dalam kondisi kebakaran.

    Dengan perannya sebagai andalan utama untuk mensuplai air yang dibutuhkan terhadap sistem proteksi kebakaran berbasis air, maka pompa pemadam kebakaran harus dapat diandalkan. Jika pompa pemadam kebakaran ini tidak beroperasi dengan benar, maka akan menjadi titik terlemah dalam sistem terpadu proteksi kebakaran di area anda dan dapat mengakibatkan bahaya kebakaran di area anda menjadi tidak dapat dikendalikan dan hasilnya dapat mengakibatkan kerugian yang besar.

    IKLAN




    Pompa pemadam kebakaran merupakan sistem mekanikal yang bergantung pada desain yang tepat, instalasi yang sesuai standar dan perawatan yang rutin agar bisa mendapatkan kinerja yang maksimal dari pompa pemadam kebakaran. Suatu unit pompa terdiri dari pompa, penggerak pompa dan panel pengontrol pompa. Pada umumnya, pemicu aktifnya pompa pemadam kebakaran adalah turunnya tekanan air ketika sistem sprinkler otomatis bekerja. Turunnya tekanan air ini mengaktifkan pressure switch yang akan mengirim sinyal ke panel pengontrol pompa untuk mengaktifkan pompa. Dalam beberapa contoh desain lainnya seperti sistem foam water sprinkler yang menggunakan head sprinkler tipe terbuka atau open, maka sinyal aktifnya pompa pemadam kebakaran berasal dari aktifnya sistem deteksi kebakaran seperti sistem deteksi panas.

    Komponen komponen dari unit pompa pemadam kebakaran telah didesain khusus untuk diaplikasikan pada sistem proteksi kebakaran. Biasanya sertifikasi dari beberapa badan sertifikasi seperti UL atau FM Approved menunjukkan bahwa pompa pemadam kebakaran tersebut telah melewati serangkaian protokol pengetesan untuk memastikan kinerja pompa pemadam kebakaran tersebut.

    Dalam setiap pemasangan sistem pompa pemadam kebakaran harus mengikuti panduan standar yang berlaku atau standar internasional yang diikuti oleh fasilitas anda. Dengan mengikuti standar tersebut maka pompa pemadam kebakaran dapat berkerja di kondisi yang diperlukan tanpa dipengaruhi oleh kondisi disekitarnya. Pompa Diesel, pada umumnya harus seluruhnya independen dari semua fungsi di area atau fasilitas anda, dengan sistem baterai, maka keandalan pompa pemadam kebakaran tidak tergantung dari kondisi di luar. 

    Untuk pompa listrik, keandalan dari pompa pemadam kebakaran ini datang dari sumber listrik yang didedikasikan untuk pompa itu sendiri dan tidak terhubung dengan sistem kelistrikan dari operasional fasilitas atau area di sekitarnya, sehingga ketika terjadi gangguan di sistem kelistrikan di salah satu area tidak mempengaruhi sumber listrik untuk pompa listrik.

    Untuk dikatakan sebagai pompa pemadam kebakaran yang dapat diandalkan dan beroperasi dalam kondisi yang sesuai desain, maka fasilitas anda harus mempunyai sistem untuk dilakukannya inspeksi secara regular, pengetesan mingguan, pengetesan kinerja pompa tahunan dan perawatan rutin terhadap semua komponen pompa pemadam kebakaran. Supaya keandalan sistem ini tercapai, maka petugas khusus harus ditunjuk untuk melaksanakan aktifitas tersebut.

    Sebagai tambahan, salah satu anggota dari tim respon darurat harus ditugaskan untuk merespon segala kejadian kebakaran untuk memastikan pompa pemadam kebakaran aktif, berfungsi secara normal dan juga untuk memastikan pompa pemadam kebakaran tidak dimatikan hingga kebakaran berhasil dipadamkan atau dapat dikendalikan.

    Kerugian terkait pompa pemadam kebakaran

    Berdasarkan informasi dari FM Global, dalam rentang 10 tahun terakhir menunjukkan 23 kerugian dimana salah satu faktor kerugiannya diakibatkan oleh tidak berfungsinya pompa pemadam kebakaran baik tidak berfungsi secara total maupun penurunan fungsi. Total kerugian yang tercatat sebesar 102 juta Dollar. Kerugian terbesar adalah sebesar 23 juta Dollar yang diakibatkan oleh matinya panel pengontrol pompa. Tiga kerugian lainnya (4 juta Dollar, 3.8 juta Dollar, 300 ribu Dollar) diakibatkan oleh penyetelan pressure switch yang tidak benar dan kasus lainnya diakibatkan oleh rusaknya shaft pompa. Semua kerugian tersebut bisa dihindari atau dimitigasi dengan program inspeksi regular, pengetesan mingguan dan perawatan rutin.


    garfik pompa kebakaran


    Jika dilihat dari grafik diatas, salah satu faktor kerugian yang diakibatkan pompa adalah terjadi pada pompa yang tidak diset otomatis sehingga terjadi keterlambatan pengoperasian pompa pemadam kebakaran. Hal ini jelas menunjukkan bahwa aktivasi pompa secara otomatis sangat penting karena pompa pemadam kebakaran akan aktif tanpa adanya penundaan

    Lalu bagaimana jika ada rencana untuk dilakukan oleh pihak kontraktor untuk melakukan aktivitas inspeksi, pengetesan pompa pemadam kebakaran dan perawatan rutin?

    Tidak masalah jika ingin di lakukan oleh pihak luar, tetapi harus dipastikan bahwa kontraktor tersebut memahami fasilitas di area anda dan memahami pentingnya pompa pemadam kebakaran terhadap semua sistem proteksi kebakaran yang terhubung dengan pompa. Biasanya ruang lingkup yang dikerjakan mencakup juga pengetesan sistem proteksi yang lain, seperti pengetesan local alarm (water gong) di sistem sprinkler otomatis. Terkait dengan pengetesan sistem sprinkler, maka satu orang harus disiapkan di ruang pompa jika pada saat pengetesan sistem sprinkler mengharuskan untuk mematikan pompa. Orang tersebut harus bersiap untuk mengaktifkan pompa jika terjadi kebakaran dan ketika semua aktifitas inspeksi ataupun pengetesan selesai dilakukan, maka pompa harus di set kembali ke kondisi otomatis

    Kaitannya tim respon darurat dengan pompa pemadam kebakaran?

    Terkait dengan tim respon darurat, maka dalam struktur tim tesebut harus ditugaskan orang khusus untuk memastikan semua sistem proteksi kebakaran bekerja di waktu krusial kebakaran yaitu di 15 – 20 menit awal kebakaran. Orang yang ditugaskan khusus harus ada di setiap shift jika area tersebut bekerja 24 jam.

