Browsing "Older Posts"

  • Kapan Concealed Space Membutuhkan Sistem Proteksi Sprinkler?

    By Kusnu → Friday, July 13, 2018



    KAPAN CONCEALED SPACE MEMBUTUHKAN PROTEKSI SPRINKLER?

    Sebuah pertanyaan umum ketika suatu ruangan mempunyai CONCEALED SPACE atau jika didefinisikan berupa ruang tersembunyi yang berada di antara plafon dan floor slab (permukaan bawah lantai di atas plafon). Lalu apa hubungannya sprinkler dengan ruang tersebut yang pada umumnya tidak ada material yang dapat terbakar tersebut. Pertanyaan ini umumnya terkait dengan suatu standar proteksi kebakaran yaitu NFPA 13 (Installation of Sprinkler System). 

    Ketika kita berjalan di setiap gedung perkantoran, rumah sakit, atau properti komersial lainnya dengan model plafon yang menggantung, kita mungkin akan sering melihat sistem sprinkler yang memproteksi area atau ruangan di bawah plafon. Pertanyaannya adalah, apakah sprinkler diperlukan untuk ruang di atas?, jika merefer ke Chapter 8.15.1.2 (Installation Requirement – Concealed Space) dari NFPA 13 (2016 edition saat saya menulis blog ini), Chapter ini bisa menjadi panduan kita karena chapter ini menyediakan daftar persyaratan tentang concealed space atau ruang tersembunyi di atas plafon yang tidak membutuhkan sistem proteksi sprinkler. Kode di NFPA untuk panduan ini dimulai dari 8.15.1.2.1 hingga 8.15.1.2.18 dan 8.15.6, tetapi jika dibaca daftar ini maka kemungkinan akan bingung dan malah bertanya kapan tepatnya concealed space dipasang sistem sprinkler. 

    NFPA 13 memungkinkan kita untuk tidak memasang sistem sprinkler di concealed space yang terbentuk atau terbuat dari material yang tidak dapat terbakar dan atau dari material yang dapat terbakar selama material tersebut dalam jumlah yang sedikit. Dengan kata lain, ketika concealed space tidak memiliki sistem sprinkler, maka lantai, plafon, dinding, dan elemen struktur ruang tersebut harus terbuat dari material yang tidak dapat terbakar atau material yang dapat terbakar tetapi dengan jumlah yang sangat terbatas. Ini bukan berarti melarang material lain yang dapat terbakar untuk berada di concealed space, tetapi bisa dikatakan boleh dengan syarat selama material tersebut tidak menjadi material utama dari lantai, plafon, dinding, atau elemen struktural, dan juga tidak memiliki kuantitas dimana jumlah material tersebut tidak dapat lagi dianggap "minimal".

    Yang menjadi perhatian adalah bahwa material lain yang dapat terbakar tersebut bisa menyebarkan api melalui concealed space dan bisa memungkinkan api menyebar luas melalui gedung dan berpindah dari ruang ke ruang, lantai ke lantai. Material seperti cables ties atau end caps dari cable tray di concealed space tidak cukup untuk menyebarkan api melalui ruang tersebut. Begitu juga beberapa kabel komputer yang digelar di concealed space pun tidak akan menyebarkan api melalui ruang tersebut.

    Tetapi di satu waktu, beberapa kabel ini dapat menjadi lusinan, dan lusinan dapat menjadi ratusan, dan dalam hal ini kita akan memiliki situasi di mana jumlah material dapat terbakar tersebut tidak bisa lagi dianggap minimal. Di beberapa bangunan, kabel ini dapat mempunyai total berat puluhan kg dan memiliki kemampuan untuk menyebarkan api melalui concealed space. Sehingga dalam hal ini, concealed space tersebut akan membutuhkan sistem sprinkler jike merefer ke NFPA 13. Standar ini juga memungkinkan dipasang sistem proteksi sprinkler di concealed space hanya pada area di atas material yang dapat terbakar jika concealed space terbatas pada area tertentu di dalam ruang tersebut.