    Bagaimana jika pipa bawah tanah saya sudah tua? Dan saya coba menghindari memasukkan tekanan tinggi dalam pipa tersebut

    Coba kita bertanya pada manajemen atau setidaknya pada diri sendiri, apakah lebih baik pecah saat dilakukan pengetesan atau pecah saat kondisi kebakaran sebenarnya. Dalam situasi pengetesan, akan ada kondisi dimana tekanan dalam pipa akan tinggi ketika kita melakukan pengetesan pompa dengan sedikit air yang keluar atau mendekati churn pressure. Jika terdapat pipa yang tidak dapat menahan tekanan, maka anda harus sudah mulai membuat anggaran untuk mengganti pipa tersebut secara bertahap. 

    Terkait dengan tekanan, terkadang ada fasilitas yang menset tekanan aktivasi pompa pemadam kebakaran dengan sangat rendah, sehingga ketika berjalannya waktu hingga turunnya tekanan dapat mengaktifkan pompa, kebakaran sudah menjadi besar. Di sisi lain, bahaya yang akan dihadapi ketika menggunakan pengaturan aktivasi tekanan yang rendah adalah water hammer yang akan menimbulkan tekanan yang tinggi pada pipa.

    Bingung memilih pompa diesel atau pompa listrik?

    Beberapa pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pompa diesel lebih sedikit dapat diandalkan dibandingkan dengan pompa listrik karena pompa diesel benar benar berdiri sendiri tanpa tergantung dengan kondisi yang terjadi di luar.

    IKLAN



    Apa yang bisa anda lakukan untuk fasilitas anda?

    Jangka Pendek
    • Pastikan anda mengerti fungsi dari pompa pemadam kebakaran anda
    • Pastikan pekerja di fasilitas anda paham terhadap aktivasi pompa pemadam kebakaran dan peran mereka ketika terjadi kondisi darurat kebakaran
    • Mulai melakukan inspeksi, pengetesan rutin dan perawatan rutin untuk pompa pemadam kebakaran 

    Jangka panjang
    • Pastikan tim tanggap darurat anda mengerti cara kerja pompa dan melakukan respon yang tepat terhadap pompa ketika terjadi kebakaran
    • Memformalkan program inspeksi internal, pengetesan dan perawatan rutin tanpa melibatkan pihak luar.
    • Membuat program impairment (pelemahan sistem) sehingga ketika terjadi kebakaran di saat pompa pemadam kebakaran akan tidak berdampak besar karena sudah ditangani dengan benar
    • Melakukan review terhadap hasil pengetesan kinerja pompa tiap tahun untuk memastikan tekanan dana aliran pompa pemadam kebakaran tidak menurun dan masih sesuai dengan kurva pompa.

    Sekian sedikit tulisan saya mengenai pompa pemadam kebakaran, semoga dapat digunakan untuk memahami betapa pentingnya peran pompa pemadam kebakaran terhadap fasilitas anda dan mulai melakukan instalasi sesuai dengan standar yang berlaku.

  • Apa itu latihan kebakaran? - Fire Drill

    By Kusnu → Sunday, January 28, 2018

    Latihan membuat sempurna atau istilah inggrisnya Practice Make Perfect, begitu juga dalam menghadapi situasi kondisi darurat, dengan berlatih maka akan membuat kita lebih siap menghadapi situasi kondisi darurat dengan mengetahui apa yang harus diperbuat.

    Terkait dengan insiden kebakaran di lingkungan kerja, maka latihan kebakaran (fire drill) dan latihan evakuasi secara regular dapat menjadi suatu cara untuk memastikan pemahaman dan reaksi yang sama dari semua penghuni ketika terjadi suatu kondisi darurat kebakaran. Tujuan utama dari latihan kebakaran (fire drill) di tempat kerja adalah untuk membiasakan penghuni terhadap prosedur darurat saat terjadi kebakaran dan mengetahui semua komponen (tangga, pintu darurat, muster point dll) yang terkait dengan jalur evakuasi darurat.

    Dapat secara mudah bagi para penghuni untuk mengabaikan komponen komponen evakuasi setiap harinya pada saat mereka melakukan rutinitas harian di areanya. Penghuni akan masuk dan keluar bangunan melalui jalur yang sama setiap harinya. Jalur ataupun tangga darurat alternatif mungkin tidak familiar terhadap sebagian besar penghuni, termasuk juga para penghuni yang sudah tahunan bekerja atau tinggal di area tersebut. Jika terjadi kebakaran, kemungkinan besar penghuni akan menggunakan jalur evakuasi yang berdekatan dengan jalur mereka sehari hari. Dengan dilakukannya latihan kebakaran ini, maka para penghuni diberi kesempatan untuk mengetahui jalur alternatif yang tidak mempunyai kondisi berbahaya. Pengenalan ini dapat meningkatkan kemungkinan suksesnya evakuasi dan berkurang korban saat terjadi kondisi darurat.

    Evaluasi kondisi jalur evakuasi sebelum latihan kebakaran

    Sebelum dilakukan latihan kebakaran yang diikuti dengan proses evakuasi di tempat kerja, koordinator latihan kebakaran harus melakukan evaluasi pra latihan kebakaran terhadap jalur evakuasi dan titik berkumpul. Tujuan dilakukannya evaluasi pra latihan adalah untuk memastikan semua komponen evakuasi (tangga, pintu dll) dalam kondisi baik dan penghuni dapat menggunakannya dengan aman

    Sebagai contoh, evaluasi dapat memastikan bahwa jalur evakuasi telah mempunyai tanda yang jelas dan dapat dibaca, selain itu juga dapat memastikan bahwa jalur evakuasi tidak terdapat halangan yang dapat menghambat proses evakuasi.

    Koordinator latihan kebakaran juga harus mereview prosedur rencana evakuasi sebelum dilakukan latihan kebakaran dan mengidentifikasi pembaharuan yang diperlukan sebagai hasil dari perubahan operasional, perubahan fasilitas maupun perubahan karyawan di tempat kerja. Jika merefer ke OSHA 1910.38 (Occupational Safety and Health Administration – Emergency Action Plan), maka persyaratan suatu rencana aksi darurat (emergency action plan) minimal terdapat informasi mengenai prosedur evakuasi darurat, tipe dari evakuasi dan rute jalur evakuasi yang harus digunakan. Saat ini di beberapa perusahaan sudah memperlebar persyaratan ini dengan membuat rencana evakuasi formal dengan memasukkan gambar atau diagram jalur evakuasi dengan alternatif rute evakuasinya lengkap dengan spesifik informasi yang berkaitan dengan lokasi tempat itu berada. Contohnya, jalur evakuasi di suatu pabrik, maka informasi yang akan dimasukkan termasuk informasi mengenai jalur yang aman untuk evakuasi, area area apa saja yang harus dihindari saat proses evakuasi itu berlangsung dan khususnya untuk operator control room, terdapat juga informasi mengenai apa yang harus dilakukan sebelum melakukan evakuasi agar saat evakusi proses produksi tidak menimbulkan bahaya lainnya. Dalam merencanakan suatu latihan kebakaran, semua informasi mengenai bagaimana suatu penghuni harus bereaksi atau merespon harus dimasukkan dalam rencana latihan kebakaran untuk dilakukan evaluasi saat latihan dilakukan.