    Panduan yang jelas mengenai kapan proteksi sistem sprinkler diperlukan di concealed space sulit untuk diinterprestasikan atau dipahami. Komite Teknis NFPA 13 tidak dapat mencapai konsensus tentang batasan jelas antara concealed space yang mempunyai jumlah terukur material yang dapat terbakar untuk diperlukan pemasangan sistem sprinkler dengan concealed space yang tidak memerlukan pemasangan sistem sprinkler. Oleh karena itu, keputusan harus dievaluasi berdasarkan kasus per kasus terhadap potensi resiko yang akan terjadi, termasuk dari jumlah material yang dapat terbakar. 

    NFPA 13 di point 8.15.1.2.1 mempunyai kalimat yang penting karena di chapter ini menginformasikan kepada kita bahwa sejumlah kecil material yang dapat terbakar diizinkan di concealed space yang tidak diproteksi oleh sistem proteksi sprinkler. Tanpa kalimat ini di NFPA 13, beberapa user akan mengartikan semua concealed space harus mempunyai sistem proteksi sprinkler ketika terdapat material yang dapat terbakar dalam jumlah berapa pun, betapapun kecil jumlahnya.

    Komite yang bertanggung jawab atas kalimat di 8.15.1.2.1 ini ingin mencegah pendekatan yang berat yang akan memukul rata semua kondisi untuk harus pasang sistem proteksi jika terdapat material yang dapat terbakar. Hal ini penting karena akan berpengaruh pada perhitungan hydraulic dari sistem sprinkler itu sendiri

    Pada akhirnya, keputusan tetap pada pemilik area atau badan yang mempunyai tugas untuk memastikan terpatuhinya standar keselamatan suatu gedung. Ketika kontraktor dan engineer tidak yakin apakah yang mereka lihat pada rencana awal untuk concealed space dianggap memiliki material yang dapat terbakar dalam jumlah minimal atau tidak, maka mereka harus menghubungi pemilik area atau badan tersebut untuk konfirmasi. Menunggu hingga pekerjaan semua selesai dipasang dan berharap interprestasi anda benar merupakan keputusan ekonomi yang tidak bijaksana.

    Sehingga untuk menjawab pertanyaan utama di atas adalah harus melalui review kasus per kasus sambil dikombinasikan dengan NFPA 13 chapter 8.15.1.2 untuk menentukan apakah concealed space memerlukan sprinkler atau tidak. Dan juga manajemen perubahan juga harus diterapkan agar ketika pada awalnya concealed space tersebut hanya berisi sedikt material yang dapat terbakar dan seiring dengan waktu menjadi banyak dapat teridentifikasi dan ditentukan apakah "saat itu" diperlukan tambahan sistem proteksi di area tersebut

    Tulisan ini berasal dari Journal NFPA dan tambahan sedikit informasi dari saya dengan tanpa mengurangi tujuan utama dari journal tersebut di tulis. Sehingga journal ini bisa mudah dipahami oleh teman teman. Terimakasih

    Join MyChannel for Database of EHS and Fire Safety

    https://t.me/joinchat/AAAAAEZrpR1mf-qNHEdx-g

    Sumber:
    https://www.nfpa.org/News-and-Research/Publications/NFPA-Journal/2018/July-August-2018/In-Compliance/NFPA-13


  • Pengelolaan Impairment untuk memastikan sistem proteksi bekerja saat dibutuhkan