    Berikut link untuk contoh formulir evaluasi pra latihan

    Objektif Latihan Kebakaran

    Jika merefer ke NFPA Life Safety Code, objektif utama dari latihan kebakaran adalah evakuasi yang teratur. NFPA menyebutkan bahwa dalam melakukan latihan kebakaran (fire drill), penekanan pelatihan harus pada evakuasi yang teratur dan bukan pada kecepatan evakuasi.

    Pada umumnya, setiap tempat kerja atau fasilitas mempunyai persyaratan yang spesifik untuk evakuasi darurat. Secara umum, objektif latihan kebakaran berikut ini dapat digunakan untuk semua tempat kerja meski mereka mempunyai persyaratan yang berbeda beda:
    • Penghuni dapat mengenali alarm evakuasi
    • Saat menerima alarm evakuasi, penghuni akan mengambil tindakan yang tepat, termasuk mematikan proses produksi atau peralatan yang kritikal
    • Penghuni kemudian dengan segera melakukan proses evakuasi menggunakan jalur evakuasi yang telah ditetapkan dalam rencana aksi darurat
    • Penghuni akan memberikan bantuan ke tamu atau individu yang mengalami kesulitan
    • Penghuni akan melakukan tindakan penghindaran jika jalur evakuasi yang telah ditentukan dalam kondisi tidak aman
    • Penghuni akan melapor ke petugas monitor area berkumpul di lokasi area berkumpul yang telah ditentukan

    Objektif tambahan yang terkait dengan kebutuhan yang spesifik dari suatu area atau fasilitas harus dimasukkan ke daftar objektif tersebut. Supaya objektif yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai, maka koordinator latihan kebakaran harus membuat program pelatihan prosedur evakuasi darurat kepada semua penghuni yang akan terlibat dalam latihan kebakaran. 


    Pelaksanaan latihan kebakaran harus dapat dilakukan dengan aman dan dapat memberikan perserta latihan kebakaran dengan pengalaman pembelajaran yang diinginkan, oleh karena itu perencanaan latihan kebakaran harus direncanakan dengan benar sebelumnya. Objektif dan ekspektasi dari suatu tempat kerja ataupun fasilitas terhadap evakuasi saat terjadi kebakaran harus dipertimbangkan saat proses pembuatan perencanaan latihan kebakaran. 

    Proses perencanaan latihan setidaknya harus mencakup hal berikut ini:
    • Objektif dari latihan kebakaran
    • Frekuensi dari latihan kebakaran
    • Tipe latihan kebakaran – diumumkan vs kejutan
    • Keamanan dari latihan kebakaran dan evaluasi jalur evakuasi
    • Tugas dan tanggung jawab dari tim evakuasi darurat
    • Perhitungan jumlah penghuni
    • Tugas dan tanggung jawab tim latihan kebakaran
    • Koordinasi dengan tim pemadam kebakaran local
    • Koordinasi dengan pemilik area

    Frekuensi Latihan Kebakaran

    NFPA Life Safety Code menyatakan bahwa latihan kebakaran harus cukup sering agar penghuni di area tersebut memahami atau familiar terhadap prosedur evakuasi darurat. Dan juga dengan adanya penetapan frekuensi latihan kebakaran, maka akan terbentuk suatu program kegiatan rutin latihan kebakaran tiap tahunnya. Spesifik frekuensi latihan kebakaran di bawah ini berdasarkan NFPA Life Safety Code


    Jika tidak ada referensi mengenai berapa jumlah latihan kebakaran yang harus dilaksanakan tiap tahunnya, maka harus dilakukan evaluasi terhadap lokasi tersebut, apakah lokasi tersebut dikategorikan beresiko tinggi atau rendah. Nilai dengan proses penilaian resiko untuk menentukan jumlah frekuensi latihannya. Pada umumnya, satu atau dua latihan kebakaran tiap tahun dianggap cukup untuk memastikan penghuni familiar dengan prosedur evakuasi darurat.

    Kapan dibutuhkan jumlah latihan lebih banyak?, jumlah latihan dipertimbangkan dilakukan lebih banyak dari yang sudah direncanakan ketika terjadi perubahan baru pada prosedur evakuasi ataupun perubahan jalur evakuasi. Penambahan jumlah karyawan yang cukup signifikan juga dapat dipertimbangkan juga sebagai justifikasi untuk menambah frekuensi latihan kebakaran.

    Indikator lain yang bisa menyebabkan frekuensi latihan kebakaran ditambah yaitu respon yang buruk dari penghuni pada saat dilaksanakannya latihan kebakaran atau pada saat aktivasi alarm sesungguhnya. Latihan kebakaran ini selain digunakan sebagai sarana pelatihan, latihan ini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengevaluasi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari penghuni area tempat kerja, jika terdapat indikasi seorang penghuni membutuhkan pelatihan tambahan, maka frekuensi latihan akan ditambah.

    Latihan Kebakaran – diumumkan vs kejutan

    NFPA Life Safety Code menyatakan bahwa “Latihan kebakaran harus dilaksanakan pada waktu yang sudah diduga maupun pada waktu yang tidak diduga dengan kondisi yang bervariasi untuk mensimulasikan kondisi tidak normal yang dapat terjadi saat kondisi darurat sebenarnya”.

    Kebakaran selalu hadir di waktu yang tidak diduga, jika latihan kebakaran dilakukan di waktu dan cara yang sama terus menerus, maka latihan kebakaran ini akan kehilangan nilai objektifnya. Suatu ketika, terjadi kebakaran yang sesungguhnya, dan entah karena suatu masalah muncul, jalur evakuasi dan titik berkumpul yang biasa digunakan saat latihan kebakaran tidak dapat diikuti, maka hal ini akan menciptakan suatu kebingungan dan kepanikan. Latihan kebakaran harus direncanakan dengan hati-hati untuk dapat mensimulasikan kondisi kebakaran sebenarnya. Tidak hanya dilakukan diwaktu yang berbeda saja, tetapi juga dilakukan dengan menggunakan jalur evakuasi yang berbeda beda yang berdasarkan dari asumsi skenario akan terjadinya penutupan jalur evakuasi oleh asap maupun api


    Tipe latihan kebakaran yang akan dilakukan baik latihan yang diumumkan maupun latihan secara kejutan tergantung dari koordinator latihan terhadap objektif yang ingin dicapai dari latihan kebakaran. Latihan kebakaran yang diumumkan memberikan kesempatan bagi penghuni untuk melakukan persiapan sebelum dilakukan latihan kebakaran. Latihan kebakaran (fire drill) yang diumumkan akan menjadi pembelajaran pelatihan evakuasi secara terstruktur dimana setiap penghuni akan melakukan tindakan yang sesuai prosedur pada saat alarm mulai berbunyi maupun pada saat perintah evakuasi dilakukan. Latihan kebakaran yang diumumkan juga memberikan kesempatan kepada proses produksi untuk shutdown (jika diperlukan) atau mempersiapkan kondisi yang aman agar latihan kebakaran dapat dilakukan dengan selamat. Latihan kebakaran yang diumumkan merupakan latihan kebakaran dengan tingkat resiko yang kecil atau yang paling tidak mengancam, tipe ini cocok untuk mengenalkan prosedur atau jalur evakuasi yang baru ataupun pengenalan prosedur yang baru direvisi kepada penghuni. Pada saat latihan kebakaran tipe ini dilakukan, orang yang ditugaskan dalam latihan kebakaran ini dapat mengarahkan penghuni ke jalur evakuasi alternatif.

    Meskipun latihan kebakaran secara kejutan itu dianggap mengganggu, tetapi latihan kebakaran tipe ini dapat memberikan indikasi yang mendekati situasi nyata mengenai apa yang akan terjadi ketika situasi kebakaran benar benar terjadi. Tanpa adanya pengumuman pelaksanaan latihan kebakaran, penghuni mungkin dapat memilih untuk tidak bereaksi ketika mendengar alarm atau menunjukkan perilaku yang berbahaya saat kondisi darurat terjadi. Untuk mensimulasikan keadaan nyata, tanda berupa visual gambar maupun tulisan dapat digunakan, contohnya tulisan berupa pintu rusak di jalur evakuasi yang membuat penghuni untuk mencari jalur evakuasi alternatif. Latihan kebakaran secara kejutan ini tetap harus dilakukan komunikasi juga dengan pemilik area tetapi cukup dengan perwakilan manajemen di area tersebut, tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan dan pertimbangan dari mereka terhadap bahaya yang mungkin terjadi pada saat latihan kebakaran kejutan diadakan di area mereka.

    Keselamatan pelaksanaan latihan kebakaran dan evaluasi jalur evakuasi

    Keselamatan penghuni saat latihan kebakaran harus menjadi prioritas utama sehingga latihan ini tidak menimbulkan cidera kepada penghuni. Seperti yang sudah dibahas di atas, salah satunya adalah inspeksi pra latihan kebakaran yang dilakukan dan dikoordinasi oleh koordinator latihan kebakaran. Tujuan aktivitas inspeksi adalah untuk mengidentifikasi bahaya yang ada di jalur evakuasi dan dapat menciderai penghuni saat melakukan evakuasi. Selain identifikasi jalur evakuasi, untuk area produksi seperti di pabrik yang memiliki resiko tinggi, identifikasi juga harus dilakukan agar aktivitas latihan ini tidak menciptakan bahaya baru akibat dari tidak adanya orang yang memonitor parameter kritikal dari suatu proses produksi. Setelah ditemukan potensi bahaya tersebut maka dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut, pengedalian bahaya ini harus terlebih dulu dilakukan sebelum latihan kebakaran dilakukan. Menjadi tanggung jawab koordinator latihan kebakaran untuk memastikan pengendalian tersebut selesai dilakukan dan efektif terhadap potensi bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya.

    Pelatihan juga harus dilakukan sebelum dilakukan latihan kebakaran dan evakuasi, di pelatihan ini juga merupakan waktu yang tepat untuk memaparkan kondisi kondisi bahaya apa saja yang ada dan bagaimana mengendalikan pada saat latihan dilakukan. Latihan kebakaran secara bertahap dan teratur mengikuti prosedur harus ditekankan dalam pelatihan kebakaran ini dibandingkan kepada kecepatan evakuasi. Sebagai contoh, pada saat latihan kebakaran dan harus melalui tangga darurat, pemberitahuan kepada penghuni untuk melakukan dengan pergerakan yang aman harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cidera akibat terpleset atau terjatuh saat menuruni tangga dengan terburu buru. Secara garis besar, yang ingin dilihat dalam latihan kebakaran ini adalah konsep pemahaman penghuni terhadap prosedur evakuasi yang telah di ajarkan kepada para penghuni, apakah mereka mengikuti secara teratur, apakah ada prosedur yang tidak tepat ataupun mengidentifikasi perilaku penghuni yang berbahaya.

    Tekait dengan keamanan terhadap barang berharga penghuni yang melakukan latihan kebakaran dan evakuasi, maka koordinasi harus dilakukan dengan pihak pengamanan untuk memastikan tidak ada pihak pihak yang mengambil keuntungan dari latihan kebakaran ini.

    Perhitungan jumlah penghuni

    Sebagai pemilik suatu fasilitas, maka dituntut untuk bisa menghitung jumlah penghuni di area tersebut saat dilakukan latihan kebakaran dan evakuasi darurat. Sistem perhitungan jumlah penghuni harus dibuat untuk mengidentifikasi kehadiran penghuni dan lokasi mereka setelah evakuasi dilakukan. Latihan kebakaran ini akan melihat apakah sistem yang telah dibuat berfungsi secara sempurna atau parsial sehingga bisa disempurnakan. Selain itu, perhitungan ini bisa menunjukkan persentase keikut sertaan penghuni dalam mengikuti latihan ini dan berapa yang tidak mengikuti pelatihan, sehingga bisa identifikasi apakah perlu dilakukan latihan tambahan atau tidak. 

    Metode yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah orang adalah menggunakan tempat berkumpul yang telah ditetapkan dan menghitung satu persatu penghuni ketika mereka mencapai area berkumpul tersebut. Metode ini bekerja dengan baik untuk fasiltas dengan satu tenant. Metode ini juga dapat berfungsi dengan baik terhadap fasilitas yang memiliki ribuan pekerja jika proses perhitungan ini dikelola dengan baik. Untuk area yang memiliki banyak tenant seperti di gedung perkantoran, maka tiap tenant berkewajiban untuk menghitung masing masing penghuninya. 

    Tugas dan tanggung jawab staf latihan kebakaran

    Mengacu ke Life Safety Code “Tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan latihan kebakaran harus ditugaskan kepada orang yang kompeten untuk memimpin pelatihan”. Life safety code tidak menspesifikasikan secara pasti peran, tanggung jawab dan kualifikasi dari orang yang ditugaskan untuk mengkoordinasi dan membantu pelakasanaan latihan kebakaran dan evakuasi.

    Posisi dibawah ini menjelaskan fungsi dari peran masing masing staf latihan kebakaran dan evakuasi yang dapat diimplementasikan hampir di semua tipe fasilitas. 