    By Kusnu → Saturday, July 7, 2018


    Sabtu pagi tanggal 21 juli 2007, Massachusetts USA, kebakaran terjadi di bangunan bekas pabrik benang yang bersejarah dan juga merupakan pabrik benang terbesar ketiga di Amerika serikat. Bangunan tersebut ditempati 56 toko. Sekitar 600 tim damkar meresppon kebakaran tersebut, tetapi lokasi tersebut mengalami total loss. Di perlukan sekitar 3 hari untuk memadamkan api. Dampak finansial akibat kebakaran ini ditaksir sekitar USD 26 juta. Diduga kebakaran terjadi akibat pekerjaan pengelasan yang dilakukan di basement sehari sebelum terjadi kebakaran. Pada saat kebakaran, gedung sedang tutup. Bangunan tersebut dilengkapi dengan sistem sprinkler, tetapi pada saat kebakaran, valve sistem sprinkler tersebut tertutup dan terkunci. Dengan tidak adanya air untuk mensuplai sistem sprinkler maka api dapat cepat membesar dan menyebar. Tidak ada pemberitahuan penutupan valve tersebut ke tim pemadam kabakaran lokal seperti yang disyaratkan oleh peraturan pemerintah lokal di area tersebut.


    Massachusetts USA, Pabrik Benang

    Ketika kita mempunyai sistem proteksi kebakaran seperti sistem sprinkler, carbon dioxide gas, clean-agent gas, deluge water spray, water mist dll, pasti kita berharap sistem sistem tersebut berfungsi memadamkan atau mengendalikan api ketika kebakaran terjadi. Keefektifan dari sistem proteksi kebakaran dalam memadamkan api tergantung pada air atau gas yang akan mengalir ke area yang mengalami kebakaran melalui jaringan pipa. Jika salah satu valve yang berada di suatu tempat di jaringan pipa tertutup dapat menyebabkan air ataupun gas tersebut tidak dapat mengalir ke area yang mengalami kebakaran. Menurunkan sebagian atau seluruh fungsi sistem proteksi kebakaran dengan tertutupnya valve akan menciptakan suatu bahaya baru yang bernama shut-valve hazard.

    Pada saat terjadi kebakaran dan sistem proteksi kebakaran saat itu sedang mengalami pelemahan sistem atau lebih dikenal dengan istilah impairment (dari sini saya akan menggunakan istilah impairment untuk penulisan seterusnya), maka api akan dapat berkembang dan membesar tanpa terdeteksi dimana berkembangnya api ini sudah diluar kemampuan dari sistem proteksi kebakaran yang terpasang, meskipun anda sudah bisa membuka valve tersebut tetapi tetap akan menghasilkan total loss.

    Berikut 3 contoh lain kasus yang menggambarkan kebakaran dapat menjadi besar dan merusak ketika valve sistem proteksi kebakaran tertutup. Pada faktanya, suatu bangunan yang mempunyai sistem proteksi kebakaran seperti sprinkler dan tertutup valvenya dapat mengalami kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan bangunan yang tidak mempunyai sistem proteksi sprinkler. Hal ini dikarenakan prosedur jika terjadi kebakaran menggunakan asumsi bahwa sprinkler akan mendeteksi kebakaran lebih awal dan mengendalikan penyebaran apinya sambil menunggu tim pemadam kebakaran tiba atau sampai persiapan pemadaman api secara manual disiapkan, sehingga ketika asumsi sprinkler itu akan bekerja meski pada kenyataan tidak bekerja karena valvenya tertutup akan mengakibatkan kerugian menjadi lebih besar. 

    Contoh 1:
    Sistem sprinkler telah dimatikan (valve ditutup) setelah terjadi kebakaran kecil di sebuah pabrik dimana diperkirakan kebakaran telah dipadamkan oleh tiga head sprinkler yang pecah dan pemadaman manual menggunakan hose oleh pegawai pabrik. Sistem sprinkler tidak dikembalikan lagi ke posisi normalnya dan tim pemadam kebakaran local tidak diberitahu mengenai kejadian ini. Api kemudian menyala kembali, menjadi besar dan menyebar ke area yang diluar kemampuan dari sistem sprinkler tersebut, meskipun pegawai pabrik tersebut berhasil membuka valve sistem sprinkler tersebut setelah mereka menemukan api kembali menyala dan membesar. Kerugian akibat kerusakan kebakaran diperkirakan mencapai USD 84 juta