    Catatan : nama posisi mungkin akan berbeda di tiap fasilitas atu perusahaan

    Koordinator latihan : Merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi latihan kebakaran. Posisi ini bisa ditugaskan ke Fire Safety Manager atau EHS Manager. Pada fasilitas yang kecil, koordinator latihan ini bisa ditugaskan ke Facility Manager.

    Floor/area warden : Tugas individu untuk menggkoordinasi evakuasi darurat di suatu bagian area tertentu atau lantai tertentu dan memastikan semua penghuni telah melakukan evakuasi. Floor warden juga bertugas memastikan semua area di bawah tanggung jawabnya telah kosong termasuk memastikan area toilet sudah tidak ada orang.

    Pemantau Tangga darurat : Tugas individu untuk memantau penggunaan tangga darurat pada lantai tertentu sewaktu evakuasi darurat

    Pemantau lift : Tugas individu untuk memantau lobi lift sewaktu evakuasi darurat kebakaran. Pemantau lift akan memastikan tidak ada penghuni yang menggunakan lift pada saat kondisi darurat dan mengarahkan penghuni ke jalur evakuasi lainnya atau ke arah tangga darurat

    Buddy atau tim support orang yang memiliki keterbatasan : Penghuni yang ditugaskan untuk membantu penghuni yang memiliki keterbatasan pada saat evakuasi darurat

    Pemantau titik kumpul : Penghuni yang ditugaskan untuk memantau titik kumpul dan mencatat penghuni yang tiba di titik kumpul

    Komunikator : Staf yang bertanggung jawab untuk komunikasi antar titik kumpul dan pusat komando

    Pemantau latihan : Tugas individu untuk memantau reaksi dan aksi penghuni saat latihan kebakaran dan melaporkan temuannya ke koordinator latihan pada saat akhir latihan.

    Koordinasi dengan tim pemadam kebakaran Lokal

    Pada umumnya, semua rencana pelatihan kebakaran harus selalu dikoordinasikan dengan tim pemadam kebakaran lokal yang ada di area anda. Tim pemadam kebakaran bisa diminta masukannya dalam perencanaan latihan ini karena mereka lebih ahli dalam proses evakuasi, sehingga masukan dari mereka dapat membuat perencanaan latihan kebakaran lebih bagus dan objektif yang telah ditetapkan dapat dicapai dalam latihan kebakaran ini.

    Saya mempunyai pengalaman yang terkait dengan koordinasi di tim pemadam, kebetulan di area kami mempunyai tim pemadam sendiri. Pada saat itu ada area yang melakukan latihan kebakaran dengan tidak melibatkan tim pemadam, mereka memutuskan untuk menggunakan api yang sebenarnya di area pantry. Saat latihan dimulai, api pun dinyalakan tetapi mereka lupa siapa yang akan memonitor api tersebut, sehingga hampir saja terjadi kebakaran yang sebenarnya, tetapi beruntung api bisa dikendalikan oleh tim pemadam kebakaran. Pelajaran dari insiden ini adalah pentingnya koordinasi dengan tim pemadam untuk mendapatkan masukan teknis termasuk potensi bahaya jika penghuni ingin menggunakan api dalam latihan kebakarannya.

    Koordinasi dengan pemilik area

    Latihan kebakaran harus juga berkordinasi dengan pemilik area atau fasilitas sehingga penghuni yang terlibat dalam perencanaan latihan kebakaran mengetahui tanggung jawab mereka selama latihan kebakaran berlangsung. Lingkup koordinasi tergantung pada tipe fasilitas dan komplektifitas proses produksi yang ada di area tersebut, tetapi minimal melibatkan posisi seperti manajer area, manajer EHS, manajer security dan tim respon darurat area (jika ada). Koordinasi juga dilakukan pada manajer yang membawahi suatu proses produksi yang akan terdampak dalam latihan ini, tujuannya untuk memastikan tidak adanya potensi gangguan dalam proses produksi pada saat latihan kebakaran berlangsung. 

    Posisi lain atau individual seperti senior manajemen ataupun perwakilan penghuni bisa dimasukkan juga dalam daftar orang yang akan diajak koordinasi. Meski tidak semua posisi diatas harus mengetahui kapan dilaksanakannya latihan kebakaran, tetapi mereka dapat memberikan bantuan dalam proses perencanaan latihan kebakaran dan juga membantu untuk memastikan latihan kebakaran ini mencapai objektif yang telah direncanakan.

    Evaluasi latihan kebakaran

    Latihan kebakaran di tempat kerja dilaksanakan untuk melatih penghuni dalam menjalankan prosedur evakuasi dan darurat, selain dari pemberi latihan kepada penghuni, latihan kebakaran ini juga menguji prosedur rencana darurat dan pengetahuan penghuni mengenai bahaya keselamatan kebakaran. 

    Tim pemantau latihan kebakaran yang tersebar di beberapa area saat latihan kebakaran akan memantau pelaksanaan latihan kebakaran. Koordinator latihan kebakaran akan mengumpulkan semua informasi dari masing masing pemantau latihan kebakaran, termasuk juga laporan dari tim yang terlibat dalam proses evakuasi dan juga laporan dari partisipasi penghuni yang mengikuti latihan kebakaran ketika latihan kebakaran telah selesai dilaksanakan.

    Isu isu terkait dengan respon dari penghuni, sistem proteksi kebakaran area, ataupun prosedur rencana darurat harus diidentifikasi pada saat latihan kebakaran berlangsung. Semua laporan dan isu akan dibuatkan laporan hasilnya oleh koordinator latihan yang kemudian akan mempresentasikan hasil ini ke perwakilan manajemen. Semua temuan yang ditemukan dari latihan kebakaran akan ditindaklanjuti oleh pemilik area untuk memastikan pada saat keadaan darurat kebakaran dan proses evakuasi dapat dilakukan dengan aman. Dalam pertemuan tersebut dengan perwakilan manajemen juga harus dibahas temuan temuan hasil dari latihan kebakaran sebelumnya dan memastikan apakah temuan tersebut sudah ditindaklanjuti atau belum. 

    Berikut contoh laporan evaluasi

    Berikut contoh formulir perencanaan latihan kebakaran

    Semoga informasi mengenai latihan kebakaran ini dapat membantu teman teman dalam memahami dan merencanakan latihan kebakaran

    Referensi:
    • Collona, P.E., Guy R. 2001. Introduction to Employee Fire & Life Safety. NFPA
    • 2010. A study book for the NEBOSH Certificate in Fire SAfety and Risk Management 3rd Edition. RMS
    • Craighead, Geoff. 2003. High-Rise Security and Fire Life Safety 2nd Edition. Britihs Library
    • 2018. NFPA 101 Life Safety Code.
  • Mengenal sistem sprinkler otomatis - The automatic sprinkler

    By Kusnu → Friday, December 22, 2017
    sistem otomatis sprinkler

    Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar sistem sprinkler otomatis, tapi apakah kita tahu sistem sprinkler otomatis itu seperti apa? Bagaimana sistem tersebut bekerja melawan api? Dimana seharusnya sistem tersebut dipasang?. Ketika kita mengetahui konsep sistem sprinkler otomatis dan bagaimana sistem ini bekerja maka akan besar kemungkinan anda dapat mencegah kerugian yang besar akibat insiden kebakaran.