    Contoh 2:
    Api berawal di suatu area dari suatu fasilitas dimana sistem sprinkler tidak matikan selama satu tahun akibat menunggu untuk diperbaiki. Kerugian yang diakibatkan berkisar USD 13 juta 

    Contoh 3:
    Api berawal di tempat pemotongan kayu yang sedang tidak beroperasi. Meskipun sistem sprinkler terdapat di area tersebut, tetapi sistem sprinkler tidak dapat berfungsi dikarenakan sistem sprinkler membeku dimana kerugian yang diakibatkan berkisar USD 8 juta

    Mengutip data dari asuransi FM Global, tiap tahun FM Global engineer menemukan sekitar 1000 valve sistem kebakaran yang tertutup dan impaired sistem kebakaran. Dalam survey yang dilakukan antara tahun 1995 dan 1999, FM Global Engineer menemukan sekitar 3800 valve sistem proteksi kebakaran yang tertutup penuh maupun setengah tertutup dimana 64% dari valve tersebut tidak ditemukan rantai gembok untuk mengunci posisi valve tersebut ataupun tamper switch. Sekitar19% valve ditemukan rantai gembok saat ditemukan, 13% dilengkapi dengan tamper switch dan 4% ditemukan mempunyai keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memberikan rantai gembok ataupun tamper switch tidak menjamin valve sistem proteksi kebakaran tidak akan tertutup atau impaired. Sebagai tambahan, 60% dari 3800 valve ditemukan pada valve yang berada di dalam bangunan.

    Pada umumnya valve sistem proteksi kebakaran di tutup atau tertutup dikarenakan hal hal berikut ini:
    • Sistem sprinkler sedang dalam perbaikan
    • Sedang ada perubahan bangunan
    • Aktivitas pemeliharaan (maintenance)
    • Cuaca dingin
    • Error (tidak menyadari jika valve tersebut merupakan bagian dari sistem proteksi kebakaran)
    • Sabotase

    Hasil studi menunjukkan bahwa dengan tidak adanya manajemen impairment dan tindak lanjut hasil inspeksi akan bisa mengakibatkan valve sistem proteksi kebakaran ditutup untuk perbaikan dan lupa untuk dibuka kembali. Data menunjukkan bahwa valve yang dikatakan tertutup sementara biasanya akan tetap tertutup selama mingguan, bulanan bahkan tahunan.

    Kebakaran memang tidak bisa 100% di cegah, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan sistem proteksi kebakaran di bangunan atau fasilitas anda siap berfungsi ketika dibutuhkan. Pada kondisi normal, pemastian bahwa valve dalam kondisi terbuka 100% adalah sangat penting. Dan sama pentingnya dalam memahami konsep dasar bagaimana dan kapan melakukan inspeksi dan mengelola impairment ketika sistem proteksi kebakaran akan dimatikan sementara.

    Berikut langkah langkah yang dapat diambil untuk memastikan bangunan atau fasilitas anda terhindar dari shut-valve hazard:
    • Kunci semua valve dalam kondisi valve terbuka dengan menggunakan rantai gembok
    • Lakukan rutin inspeksi dan catat hasil inspeksinya
    • Pengawasan terhadap valve impairment

    Penguncian Valve

    Mengunci valve dalam kondisi valve terbuka 100% membantu memastikan aliran air maupun gas yang diperlukan oleh sistem proteksi kebakaran untuk memadamkan maupun mengendalikan kebakaran. Berikut panduan untuk melakukannya:
    • Pastikan valve sistem proteksi kebakaran dalam kondisi terbuka 100% dan kemudian amankan valve terhadap pihak yang tidak bertanggung jawab dengan cara mengunci valve tersebut (untuk ukuran valve 1.5 inch atau kurang disarankan menggunakan wire seal)
    • Kunci semua valve suplai air sistem proteksi kebakaran yang mempunyai ukuran di atas 1.5 inch atau valve yang mensuplai air lebih dari 5 sistem sprinkler
    • Pastikan gembok, rantai ataupun wire seal terbuat dari material yang sulit untuk dirusak oleh alat biasa. Dianjurkan yang tahan cuaca jika dipasang diluar
    • Jangan menggunakan gembok yang mempunyai beragam kunci. Semua gembok harus mempunyai satu macam kunci
    • Distribusi kunci dipastikan ke orang orang yang bertanggung jawan terhadap sistem proteksi kebakaran dan minimalkan jumlah distribusi kunci.
    Wire Seal

    Panduan untuk mengunci beberapa tipe valve sistem proteksi kebakaran



    Tipe A: Post-Indicator Valve (PIV)
    Kunci pegangan valve melalui lubang pegangan dengan memasukkan gembok pada lubang tersebut. Jika valve tersebut terdapat handwheel, masukkan rantai diantara handwheel tersebut

    Tipe B: Wall-Post-Indicator Valve (WPIV)
    Pasang eyebolt di dinding untuk tempat gembok dan rantai mengunci. Jika terdapat banya Valve, maka penguncian harus dilakukan untuk masing masing valve dan jangan digabung menjadi Satu

    Tipe C: Outside-Screw-and-Yoke (OS&Y) Valve
    Lilitkan rantai melalui handwheel. Gunakan kabel untuk tipa valve yang kecil

    Tipe D: Inside-Screw-and-Gate Valve
    Lilitkan rantai melalui handwheel dan ruang antara baut


    INSPEKSI

    Dengan melakukan inspeksi secara rutin dan tercatat terhadap semua valve sistem proteksi kebakaran dan tandemkan dengan penguncian valve dalam keadaan valve terbuka akan meningkatkan kemungkinan sistem proteksi kebakaran anda akan beroperasi ketika terjadi kebakaran dan meminimalkan eksposur terhadap bangunan anda terhadap resiko kebakaran. 

    Inspeksi dilakukan satu dalam seminggu dan melakukan pemutaran valve 3 putaran tiap bulannya untuk memastikan valve terbuka 100%. Untuk valve yang sering atau diduga selalu tertutup dengan misterius atau sering rusak, maka disarankan untuk melakukan inspeksi harian.

    MANAJEMEN IMPAIRMENT

    Manajemen Impairment diperlukan untuk membantu mengelola aktivitas penutupan atau penurunan fungsi dari suatu sistem proteksi kebakaran sehingga resiko yang akan muncul akibatnya dari tertutupnya valve ini tidak menjadi High Risk.

    Secara sistem, mungkin setiap perusahaan akan mempunyai How To nya yang berbeda beda, tetapi saya coba tuliskan konsep dasarnya dulu. Secara konsep, mengelola impairment ini ada tiga kondisi yaitu perencanaan, selama impairment dan setelah pekerjaan selesai.

    Dalam rencana awal, maka bisa menggunakan Impairment permit untuk meregister peralatan mana yang akan dimatikan dan pekerjaan apa yang dilakukan. Kemudian disebutkan durasi impairmentnya. Setelah itu aktivitas ini diinformasikan ke pihak pihak yang terkait agar pihak tersebut mengetahui akan kehilangan sistem proteksi kebakaran dalam jangka waktu tertentu di areanya. Menghentikan operasional di area tersebut jika operasional tersebut dapat memiliki kemungkinan menyebabkan kebakaran. Kemudian disiapkan mitigasi sementara untuk menghadapi kejadian kebakaran pada saat sistem proteksi kebakaran tidak aktif. Yang terakhir adalah memastikan sumber daya sudah tersedia sebelum pekerjaan dimulai agar durasi penutupan proteksi kebakaran dapat di kurangi.

    Selama impairment berlangsung. Hilangkan sumber sumber panas yang memicu kebakaran di area tersebut dan lakukan patrol rutin di area tersebut. 

    Setelah selesai dilakukan pekerjaan tersebut, maka sistem proteksi kebakaran diaktifkan lagi dan dilaporkan ke pihak pihak yang terkait. Tutup impairment permit.