    Saat ini memang sudah banyak teknologi untuk memadamkan api, tetapi sistem sprinkler otomatis masih sebagai sistem yang efisiensi dalam melawan api. Sistem ini juga garis depan dalam bertahan melawan api. Meskipun begitu, masih banyak yang gagal paham betapa pentingnya sistem sprinkler otomatis. Alasan untuk tidak memasang sistem sprinkler otomatis bervariasi dan berikut ini yang menjadi alasan yang sering digunakan:
    • Kebakaran tidak mungkin terjadi di sini
    • Dekat dengan lokasi tim Pemadam Kebakaran
    • Biaya untuk pemasangan sistem yang tinggi
    • Asuransi akan mengganti kerugian jika terjadi kebakaran
    Dalam setiap alasan di atas seperti berjudi bahwa kerugian akibat kebakaran tidak mungkin sampai menghancurkan, andaikata terjadi tidak akan mengganggu proses bisnis. Pada kenyataannya, dengan memilih untuk tidak memasang sistem sprinkler otomatis di lokasi yang sebenarnya membutuhkan sistem sprinkler otomatis menciptakan potensi untuk terjadinya bencana. Hal yang harus dipertimbangkan adalah objektif dari pemasangan sistem tersebut, dengan adanya sistem sprinkler otomatis dapat mengurangi konsekuensi dari dampak kebakaran. Dampak kebakaran dapat berupa dengan cideranya pekerja atau karyawan, rusaknya properti, hingga terganggunya keberlangsungan operasional maupun bisnis.

    Pada umumnya api berawal dari ukuran api yang kecil dan dapat tidak terlihat dalam jangka waktu tertentu. Ketika api sudah cukup besar untuk dapat dilihat, maka waktu untuk mencapai besar dapat diukur dalam hitungan detik, sehingga sistem sprinkler otomatis dibutuhkan untuk mengendalikan dan memadamkan api sebelum membesar dan tidak bisa di kendalikan. Pada saat sistem sprinkler bekerja, air keluar dari kepala sprinkler (sprinkler head) dan alarm aktif. Sprinkler sistem akan memusatkan air pada area yang terjadi kebakaran tanpa terpengaruh oleh panas, asap, gas beracun yang biasanya akan berpengaruh pada tim pemadam kebakaran saat memadamkan api secara manual. 

    Jika sistem sprinkler didukung oleh suplai air yang cukup kuat, maka biasanya hanya sprinkler yang berada di atas lokasi kebakaran dan lokasi didekatnya saja yang aktif. Dengan beroperasinya sprinkler di saat awal perkembangan api, maka sistem sprinkler akan menggunakan air lebih sedikit dan lebih efektif dibandingkan dengan air yang dikeluarkan oleh Hose saat tim pemadam kebakaran memadamkan api. Bangunan yang tidak memiliki sistem sprinkler otomatis, ketika terjadi kebakaran maka kebakaran kemungkinan besar tidak dapat dikendalikan. Ketika tim pemadam kebakaran datang, maka panas, asap dan api sudah sangat besar dan bisa diluar jangkauan dari kemampuan tim pemadam kebakaran itu sendiri. Statistik menunjukkan bahwa bangunan yang tidak memiliki sistem sprinkler otomatis akan mengalami kerusakan yang lebih parah dan membutuhkan biaya yang besar untuk kembali beroperasi kembali. 


    JADI…. APA ITU SISTEM SPRINKLER OTOMATIS?

    Sprinkler otomatis terpasang secara berselang selang di instalasi jaringan pipa sprinkler yang luas dan sistem jaringan pipa ini yang akan menyalurkan air ke semua kepala sprinkler. Kepala sprinkler akan mengeluarkan air sesaat setelah elemen sensitif panasnya terpanasi hingga mencapai suhu operasionalnya untuk aktif.

    Sprinkler dapat dipasang dalam 3 posisi yaitu menghadap ke atas (upright), menghadap ke bawah (pendent) atau di sisi samping dinding (sidewall). Untuk tipe kepala sprinkler sidewall, tergantung pada tipenya dapat dipasang secara vertikal maupun horisontal. 

    Kepala sprinkler mempunyai 3 komponen utama yaitu orifice, deflektor dan elemen sensitif panas.




    Orifice
    Orifice adalah lubang di kepala sprinkler tempat untuk air keluar. Ukuran lubang bervariasi tergantung pada tipe kepala sprinkler tersebut. Orifice menentukan koefisien debit (discharge coefficient) dari sprinkler. Suatu sprinkler dapat memiliki koefisien debit 2.8 (40), 5.6 (80), 8.0 (115), 11.2 (160), 14.0 (200), 16.8 (235), 22.4 (315) dan 25.2 (360) gal./min./psi1/2 (L/min./bar1/2). 

    Debit air (Q) dari kepala sprinkler didapatkan dari hasil perkalian koefisien debit (K) dengan akar pangkat dua dari tekanan air (P) di kepala sprinkler.
     Q=K ×√P

    Deflektor
    Dengan instalasi standard, maka air yang akan keluar dari kepala sprinkler akan membentur deflektor untuk membentuk pola pancaran sprinkler yang seragam berbentuk payung. Desain dari deflektor ini yang akan menentukan bentuk dan karakteristik pola pancaran air dari kepala sprinkler.

    Elemen Sensitif Panas
    Yang menjadi trigger untuk pengoperasian sprinkler adalah elemen sensitif panas yang ada di kepala sprinkler. Elemen sensitif panas ini mempunyai dua tipe yaitu, elemen fusible (atau elemen solder) dan bohlam kaca (glass bulb). 

    Ketika elemen fusible ini mencapai suhu desain operasional, maka elemen ini akan meleleh dan membuka jalur air bertekanan untuk keluar melalui orifice yang kemudian air ini akan menabrak deflektornya dan berpencar ke bawah dalam bentuk pola pancaran seperti payung dan mengarah ke lokasi kebakaran tepat di bawahnya. 

    Tipe elemen bohlam kaca (glass bulb) terdiri dari bohlam kaca yang berisi cairan. Cairan ini mulai mengembang sehingga tekanan di dalam bohlam kaca meningkat akibat dari pengaruh panas dari luar, tekanan ini akan terus naik hingga bohlam kaca ini pecah yang kemudian membukan jalur air terbuka.


    DIMANA SISTEM SPRINKLER OTOMATIS DIBUTUHKAN?