    Dengan mempunyai sistem proteksi kebakaran di area anda tidak menjamin bahwa kebakaran besar dapat dihindari. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi fungsi dari sistem tersebut, selain sistem yang apakah masih sesuai dengan jenis bahaya yang ada, pengelolaan impairment juga faktor penting lain yang harus diperhatikan. Dengan adanya faktor faktor tersebut, total loss di area anda dapat dihindari. Semoga artikel dapat bermanfaat

    Join MyChannel for Database of EHS and Fire Safety
    https://t.me/joinchat/AAAAAEZrpR1mf-qNHEdx-g



  • Belajar dari kebakaran warehouse GE dan hubungannya dengan NFPA (3 dan 25)

    By Kusnu → Sunday, July 1, 2018


    Masih terkait dengan tulisan saya di Blog sebelumnya yaitu mengenai hubungannya NFPA 3 (Standard for Commissioning of Fire Protection and Life Safety Systems) dan NFPA 25 (Standard for the Inspection, Testing, and Maintenance of Water-Based Fire Protection Systems), topik berikut ini merupakan contoh nyata yang terjadi di Warehouse GE (General Electric) yang mengalami kebakaran dan mengakbatkan kerugian sekitar USD 110 juta.

    Kebakaran terjadi pada tanggal 3 April 2015 di salah satu warehouse GE yang terletak di area GE Appliance Park Louisville Kentucky (gambar dibawah, garis biru lokasi area GE dan garis merah merupakan lokasi bangunan yang terbakar) yang seluas 364 hektar. Sejam setelah laporan kebakaran, sudah jelas diprediksi bahwa kebakaran ini akan menghasilkan total loss. Asap hitam memenuhi setiap meter persegi dari bangunan, tebalnya asap sehingga orang orang yang berada di radius 3 km diminta untuk berlindung.




    Lebih dari 100 firefighter dari 18 departemen respon ke lokasi, yang diperkirakan kebakaran ini mencapai USD 100 juta yang menjadikan kerugian terbesar akibat kebakaran di Kentucky dan ketiga di Amerika setelah dua kebakaran hutan di California yang mencapai kerugian sebesar USD 2 milyar. Tidak ada cidera pada kejadian ini.

    Kebakaran terjadi di salah satu bangunan besar GE yang mempunyai luas 65032 meter persegi yang diberi nama Appliance Park 6 (AP6) yang mulai digunakan sejak tahun 1950. Pada awalnya bangunan ini digunakan untuk pabrikasi AC (air conditioner), tetapi seiring dengan perjalanan waktu, fungsi bangunan ini berubah sehingga 85% luas bangunan digunakan sebagai tempat penyimpanan material, suku cadang dari peralatan peralatan yang diproduksi GE seperti baut, hose berbahan plastic dan rubber belt. Semua material dan suku cadang tersebut disimpan dalam boks kardus atau kartopn plastic yang ditumpuk tumpuk hingga mencapai tinggi 3 meter. Sebagian juga disimpan dalam pallet kayu yang mencapai tinggi 8 meter. Sebagai informasi, bahwa tinggi ceiling dari AP6 adalah 9 meter, dan jika di analogikan luas area yang digunakan sebagai penyimpanan setara dengan luas 11 lapangan football .


    Foto awal terjadinya kebakaran

    Meski Appliance Park memiliki sistem proteksi kebakaran yang tangguh dengan hydrant dan sprinkler dipasang dan water supply termasuk fire pump yang didedikasikan khusus untuk proteksi kebakaran, tetapi pada saat kebakaran sistem ini dapat dengan mudah dikalahkan oleh cepatnya dan besarnya penyebaran yang terjadi saat itu. Hampir sebagian besar fire pump saat itu tidak berfungsi pada saat kejadian dan sprinkler di AP6 tidak didesain untuk mengatasi dan mengendalikan kebakaran yang melibatkan material yang mudah terbakar seperti plastic

    Kebakaran di GE ini menggambarkan apa yang bisa terjadi ketika pemilik bangunan gagal melakukan perubahan terhadap sistem proteksi kebakaran berbasis air ketika jenis occupancy (hunian) telah berubah. Ketika jenis occupancy berubah, maka perubahan terhadap sistem proteksi harus menyesuaikan. NFPA 1 disebutkan bahwa perubahan occupancy harus mengikuti standar dari jenis occupancy yang baru.

    Perubahan jenis occupancy di dunia industri terjadi sangat lambat seiring dengan waktu , berbeda dengan perubahan yang terjadi diperkantoran atau mall contohnya, disana perubahan jelas terlihat seperti perubahan area yang menjadi toko pakaian berubah menjadi tempat makan atau sebaliknya. Di dunia industri, perubahan dapat terjadi secara bertahap selama tahunan atau puluhan tahun.

    Isu utama dari perubahan ini adalah sistem proteksi kebakaran itu sendiri dalam hal ini adalah sistem sprinkler. Dengan adanya sistem sprinkler di bangunan tersebut, biasanya muncul suatu ilusi keselamatan dari bangunan tersebut dilihat dari sudut pandang orang orang yang tidak familiar dengan kompleksitas sistem sprinkler, jenis occupancy dan material yang akan diproteksi oleh sistem sprinkler tersebut. Orang yang tidak familiar tersebut akan melihat ke atas dan akan berkata “ada sprinkler di bangunan ini, jadi bangunan ini aman”, tetapi mereka tidak mengerti engineering dibelakang sistem tersebut. 

    Sistem sprinkler harus didesain sesuai dengan jenis occupancy nya dan dalam hal jenis storage maka harus disesuaikan dengan jenis storage tersebut.
    Sistem sprinkler jenis ordinary hazard dipasang di bangunan tersebut tahun 1950 dimana awalnya bagunan tersebut diperuntukkan untuk pabrikasi AC dan seiring dengan waktu berubah menjadi tempat penyimpanan. Andaikata kebakaran terjadi ketika bangunan tersebut masih sama dengan peruntukkannya, maka sprinkler akan bisa mengendalikan kebakaran tersebut sehingga tidak menjadi besar. Sistem sprinkler merupakan sistem yang sangat efektif menghadapi kebakaran ketika di desain, dipasang dan dirawat dengan benar. Selain itu sistem itu akan tetap efektif jika sistem tersebut tetap mengikuti perubahan occupancy. Dalam hal kebakaran di GE, sprinkler tidak mampu untuk mengendalikan penyebaran api karena memang tidak didesain untuk mengahadapi jenis occupancy yang baru yang mengandung plastik dan karet.

    Secara konsep sederhana, sistem sprinkler untuk jenis occupancy storage akan memiliki sprinkler head dengan diameter yang besar yang memungkinkan air yang banyak untuk keluar melalui sprinkler tersebut, jenis sprinkler head ini biasanya dikenal sebagai early suppression fast response (ESFR) sprinklers. Kemungkinan juga selain ESFR, dikombinasikan juga dengan pemasangan sprinkler di area rack juga untuk menjangkau area yang tertutup oleh material di atasnya.

    Masalah yang terjadi lebih kompleks lagi selain dari perubahan sistem sprinkler itu sendiri karena sistem penyuplai air tidak akan bisa menyuplai kebutuhan sistem sprinkler yang sesuai dengan jenis occupancy yang terbaru. Sebagai contoh, sprinkler ESFR di area warehouse kemungkinan membutuhkan sekitar 1700 GPM, sedangkan untuk sistem sprinkler untuk ordinary hazard membutuhkan sekitar 1500 GPM.