    Sistem ini dibutuhkan di manapun ketika terdapat material kontruksi yang dapat terbakar ataupun area yang menyimpan material yang dapat terbakar. Dibutuhkan di manapun ketika bahan bakar dapat tersulut dan menyebabkan api menyebar luas atau di manapun yang dapat mengakibatkan kerusakan oleh kebakaran ataupun produk dari kebakaran tersebut.


    LALU BAGAIMANA SISTEM SPRINKLER OTOMATIS INI MELAWAN KEBAKARAN?

    Respon Alarm
    Alarm akan berbunyi ketika air keluar dari salah satu atau lebih kepala sprinkler. Secara lokal, alarm gong yang berada di katup sprinkler akan berbunyi yang menandakan bahwa ada aliran air dan memberitahukan kepada semua orang yang berada di area sekitar tersebut bahwa sistem sprinkler aktif.

    Tergantung dari sistem yang diimplementasikan, alarm juga akan berbunyi di ruang kendali (control room) yang ada di lokasi yang sama maupun di ruang kendali yang berada di kantor pusat di luar area. Setelah alarm berbunyi maka setiap orang yang berada di area sekitar maupun di ruang kendali menghubungi tim respon kebakaran untuk datang ke lokasi.

    Respon Sprinkler
    Sistem sprinkler otomatis akan merespon kebakaran dalam dua mode yaitu mengendalikan (control-mode) dan memadamkan api (suppression-mode). Control-mode sprinkler mengendalikan kebakaran. 

    Air yang keluar dari control-mode sprinkler akan membasahi permukaan yang terbakar untuk membatasi tingkat kerusakan, tapi yang lebih penting adalah air membasahi permukaan yang belum terbakar di luar area yang terbakar, hal ini akan mengurangi intensitas api dan mencegah penyebaran api menjadi lebih luas. Kepala sprinkler yang aktif juga mendinginkan area didekat atap ataupun plafon yang akan mencegah kerusakan struktur dan juga mencegah aktifnya kepala sprinkler yang letaknya jauh dari lokasi kebakaran awal.

    Untuk suppression mode sprinkler, konsep kerjanya adalah merespon api dengan cepat dan mengaplikasikan air dengan debit dan droplet air yang besar langsung ke arah plume kebakaran sehingga efektif menghentikan api sebelum menjadi besar. Sebagai hasil dari respon yang cepat dan terbatasnya perkembangan api adalah jumlah kepala sprinkler yang aktif menjadi sedikit sehingga penggunaan air bisa dikurangi, ini termasuk juga berkurangnya intensitas api dan asap. Suppression mode sprinkler biasa digunakan untuk proteksi gudang yang terdapat tumpukan rak tinggi untuk penyimpanan material. 

    TIPE TIPE SISTEM SPRINKLER OTOMATIS

    Dalam suatu gedung atau area, biasanya akan terdiri dari satu atau lebih tipe sistem sprinkler berikut ini

    Wet Pipe
    Sistem ini paling umum digunakan. Semua pipa sistem sprinkler ini berisi air yang bertekanan dalam keadaan normalnya. Ketika satu atau lebih kepala sprinkler aktif atau beroperasi, maka air akan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka dan terus mengalirkan air sampai control valve ditutup setelah api berhasil dipadamkan.

    Dry Pipe
    Sistem ini biasanya digunakan di area yang mempunyai potensi air membeku di pipa. Di sistem ini, pipa akan berisi udara atau nitrogen bertekanan dengan tekanan yang cukup untuk menahan air di posisi sebelum alarm valve. Alarm valve akan ditempatkan di area atau ruangan yang mempunyai sistem penghangat. Ketika kepala sprinkler aktif dan mulai melepaskan udara di dalam pipa, maka tekanan udara di dalam pipa akan turun yang kemudian akan membuka alarm valve dan selanjutnya air akan mengalir ke pipa dan menuju ke kepala sprinkler yang aktif. Delay waktu antara waktu pecahnya kepala sprinkler dengan waktu air yang keluar dari kepala sprinkler membuat sistem ini kurang efisien dibandung sistem Wet Pipe.

    Preaction
    Sistem ini hampir sama dengan Dry Pipe dimana pipa tidak akan berisi air. Air tidak akan masuk ke pipa sampai sistem deteksi yang berada di area yang sama dengan sistem sprinkler otomatis mendeteksi asap maupun panas yang kemudian mengaktifkan alarm valve. Berbeda dengan Dry pipe dimana air akan masuk ke pipa ketika satu atau beberapa kepala sprinkler aktif atau beroperasi, di preaction air akan mulai masuk ke pipa meski belum ada kepala sprinkler yang aktif dan kondisi ini sama dengan kondisi sistem Wet Pipe. Air akan keluar dari sistem ketika salah kepala sprinkler aktif. Sehingga fungsi sistem deteksi ini memberikan alarm dini bahwa telah terjadi kebakaran sebelum sistem sprinkler beroperasi.

    Deluge
    Sistem deluge ini digunakan untuk memproteksi area yang mengharuskan pengaplikasian air ke seluruh area yang luas secara bersamaan. Sistem menggunakan sistem deteksi yang sesuai dengan tipe bahaya yang akan diproteksi. Ketika sistem deteksi mendeteksi adanya api, asap atau panas, maka sistem akan mengaktifkan deluge valve yang kemudian akan mengalirkan air ke dalam pipa menuju kepala sprinkler yang sudah terbuka orifice nya. Kepala sprinkler yang digunakan di sistem Deluge menggunakan kepala sprinkler tipe terbuka maksudnya tidak ada elemen sensitive panas yang menutup orifice. 


    PEMILIHAN RATING SUHU SPRINKLER

    Memahami rating suhu sprinkler sangat penting ketika akan memilih sistem sprinkler untuk aplikasi tertentu. Sprinkler menyediakan beragam pilihan suhu aktifasi yang bervariasi dan pemilihan yang tepat akan mencegah sprinkler aktif secara prematur. Pemilihan rating suhu sprinkler juga harus memperhitungkan suhu lingkungan sekitar lokasi pemasangan kepala sprinkler 


    Sprinkler head temperature


    MEMASTIKAN SUPLAI AIR YANG CUKUP

    Sistem sprinkler otomatis butuh air untuk beroperasi. Sistem ini membutuhkan air dengan dengan debit dan tekanan yang cukup untuk beroperasi selama durasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber air yang akan masuk ke sistem sprinkler ini dapat berasal dari bermacam sumber yaitu : sistem sumber air umum, tangki hisap dan pompa air, tangki gravitasi atau kombinasi dari sumber sumber tersebut. Tambahan koneksi (Fire Dept Connection) dari truk pemadam biasanya juga disediakan, koneksi ini digunakan untuk menaikkan tekanan air di sistem ataupun menambah debit air ke sistem. 

    Tetapi jika kita gagal dalam melakukan inspeksi dan memonitor status semua valve, maka fungsi sistem sprinkler ini akan mati atau melemah. Desain standar sistem sprinkler otomatis adalah dipasangnya control valve sebelum alarm valve untuk memungkinkan dilakukan aktivitas perbaikan di sistem, tetapi jika tim perawatan lupa membuka kembali control valve yang ditutup pada saat perbaikan maka akan menimbulkan bencana. Sistem sprinkler yang terpasang akan menjadi tidak berguna ketika control valve dalam keadaan tertutup.

    Program inspeksi mingguan dan program impairment dapat mencegah tertutupnya control valve yang tidak diketahui sehingga sistem dapat dipastikan selalu dalam keadaan siap berfungsi ketika terjadi kebakaran. 


    ANATOMI SISTEM SPRINKLER

    sistem sprinkler otomatis

    Jika kita lihat sistem sprinkler otomatis secara langsung, mungkin akan terlihat kompleks dan rumit, tetapi sebenarnya sistem ini cukup sederhana. Sistem dimulai dari sumber air yang bisa berasal dari berbagai sumber. Air ini akan memasuki ke sistem pipa utama menuju ke masing area yang terdapat sistem sprinkler otomatis. 

    Sebelum masuk ke alarm valve atau ada yang bilang sebagai alarm valve, terdapat control valve atau gate valve dipasang sebelumnya yang berfungsi mengisolasi sumber air jika diperlukan perbaikan pada sistem sprinkler. Fungsi alarm valve ini adalah untuk mengalirkan air ke alarm gong (lokal alarm) agar aktif dan memberithukan orang sekitar bahwa sistem sprinkler aktif dan ada kemungkinan terjadi kebakaran (karena terkadang alarm berbunyi ketika terjadi kebocoran atau terjadi patahnya pipa sprinkler). Selain aktifnya alarm gong, sistem juga mengirim sinyal ke ruang pengedali lokal ataupun ruang pengendali pusat. 

    Setelah dari alarm valve, air akan terus masuk ke pipa utama sistem sprinkler dimana pipa utama ini akan mempunyai pipa pipa cabang untuk distribusi air ke area yang diproteksi. Di setiap pipa cabang ini akan dipasang kepala sprinkler dengan jarak tertentu antar kepala sprinkler. Sistem sprinkler juga dilengkapi dengan valve tambahan atau disebut sebagai inspector test connection yang dipasang di bagian ujung sistem atau posisi terjauh yang akan digunakan untuk memastikan sistem sprinkler dalam kondisi berfungsi atau tidak.


    Definisi definisi penting sistem sprinkler

    Control-mode: Memberikan pengendalian terhadap api dengan cara memastikan suhu langit langit dingin dan membasahi di dan sekitar bahan bakar untuk mencegah penyebaran api secara horizontal

    Cooling Tower: Didesain untuk membasahi fills areas di cooling tower tipe crossflow

    Corrosion resistant: Terdapat lapisan cat peindung karat atau di buat dari material anti karat, biasanya dipilih untuk kondisi lingkungan tertentu saja

    Dry: Dipasang di area yang memiliki potensi dingin yang bisa mengakibatkan air beku di dalam pipa

    Extended-coverage, extra hazard (ECEH): Control-mode sprinkler dengan area cakupan 4.2 x 4.2 m yang diperuntukkan sebagai proteksi area yang mempunyai potensi kebakaran dengan pelepasan panas yang tinggi (High Heat Release)

    Extended-coverage, ordinary hazard (ECOH): Control-mode sprinkler dengan area cakupan 6 x 6 m yang diperuntukkan sebagai proteksi area yang mempunyai potensi kebakaran dengan pelepasan panas yang moderate (Moderate Heat Release)

    Extended-coverage, light hazard (ECLH): Control-mode sprinkler dengan area cakupan 6 x 6 m yang diperuntukkan sebagai proteksi area yang mempunyai potensi kebakaran dengan pelepasan panas yang rendah (Low Heat Release)

    Flushed, recessed, concealed: Sprinkler yang dipasang di plafon yang menggantung (suspended ceiling) untuk mengakomidir estetika keindahan. Flushed – bagian yang terekpos hanya bagian elemen sensitive panasnya saja. Recessed – bagian orifice berada di atas plafon. Concealed – kelapa sprinkler diberi penutup yang sejajar dengan plafon, penutup akan terlepas ketika sprinkler aktif.

    Quick-Response: Elemen panas pada tipe sprinkler ini lebih sensitif terhadap panas dibandingkan dengan elemen panas tipe standar sprinkler

    Pendent: Sprinkler dipasang di bagian bawah pipa dimana deflektor berada di bawah orifice. Kelemahan pendent adalah pipa tidak dapat di kuras seluruhnya pada kondisi darurat suhu dingin dan juga sedimen dapat terkumpul di dalam bagian kepala sprinkler

    Rack storage: Kepala sprinkler yang didesain untuk proteksi rak penyimpanan. Sprinkler tipe ini mempunyai integral water shield yang berfungsi untuk melindungi elemen sensitive panas dari air yang keluar dari kepala sprinkler yang berada di atasnya. Sprinkler ini biasanya akan dipasang secara bertingkat di beberapa tiap level dari rak penyimpanan

    Resindetial: Sprinkler yang didesain untuk aplikasi life safety dan bukan untuk proteksi bangunan. Sprinkler tipe ini berfungsi untuk menahan penyebaran api selama mungkin untuk dapat memberikan waktu penghuni rumah untuk melakukan evakuasi

    Sidewall: Dipasang di dinding didekat pertemuan antara dinding dengan plafon. Disarankan untuk tipe bahaya yang rendah

    Suppression mode: Memberikan kemampuan untuk memadamkan api dengan beroperasi pada tahap awal dari perkembangan api dan mengaplikasikan dalam jumlah volume air yang signifikan ke semua area yang terbakar

    Upright: Dipasang di bagian atas dari pipa dan deflektor berada di atas orifice

    Window: Dipasang di luar bangunan untuk melindungi jendela dari paparan api dari luar. Di aktivasi secara manual atau dengan thermosensitive valve


    Sprinkler Head Type


    Semoga perkenalan dengan sistem otomatis sprinkler ini dapat memberikan gambaran umum mengenai sistem ini. Dengan mengetahui sistem sprinkler, maka kita sudah mendapatkan gambaran mengenai sistem itu sendiri dan tipe apa yang cocok untuk diaplikasikan di tempat anda.

    Referensi:
    • Schroll, R. Craig. 2002. Industrial Fire Protection Handbook second edition. CRC Press
    • Cote P.E., Arthur. 2003. Fire Protection Handbook Nineteenth Edition Volume I & II. NFPA
    • Hague, P.E., CFPS. David R. 2008. Water Based Fire Protection System Handbook. NFPA
    • FM Global.2015. The Automatic Sprinkler - P6924.