    Masalah inspeksi terhadap peralatan proteksi di GE juga dipertanyakan. Desain area GE memang dibuat untuk bisa mandiri untuk menghadapi kebakaran termasuk juga inspeksinya dilakukan oleh GE sendiri. Di Amerika, terkadang fire department di sekitar juga melakukan inspeksi. Tim asuransi FM telah menemukan defisiensi atau kekurangan di area GE dari hasil audit mereka di tahun 2003 dimana rekomendasinya untuk meminta melakukan update terhadap sistem sprinkler di AP6. Selain itu juga laporan dari FM menemukan bahwa beberapa hydrant dan fire pump di area GE tidak bisa beroperasi dengan semestinya. Dari keterangan beberapa saksi sebelum meninggalkan lokasi saat kebakaran, terdapat sprinkler yang tidak mengeluarkan air dan beberapa bekerja tetapi airnya tidak sampai ke lantai (mungkin karena sudah menguap sebelum menyentuh air akibat flow yang rendah). 

    Laporan dari Asuransi FM yang menyatakan adanya fire pump yang tidak beroperasi mengakibatkan kurangnya pasokan air untuk pemadaman air. Hal ini mengakibatkan adanya delay dalam respon dari sisi tim fire fighter. Delay ini diakibatkan oleh harusnya mencari sumber air diluar area GE dan juga mengakibatkan fire fighter harus menggelar sekitar 4,5 km hose untuk mengatasi kekurangan air ini. Ditemukan juga saat kejadian, hanya satu dari 8 fire pump yang bekerja. Mereka telah kehilangan seperempat bangunan hanya karena fire fighter masih harus mencari sumber air di luar area GE. Andaikata masalah ini pernah dikomunikasikan ke departemen kebakaran lokal, maka hal kekurangan air bisa teratasi sebelumnya dengan menerapkan rencana pemadaman untuk area tersebut sehingga tidak terjadi delay yang signifikan.




    Dari hal hal tersebut dapat dipastikan bahwa terdapat juga masalah kualitas dari inspeksi yang dilakukan oleh GE terhadap sistem proteksi mereka karena salah satu contohnya adalah hanya 1 fire pump yang bisa beroperasi saat kejadian.

    Dengan adanya laporan yang menemukan adanya defisiensi sistem proteksi kebakaran dan bisa menimbulkan bahaya jika mengabaikannya, maka pertanyaannya, kenapa pemilik bangunan memilih untuk mengabaikan untuk melakukan perubahan?, jawaban yang paling umum adalah biaya yang muncul dari perubahan tersebut. Biaya yang muncul dari menyewa konsultan untuk menentukan pekerjaan apa yang diperlukan, penggalian pipa air untuk suplai air pemadam kebakaran hingga mengganti semua pipa yang diakhirnya bisa menghasilkan biaya yang sangat besar. 

    Tetapi dengan tidak melakukan apapun seharusnya tidak membuat pemilik area menjadi nyaman saat mengambil keputusan tersebut karena berdasarkan sejarah kebakaran, biaya yang muncul akibat dari kebakaran tersebut sangat di atas biaya yang diperlukan untuk perbaikan sistem proteksi kebakaran itu sendiri.

    Terkait dengan hasil investigasi, tidak dapat ditemukan sebab pastinya dari kebakaran ini. Berdasarkan hasil hipotesa dan interprestasi foto dan barang bukti, dua kemungkinan yang menyebabkan kebakaran yaitu electrical failure dan petir.

    Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian ini adalah pentingnya mengelola suatu perubahan sehingga dapat dipastikan apakah perubahan tersebut masih dalam koridor yang aman atau tidak. Dengan mengelola perubahan juga dapat teridentifikasi apakah sistem proteksi kebakaran yang ada masih sesuai dengan desain awal terhadap perubahan yang terjadi, sehingga jika tidak sesuai dibuatkan rencana untuk menangani perubahan tersebut. 

    Oleh karena itu pentingnya melakukan recommissioning sistem yang terdapat di NFPA 3 selain melakukan rutinitas inspeksi yang tertera di NFPA 25.

    Video dibawah menggambarkan kondisi kebakaran saat itu




    Referensi :
    - NFPA Journal. https://www.nfpa.org/News-and-Research/Publications/NFPA-Journal/2017/March-April-2017/Features/GE-Warehouse-Fire